Friday, 22 November 2024, 00:40

Soal contek-mencontek sudah sangat akrab di dunia remaja. Dari mulai mencontek pelajaran pas ujian sampai mencontek perilaku orang yang dianggapnya nyentrik. Ya, termasuk dalam urusan siapa yang harus dituruti teladannya. Karena terus terang saja, itu didukung dengan sifat remaja yang mudah terpengaruh dan pribadinya yang labil. Lagi pula usia remaja adalah usia untuk mencari jati diri. Percaya atau tidak, yang pasti kejadian itu banyak menimpa remaja.

Menarik untuk dicermati, perkembangan yang terjadi di atmosfir remaja. Khususnya dalam soal siapa panutan yang harus diikuti. Memang, masalah ini sudah lama menjadi bahan pembicaraan dan perdebatan, namun tampaknya akan terus hadir selama tak ada penjelasan dan penyelesaian jitu yang bisa membuat remaja berpikir.

Dalam kosa kata remaja, soal idola ini bisa saja selebriti atau ilmuwan. Tapi ironisnya, ternyata remaja kita lebih banyak yang memilih manut terhadap para selebriti (bintang film, model, pemusik dll), baik lokal maupun interlokal (baca: mancanegara). So, kita akan memutar lagu lama tersebut, namun tidak bermaksud menambah masalah. Kita berusaha membahas persoalan tersebut dalam kaca mata Islam yang lebih bijaksana dan jelas. Agar tepat mana yang dipuja dan mana yang tanpa sadar kita telah melupakannya. Ada pepatah tua; Aja gumunan. Aja dhemen-nan. Mundhak kepencut, nuli kecingkrangan. Artinya, jangan mudah terpesona, dan mudah tergoda (ikut-ikutan), yang akhirnya jadi berantakan. Pokoknya, jangan cuma melihat gebyar bagian luarnya saja. Menyangka emas, padahal tembaga, atau malah menganggap tembaga padahal emas. Tak usah lha yauw!

Gegar Budaya
Aneh memang, sering remaja kita merasa kaget duluan ketika harus berhadapan dengan sesuatu yang dianggap baru. Ibarat para pemain sebuah klub sepak bola yang belum pengalaman berhadapan dengan klub raksasa yang jam terbangnya sudah tinggi. Mereka tanpa sadar akan mengikuti irama permainan lawan.

Malah tak mustahil saking kagetnya mengikuti gaya hidup pujaannya ada teman remaja yang secara suka rela menukarnya dengan harga diri. Tak jarang, hanya karena ingin dianggap nyentrik, dan kebetulan gandrung dengan figur AJ Backstreet Boys, misalkan. Tahu kan AJ Backstreet Boys? Itu lho, personil BB yang memang rada nyentrik dengan anting di telinga kanan dan kalung salibnya plus jenggot juga cambang tipisnya. Nah, lalu segala hal yang berhubungan dengan artis tersebut diikutinya. Dari mulai aksesoris yang biasa dikenakannya sampai bagaimana ia berperilaku. Semuanya diikuti dengan telaten dan komplit. Bukan promosi jamu Komplit, lho!

Setiap perkembangan tentang figurnya itu ia akan senantiasa memantaunya. Saking ngefans berat sama tokoh pujaannya itu, sampai-sampai ia nggak terima dan nggak percaya kalau ternyata yang diidolakannya itu dihukum karena melakukan perbuatan yang melanggar aturan. Wah, bisa bahaya itu!

Gegar budaya sama saja dengan gegar otak. Kita sering menggunakan kosa kata gegar otak ini untuk mengungkapkan kondisi yang parah ketika seseorang rusak otaknya karena benturan benda keras di kepala, misalnya. Nah, untuk gegar budaya, hampir sama artinya, budaya yang diambil rusak. Kita terlalu mudah untuk mengambil budaya-budaya yang belum jelas beradab atau biadab. Yang akhirnya kita juga ikutan mentradisikan budaya yang sebenarnya bobrok itu.

Untuk kondisi yang sangat parah terhadap masalah ini adalah, ternyata kita merasa kaget dan larut dalam histeria yang telah menciptakan globalisasi emosi. Contoh mudah, teman-teman remaja sering merasa senang bila ketemu artis pujaanya. Cuma ketemu saja merasa bahagia yang amat sangat. Apalagi kalau sampai mendapatkan tanda tangan sang tokoh, bisa histeris itu. Atau bisa jadi Cuma salaman doang sama tokoh pujaan itu sudah betul-betul merasakan kebahagiaan yang tiada tara, jangan heran bila tangannya nggak dicuci seminggu. Ah, remaja memang mudah terpe-ngaruh. Dan ternyata mental mereka adalah….

Layak Jajah!
Orang sering alergi bahkan trauma dengan kata itu. Kita sering mengutuk penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Setiap ada tindakan menjajah, kita merasa benci setengah hidup. Bahkan kita akan kesal banget dengan teman yang suka mendikte kelakuan kita. Tapi anehnya kita sendiri sering lupa dan nggak sadar bahwa kita juga ternyata sudah dijajah. Karena terus terang, kita sudah sepakat, bahwa penjajahan bukan hanya berarti operasi militer, tetapi juga bisa bersifat ekonomi, politik, pendidikan juga termasuk budaya.

Nah, harus disadari bahwa perlakukan kita terhadap tokoh-tokoh pujaan kita dengan porsi yang berlebih, bahkan sampai mengkultuskan, berarti memang benar kita layak jajah. Dan yang namanya penjajah, tentu saja ia ingin agar segala yang ada pada dirinya bisa terserap dan diikuti oleh jajahannya. Sebagai contoh saja, Indonesia akan mengikuti aturan-aturan dalam menyelesaikan problematika kehidupan masyarakatnya dengan hukum warisan Belanda sebagai penjajahnya.

Pakar sosial Islam, Ibn Khaldun memberikan pernyataan bahwa peradaban yang kalah itu senantiasa akan mengekor kepada peradaban yang menang. Segalanya. Nah, dalam tataran yang kecil, kita ini termasuk orang-orang kalah. Yang barangkali kita kalah bersaing dengan para selebiriti, ilmuwan dan lain sebagainya. Akhirnya tanpa disadari kita juga meniru dan mencontek habis gaya hidup mereka, yang ternyata lebih banyak yang buruknya ketimbang yang bagusnya. Lebih banyak madhorotnya ketimbang manfaatnya. Makanya Rasulullah SAW menge-cam kelakuan kaum atau orang yang seperti itu dengan bersabda: “Barang siapa yang menye-rupai suatu kaum (adat istiadat, aqidah, gaya hidup), maka dia termasuk golongan kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad dari ibnu Umar)

Memang, dalam kadar tertentu, selama tidak mengkultuskan dan mencontek habis gaya hidup mereka, nggak jadi masalah. Ya, kalau cuma sebatas kagum dengan penampilan akting Leonardo Di Caprio dalam film Titanic dan The Man In The Iron Mask, misalkan. Atau kepincut berat dengan aktingnya Jason Behr yang berperan sebagai Chris Wolfe dalam Dawson’s Creek (meski doi nggak muncul tiap episode). Ada juga yang senang dengan si pemeran gadis pemalu di Dawson’s Creek, Katie “Joey” Holmes dari sisi aktingnya. Juga, ssst.. ada William Bradley Pitt alias Brad Pitt yang pernah main dalam film Interview With The Vampire dan terakhir Fight Club, untuk yang satu ini kamu berdecak kagum karena honor doi sekali main bisa menyentuh angka 20 juta dolar. Boleh-boleh saja kagum dan salut.

Tapi ingat, kalau sudah sampai pada tahap meneladani tinggkahnya, Apalagi sampai mencontek secara total gaya hidupnya yang nggak karuan dan memang bertentangan dengan Islam itu, bisa bahaya. Bener lho, gawat berat, itu!

Ya, kadang kala ada teman-teman remaja yang kagum sama kaum seleb setengah mati. Lalu mencoba bergaya seperti mereka. Bukankah itu mental layak jajah?

Miskin Idealisme
Kalau ditanyakan kenapa remaja kita bermental layak jajah? Paling tidak, jawaban yang mendekati adalah karena mereka tidak punya idealisme yang jelas. Mudah terpengaruh teman. Apalagi kalau gaulnya nggak karu-karuan. Bisa berabe. Tak mustahil kalau akhirnya terjerumus ke dalam jurang kenistaan.

Kata pepatah, kalau takut dilebur ombak, jangan berumah di tepi pantai. Artinya, kalau takut terbawa arus pergaulan yang liar, maka jangan sekali-kali mendekati lingkungan yang amburadul. Bisa berabe. Seperti misalnya, para personil kelompok musik rock asal Amerika yang keburu bubar karena tak siap tenar, Guns ‘N Roses, hampir semuanya pecandu miras dan narkotik. Dari mulai Axl Rose, Izzy Stradlin, Slash, Matt Sorum, Duff semuanya para jagoan teler. Pokoknya, tiada hari tanpa barang haram tersebut. Ternyata, kita harus prihatin, soalnya gaya hidup para musisi rock yang amburadul itu telah dicontek dengan sukses oleh sebagian dari remaja kita yang miskin idealisme. Yang cuma pengen tampil gaya tapi bukan asli kepribadiannya. Menyedihkan memang.

Mereka ternyata memang polos sekaligus cuek alias tak mau tahu soal norma-norma dalam kehidupan. Terbukti, akhir-akhir ini marak pula remaja pria yang menindik kuping sebelah kiri atau kanan untuk kemudian menancapkan aksesoris mirip anting. Ada pula yang menindik hidungnya, lalu dipasangin ring. Bak kerbau pembajak sawah. Sekilas memang trendi. Tapi, apakah mereka tahu bahwa budaya itu lahir dari perkampungan kumuh di Amerika? Ya, di Bronx dan Brooklyn. Mau tahu? Di Amerika ada sebuah perkumpulan remaja atau pemuda yang mempunyai ciri-ciri khas agar mudah dikenali oleh kelompoknya.

Nah, untuk masalah anting yang dipakai oleh remaja pria, dalam sejarahnya untuk para gank pemuda yang ahlul boat alias pecandu narkotik, mereka biasa menindik kuping sebelah kiri dan menancapkan semacam anting-anting agar di antara mereka saling mengenal, juga untuk memudahkan para bandar obat bius itu menemui kliennya.

Bagi mereka yang ternyata pengikut kaum gay, untuk saling mengenali anggotanya dan teman senasibnya, mereka kemudian menindik kuping sebelah kanan dan melekatkan aksesoris sebangsa anting-anting. Keren? Nggak juga.
Yakin saja, kalau rekan remaja kita yang telah menempuh jalur seperti itu lebih diakibatkan karena ketidak tahuan mereka dan tentu saja, kemalesan mereka menuntut ilmu. Apalagi ilmu agama. Kasihan!

Bercermin Kepada Sahabat Nabi
Hampir bisa dipastikan, ketika ditanyakan kepada rekan remaja kita yang terlanjur memilih pola hidup amburadul seperti itu soal siapa sahabat nabi yang dikenalnya. Insya Allah ia akan kebingungan setengah hidup. Nggak nyombong, lho. Nggak percaya, coba aja sekarang tanyakan sama mereka. Mau dicoba? Silakan.

Al bin Abi Thalib, seorang shahabat Rasul sekaligus menantunya. Sejak muda sudah terlihat kedigdayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan. Ali begitu cerdas dan jenius. Sampai-sampai Rasul pernah mengatakan bahwa dirinya adalah gudang ilmu, dan Ali adalah kuncinya. Otomatis, siapa yang mau mengetahui tentang ilmu, secara tidak langsung harus berhadapan dengan Ali bin Abi Thalib.

Kemudian, siapa sih yang masih meragukan kesholehan Mushab bin Umair? Seorang pemuda bangsawan yang rela hidup menderita bersama Islam. Cerdas, kece, dan tentu saja taat menjalankan ajaran Islam. Siapa pula yang tak terkagum-kagum dengan keberanian Muadz bin Jabal dan seorang saudaranya yang dengan gagah menghabisi gembong kafir Quraisy, Abu Jahal? Dia masih remaja, kawan!

Jauh setelah generasi sahabat, Imam Asy Syafi’ii adalah salah satu contoh generasi tabiin yang terbilang sukses dan patut untuk diteladani semangat hidupnya. Betapa tidak, umur tujuh tahun sudah fasih dan hapal Al Qur’an dan di usia yang relatif muda, sekitar 17 tahun beliau sudah dipercaya untuk mengurus masalah umat dalam masalah pemberian fatwa. Dan kita tahu, beliau telah banyak memberikan rincian untuk memudahkan kita dalam melaksa-nakan hukum-hukum syara’ yang tak diperinci dalam Al Qur’an dan hadits. Fantastis bukan?

Baiklah, kita sekarang bicara tentang kita sendiri. Kita juga bisa seperti mereka, asal mau. Dengan kemauan dan tekad yang kuat, siapa yang nyangka kalau akhirnya Honda, seorang bocah Jepang yang kelak bisa membangun kerajaan bisnis otomotif adalah si penakut. Ia begitu takut berenang. Tapi dengan segala kemampuannya ia berusaha untuk bisa berenang seperti kawan-kawannya, akhirnya ia bisa berenang dan tekad itu dilakukannya pula untuk membangun kerajaan bisnis otomotif — yang di Indonesia– salah satunya sering diiklankan Mandra. Jadi, bisa khan sebenarnya, asal mau saja. Apalagi, kita punya kelebihan sebagai seorang muslim. Usaha kita untuk mengubah diri itu akan dikonversi menjadi pahala. Dan itu adalah ibadah.

Jangan Ikut-ikutan
Mengikuti trend yang benar, nggak bakalan ada yang melarang. Misalkan, sekarang ini, remaja sedang gandrung dengan acara-acara keislaman, baik di sekolah atau di perkumpulan remaja masjidnya. Kalau itu diikuti dengan ikhlas, insya Allah baik dan mendapat pahala. Tapi jangan harap selamat bila mengikuti trend yang menjerumuskan ke dalam mahligai dosa.

Ingat, perbuatan kita akan selalu dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Rasulullah juga pernah bersabda bahwa barangsiapa yang berbuat sesuatu tanpa mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya maka, perbuatan atau amal itu tertolak. Apalagi ini sudah mengarah kepada tasyabuh alias mengikuti perbuatan atau adat istiadat suatu kaum yang bukan berasal dari Islam. Sabda Rasulullah SAW.: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum (adat istiadat, aqidah, gaya hidup), maka dia termasuk golongan kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad dari ibnu Umar).

Allah SWT. berfirman: “Katakanlah: ‘Hendaklah kamu taat kepada Allah dan Rasul. Sesudah itu, jika kamu berpaling, maka Allah tidak cinta kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al Imran: 32).

“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah, dan menjauhi larangan-Nya, maka mereka itu ialah orang-orang yang mendapat kemenangan.”?  (Q.S. An-Nur: 52).

Jadi, jangan mudah tergoda oleh gemerlap-nya kehidupan kaum selebritis, jangan mudah terpesona oleh gaya hidup orang-orang yang tak pantas diidolakan. Dan, kita pun nggak boleh melupakan yang seharusnya dijadikan teladan. Jangan salah, dan jangan kebalik-balik, ya?

(Buletin Studia – Edisi 10/Tahun 1)