gaulislam edisi 588/tahun ke-12 (22 Jumadil Awal 1440 H/ 28 Januari 2019)
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Bro en Sis, pembaca setia buletin remaja gaulislam. Kita ketemu lagi di ajang literasi yang InsyaaAllah berfaedah ini. Apa kabar Bro en Sis sekalian? InsyaaAllah semuanya selalu dalam limpahan kasih sayang Allah, ya. Aamiin.
Kalau melihat dari judulnya, kira-kira udah kebayang, kan, apa yang akan dibahas dalam buletin kesayangan kamu kali ini? Yup! #10YearsChallenge. Wah, baru-baru ini hashtag tentang perbandingan 10 tahun ini lagi rame-ramenya loh, di media sosial. Waduh! Jangan-jangan ada yang belum tahu tentang si hashtag viral ini, ya? Hmm.. Kita bahas sedikit yuk!
Apa sih #10YearsChallenge itu?
Bagi kamu yang aktif di media sosial seperti Facebook atau Instagram, mestinya banyak banget yang nemuin tagar atau hashtag-hashtag kayak gini. Hashtag ini viral banget dan banyak dipostingkan oleh seluruh orang di dunia maya. Baik oleh pengguna-pengguna dari luar negeri, dan bahkan juga ramai di Indonesia.
Jadi, #10YearsChallenge itu isinya tentang perbedaan atau perubahan seseorang dalam 10 tahun terakhir yang digambarkan melalui dua gambar. Gambar yang pertama menunjukkan suatu gambar di tahun 2009, sedangkan gambar yang kedua menunjukkan isi dari gambar tersebut di tahun 2019 ini. Maka kita bisa melihat bagaimana perubahan tersebut setelah 10 tahun berlalu.
Bro en Sis, penasaran nggak sih, gimana asal muasalnya keramaian ‘Tantangan 10 Tahun’ ini? Hihihi.. jawabannya klasik banget, sih. Kalau di media sosial itu, satu orang membuat suatu hal yang disukai atau menarik bagi orang lain, kemudian banyak orang lain yang tertarik untuk membuat hal yang serupa, maka satu postingan tentang 10YearsChallenge, atau dengan tagar-tagar lain seperti 2009 vs 2019 dan HowDidAgeHitYou, postingan-postingan lainnya pun akan muncul. Hingga akhirnya tersebarlah banyak postingan-postingan juga foto-foto bertagar #10YearsChallenge. The End. Gitu, jadi tahu kan sekarang.
#10YearsChallenge dalam dua sisi
Oh iya, Bro en Sis, segala sesuatu yang dibuat manusia nih, biasanya ada positifnya dan ada juga negatifnya. Bener, loh. Soalnya, kalau cuma ada yang baiknya aja, berarti itu datangnya dari Allah. Setuju nggak? Setuju ya. Begitu juga dengan challenge ini. Wah, berarti ada dampak positif negatifnya. Apa aja tuh?
Sesuai namanya, challenge itu artinya tantangan. Artinya, netizen ditantang untuk menunjukkan kenangannya. Atau perubahan apa saja yang terjadi selama 10 tahun ini (2009-2019). Di satu sisi bisa jadi memang untuk evaluasi ya. Ternyata ada bagusnya juga.
Tapi kalau melihat fakta yang banyak terlihat, nih. Nggak sedikit juga yang ikut-ikutan posting challenge itu cuma buat main-main doang, kan? Dibuat bercanda, atau emang cuma buat seru-seruan aja. Yah.. Bisa dibilang, ‘miskin evaluasi’ gitu.
Hmm.. Padahal Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Jangan asal ngikutin tren
Bukannya nggak boleh, loh, Bro en Sis, ikut-ikutan posting challenge semacam #10YearsChallenge ini. Tapi yang harus diwaspadai itu adalah tujuan melakukannya. Sebagaimana nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dalam hadits di atas. Kalau kita meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, maka itu adalah tanda kebaikan Islam kita. Maka sebaliknya juga. Jika kita melakukan hal yang tidak bermanfaat, maka itu bukan tanda kebaikan, tetapi justru tanda keburukan. Nggak mau kan, melakukan sesuatu yang menjadi tanda keburukan? Mendingan yang satunya, kan? Iya, dong!
Jadi, kita ngikutin suatu tren, jangan sampai sekadar ikutan aja. Tapi dipilah dulu dan dipikirkan tujuan dan dampaknya. Jangan asal lagi viral, kita jadi harus mengikuti. Khususnya untuk hashtag #10YearsChallenge ini, kalau pun emang mau ikutan, adalah dengan menampilkan hal-hal terkait evaluasi diri. Termasuk juga mengajak orang lain untuk mengevaluasi diri. Yup, bisa juga menampilkan sesuatu yang ada kaitannya dengan dakwah.
Misalnya nih, bikin postingan yang sesuai dengan tagar terkini. Sekarang kita ambil #10YearsChallenge, lah. Maka boleh kita posting semisal, dalam 10 tahun ini, apa saja yang sudah dikerjakan? Atau perubahan seperti apa yang terjadi? Bagus banget, kalau ternyata tahun 2019 ini, lebih baik dari 10 tahun yang lalu.
Atau dalam dakwah misalnya. Apa yang sudah dicapai dari kita dalam mengajak orang lain menuju kepada kebaikan Islam? Hmm.. Intinya, sih, semuanya balik lagi kepada mengajak kaum muslimin di media sosial, untuk kembali merenung. Eits! Bukan kembali melamun, yaa.. Maksudnya Muhasabah. Hihihi..
10 Tahun itu nggak bentar, Guys!
Betul, betul 100 persen nggak terlalu salah. Hehehe… karena nggak terlalu bener juga, sih. Tergantung persepsi masing-masing orang, kan pada akhirnya. Kalau yang masih kecil, biasanya menganggap dari usia 3 tahun ke 13 tahun, itu waktu yang sangat lama. Tapi adakalanya, berbeda dengan orang dewasa, yang merasa dari usia 33 tahun ke 43 tahun, adalah waktu yang sangat sebentar. Hihihi.. kadang, loh.
Walau pun nih, Bro en Sis, kalau dipikirkan dengan renungan terdalam lagi, 10 tahun memang waktu yang sangat lama. Bayangin aja, kalau 10 tahun yang lalu, kita ada di usia 9 tahun, maka sekarang kita sudah 19 tahun. Pasti sangat terlihat banyak perubahan yang terjadi. Selain dari sisi fisik pasti banyak yang berubah, tentu saja pengalaman, ilmu, dan kemampuan, pastinya juga berubah.
Artinya, perubahan itu pasti terjadi. Ya, betul. Tapi yang harus jadi fokus kita, adalah apakah kita berubah ke arah yang lebih baik? Atau justru sebaliknya. Nih, Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu pernah mengatakan hal ini, “Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”
Waduh, maksudnya apa tuh? Jadi gini, kan, ya, Bro en Sis. Kalau kita di hari ini lebih baik daripada kita di hari kemarin, maka kita adalah orang yang beruntung. Kenapa? Karena kita berubah menjadi lebih baik. Kemudian, kalau kita di hari ini sama dengan hari kemarin, maka kita adalah orang yang rugi. Jadi nggak ada perubahan apa pun yang menjadikan kita berubah menjadi lebih baik. Artinya hari kemarin seperti kita melakukan hal yang sia-sia. Bener nggak?
Nah, lebih sedih lagi, nih. Kalau hari ini lebih buruk daripada hari kemarin. Maka kata Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, maka orang yang begitu adalah orang yang terlaknat. Dalam pembahasan lain dijelaskan bahwa ia termasuk orang yang celaka. Karena berarti justru ada penurunan nilai dari hari kemarin. Hmm.. na’udzubillahi mindzalik.
Semoga kita bukan termasuk orang yang terlaknat karena senantiasa menjadikan hari ini dan besok lebih baik daripada hari kemarin dan hari ini. Kita sama-sama berdoa ya, Bro en Sis. Aamiin…
Syukuri waktu 10 tahun kemarin
Selain memikirkan apa saja yang sudah kita capai selama 10 tahun belakangan ini, kita tidak boleh melupakan satu hal yang paling penting, Bro en Sis. Apa itu? Yaitu S-Y-U-K-U-R.
Yap! Ada satu kata-kata mutiara bagus, nih, tentang syukur. Yaitu, “Bersyukur adalah cara untuk mendapatkan keberkahan hidup”. Hmm… setuju nggak, sih? Coba kita jabarkan lebih dalam, yuk!
Sobat gaulislam, arti syukur adalah berterima kasih kepada Allah Ta’ala dan ridho atas apa yang Allah berikan kepada kita. Bayangin deh, hidup akan dipenuhi dengan penyesalan karena tidak ridho atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Kayaknya hidupnya pasti nggak enak banget. Tetapi kalau kita hidup dengan penuh rasa syukur kepada Allah, dan menerima dengan hati lapang segala ketentuan yang Allah Ta’ala telah tetapkan, maka insya Allah hidup akan terasa mudah dan penuh barokah. Beneran.
Bro en Sis, sekali lagi, nih. 10 tahun adalah waktu yang cukup lama, yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala kepada kita. Maka kita harus memaknainya dengan keimanan. Kemudian bermuhasabah untuk menjadikan tahun-tahun berikutnya menjadi lebih baik. Sehingga, kita bisa menjadi orang yang beruntung.
Hmm.. sejauh ini, apakah sudah bersyukur atas karunia tersebut? Ataukah malah maksiat yang kita lakukan selama 10 tahun ini? Bro en Sis, usia memang berubah. Penampilan juga tentu berubah. Prestasi duniawi, bisa jadi berubah, pendidikan juga berubah, yang dulu masih SD mungkin sekarang sudah kuliah. Tapi apa yang bisa dibanggakan dalam waktu selama itu jika hanya keburukan yang terus dikerjakan? So, Bro en Sis. Think about it!
Jangan sia-siakan usiamu!
Sebagai kata penutup, ini. Yuk berdakwah! Supaya apa? Supaya kita nggak cuma memikirkan diri sendiri aja, tapi juga memikirkan orang lain. Kita tidak tahu sampai kapan usia kita akan berakhir. Mumpung sekarang masih ada kesempatan, terus memperbaiki diri. Jika pun Allah Ta’ala masih memberikan kita hidup misalnya hingga 10 tahun ke depan, apa saja yang harus kita kerjakan? Rugi loh, kalau cuma buat main-main. Apalagi malah jadi celaka jika 10 tahun ke depan kita makin getol maksiat. Ih, naudzubillahi mindzalik. [Fathimah NJL | IG @FathimahNJL]