Friday, 22 November 2024, 01:48

gaulislam edisi 665/tahun ke-13 (29 Dzulqaidah 1441 H/ 20 Juli 2020)

Sebenarnya udah lama pengen nulis tema ini, tetapi nggak jadi-jadi aja. Baru deh, sekarang kesampaian nulis ini. Bukan tema spesial sih. Namun, perlu dibahas juga di zaman kiwari ini. Sebab, kalo yang benci ajaran Islam, pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, banyak juga pelakunya. Terus ada hingga kini dari masa ke masa. Jadi, kalo pun dibahas di sini, hanya faktanya saja yang baru. Konteksnya sama sejak dulu. Mereka yang benci Islam, kalo bukan orang kafir, ya orang munafik.

Nah, yang ngaku muslim tapi benci Islam, bisa jadi itu orang munafik, apalagi kebencian terhadap ajaran Islam dan kaum muslimin disampaikan di media sosial. Jelas sih, nantangin. Kalo muslim yang benar, mukmin sejati, nggak bakalan membenci Islam dan melecehkan kaum muslimin. Malah menghina Allah dan Rasul-Nya. Iya, kan?

Coba aja kamu pikir, aneh nggak sih kalo ada orang yang dilahirkan dari sebuah keluarga, lalu menghina keluarganya sendiri. Bapak-ibunya dilecehkan di depan orang banyak, leluhurnya dicaci-maki. Kalo pun ada, ya itu terkategori aneh. Mungkin bukan aneh lagi, tapi wuuuaaaaneh!

Sobat gaulislam, kalo orang sekadar ngaku muslim, banyak. Namun, apakah orang tersebut benar-benar jati dirinya muslim, perlu diuji lagi atas pengakuannya. Bagaimana cara mengujinya? Lihat pendapatnya, bagaimana perilakunya. Jika pendapatnya bertentangan dengan Islam, bila perilakunya (termasuk di dalamnya perkataan) sangat jauh dari ajaran Islam, ya itu muslim abal-abal. Bisa jadi bukan muslim lagi, bisa munafik.

Waspadai orang munafik

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS al-Munafiqun [63]: 4)

Seorang sahabat yang bernama Hudzaifah ibnul Yaman pernah ditanya, siapakah munafik? Ia lantas menjawab, “Orang yang mengaku Islam, namun tidak mengamalkan ajaran Islam.” (dalam Hilyatul Auliya’, jilid 1, hlm. 282)

Kalo kita lihat di sekeliling kehidupan kita, ada juga loh orang yang mengaku muslim tapi nggak shalat, nggak mau puasa Ramadhan. Malah ada juga yang nggak mau bayar zakat. Nggak mungkin lah masih disebut muslim jika nggak mau ngamalin ajaran Islam, apalagi dengan keyakinan bahwa itu nggak perlu diamalkan dan membencinya. Kalo sekadar nggak mengamalkan, bisa jadi karena malas atau nggak tahu, baru dikategori seperti orang munafik.

Oya, orang yang munafik itu malas dan enggan melaksanakan shalat lho, termasuk yang berat bagi mereka adalah shalat Isya dan shalat Subuh.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada shala Isya’ dan shalat Shubuh, tentu mereka akan mendatanginya sambil merangkak.” (HR Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437)

Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR Bukhari no. 657)

Ibnu Hajar mengatakan bahwa semua shalat itu berat bagi orang munafik sebagaimana disebutkan dalam firman Allah, “Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas” (QS at-Taubah [9]: 54)

Akan tetapi, shalat ‘Isya dan shalat Shubuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya. Karena shalat ‘Isya adalah waktu di mana orang-orang beristirahat, sedangkan waktu Shubuh adalah waktu nikmatnya tidur. (dalam Fathul Bari, jilid 2, hlm. 141)

Bro en Sis, hati-hati lho dengan sifat munafik ini. Bisa menjerumuskan kepada kekafiran. Bahaya banget!

Hudzaifah ibnul Yaman berkata, “Nifak telah musnah jadi tidak ada nifak. Yang ada hanyalah kekafiran setelah iman.” (dalam Hilyatul Auliya’, jilid 1, hlm. 280)

Kalo kita lihat di zaman sekarang banyak banget tuh yang gara-gara pilihan politik yang berbeda, akhirnya musuhan. Namun, yang parah adalah para buzerRp (ini sebutan di Twitterland untuk menunjukkan para penjilat rezim saat ini), mereka membenturkan yang pro dan kontra dengan rezim ini agar terus bertikai. Padahal, banyak di antara mereka mengaku muslim. Namun, tutur kata dan perilakunya di media sosial sangat tidak mencerminkan sebagai muslim. Lebih pas jika kelakuannya itu mencerminkan orang kafir, atau terkategori munafik.

Mereka terang-terangan nulis di lini masa Twitter atau Facebook untuk menghina ajaran Islam dan melecehkan kaum muslimin. Menuduh teroris lah, menuduh kadrun alias kadal gurun dsb. Memang begitu kelakuan orang munafik zaman sekarang. Menghina Islam dan kaum muslimin secara terang-terangan. Namun, giliran kaum muslimin dihina oleh orang kafir, mereka mingkem semua. Ya, berarti emang bagian dari mereka. Bahaya!

Kata Hudzaifah Ibnul Yaman, “Orang munafik saat ini lebih jelek dari orang munafik di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dahulu kemunafikan disembunyikan, sedangkan saat ini terang-terangan.”

Itu di masa tak lama setelah nabi wafat, bagaimana di zaman sekarang? Tentu lebih parah lagi, Bro. Bahaya banget.

Selain itu, waspadai juga bahwa orang munafik itu biasa berpura-pura baik di hadapan kaum muslimin. Jika mereka punya niat melindungi diri. Padahal, di dalam hatinya jelas membenci Islam dan kaum muslimin. Bisa saja mulut mereka tersenyum manis, padahal hatinya sebenarnya sinis. Bisa saja menangis, padahal hatinya menyeringai siap menerkam. Dari Ja’far, ia pernah mendengar seseorang bertanya pada Samith bin ‘Ajlan, “Apakah orang munafik itu bisa menangis?” Ia menjawab, “Hanya di mukanya saja tampak tangisan, namun di hatinya tidak.” (dalam Hilyatul Auliya’, jilid 3, hlm. 129)

Oya, waspadai juga orang munafik itu umumnya banyak omong. Namun amalannya minim. Lihat deh di medsos saat ini, ampe berbusa-busa mereka menghamburkan cacian dan makian kepada umat Islam dan ajaran Islam. Tentang surga dan neraka aja dianggap dongeng.

Perlu kamu tahu, orang munafik itu amalannya minim, omongannya banyak tapi ngawur. Imam al-Auza’i mengatakan, “Sifat seorang mukmin adalah sedikit bicara, banyak beramal. Sedangkan sifat orang munafik adalah banyak ngomong, namun amalannya sedikit.” (Hilyatul Auliya’, jilid 6, hlm. 142)

Coba deh lihat kelakuan Denny Siregar cs (eh, jadi nyebutin nama deh). Di medsos sih garang banget, merasa paling bener aja, maki-maki orang sesuka dengkulnya. Pokoknya, semua orang yang dianggap berseberangan dengan rezim pasti dia cela. Meski kelakuannya begitu, ya dia nggak pernah diperkarakan apalagi sampe dibui. Emang sengaja dipelihara buat menggonggong jika ada yang mengganggu majikannya.

Meski dia suka mencela, giliran dicela ngamuk-ngamuk. Pas gerombolannya muji-muji dia jadi besar kepala. Begitulah kelakuan orang munafik. Wahb bin Munabbih mengatakan tentang orang munafik, “Di antara sifat orang munafik adalah gila pujian dan benci celaan.” (Hilyatul Auliya’, jilid 4, hlm. 41)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada empat tanda seseorang disebut munafik. Jika salah satu perangai itu ada, ia berarti punya watak munafik sampai ia meninggalkannya. Empat hal itu adalah: (1) jika berkata, berdusta; (2) jika berjanji, tidak menepati; (3) jika berdebat, ia berpaling dari kebenaran; (4) jika membuat perjanjian, ia melanggar perjanjian (mengkhianati).” (HR Bukhari dan Muslim)

Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Orang yang khawatir terjatuh pada kemunafikan, itulah orang mukmin. Yang selalu merasa aman dari kemunafikan, itulah senyatanya munafik.” (Jaami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, jilid 2, hlm. 491)

Sobat gaulislam, dari hadits ini dan juga perkataan Imam Hasan al-Bashri bisa kita jadikan panduan untuk mewaspadai orang-orang di sekitar kita (termasuk yang kita lihat sepak terjangnya di media sosial). Selain itu, panduan ini juga untuk jaga-jaga diri kita, jangan sampe terjerumus juga menjadi munafik. Naudzubillahi min dzalik.

Lalu bagaimana sikap kita?

Tetap beriman kepada Allah ta’ala, tetap meyakini Islam sebagai agama yang benar, tetap menjadi pribadi yang bertakwa dan berakhlak mulia, senantiasa berdoa agar bisa mewaspadai orang-orang munafik di sekitar kita dan berusaha agar tak terjerumus ke dalam kemunafikan.

Ikuti panduan dalam hadits yang udah disebutin tadi. Apa itu? Berbicara jujur, berusaha amanah, penuhi janji, dan legowo ketika harus diingatkan karena melakukan kesalahan.

Selain itu, kita kudu menyatukan langkah untuk melakukan perlawanan. Memang harus dilawan. Jika tak juga berhasil karena orang-orang munafik tersebut dilindungi penguasa zalim saat ini, setidaknya kita udah berusaha tak tinggal diam. Sampaikan terus dakwah agar banyak kaum muslimin tahu kebejatan orang-orang munafik. Sampaikan juga kepada orang-orang munafik akan balasan Allah Ta’ala di akhirat kelak.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal, (keadaan kamu hai orang-oang munafik dan musyirikin adalah) seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah nikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu, amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS at-Taubah [9]: 68-69)

Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk melawan kejahatan dan kezaliman orang-orang munafik, serta diberikan perlindungan agar terhindar dari sifat munafik. Insya Allah. Laa haula wa laa quwwata illa billah. [O. Solihin | IG @osolihin]