Saturday, 23 November 2024, 02:56

Rasanya hampir nggak ada yang nggak mau hidup mulia di dunia ini. Semua orang pengen hidup tidak saja mulia, tapi sekaligus mendapatkan kemakmuran, kesejahteraan, ketenteraman, kedamaian, kenyamanan, kebahagiaan, dan seabrek rasa suka yang ingin kita raih. Betul?

Itu sebabnya, banyak kawan kita yang berlomba untuk meraih semua itu. Meraih harapan yang menjadi impiannya selama ini. Mereka yang punya semangat tinggi, halangan dan rintangan akan dianggapnya sebagai tantangan untuk maju. Nggak berusaha, ya nggak maju. Maka, kamu bisa saksikan mereka yang rela menguras seluruh tenaganya untuk bisa menjadi yang terbaik dalam kehidupannya. Mereka sudi memeras keringatnya untuk ditukar dengan mimpi yang selama ini mengganggu tidurnya. Untuk membeli mimpi-mimpi itu, banyak kawan kita yang berjuang keras. Andai jumlah jam dalam sehari lebih dari 24 jam pun niscaya akan diraihnya juga untuk mewujudkan impiannya itu. Impian untuk maju, impian untuk menjadi makmur, dan impian untuk mulia dalam hidup adalah energi yang sangat besar sebagai modal berjuang.

Sobat muda muslim, manusia itu makhluk yang penuh dinamika. Sejarah manusia sejak dulu sampe sekarang menunjukkan bahwa ‘spesies’ ini mampu bertahan di dunia ini. Manusialah yang paling canggih dalam mempertahankan hidup. Sejak jaman pra sejarah sampe sekarang, manusia telah ‘menciptakan’ beragam alat untuk bertahan hidup. Di kala kedinginan, manusia berhasil menciptakan selimut, perkembangannya terus ke arah kemajuan. Teknologi untuk membuatnya makin canggih. Saat kepanasan, manusia juga mampu mengeksplorasi kerja otaknya yang telah diberikan Allah ini dengan semaksimal mungkin, maka berbagai penemuan berhasil menyulap seng, tanah, asbes, campuran semen-batu-pasir menjadi atap pelindung kita dari panasnya sinar matahari.

Begitu pula udah kita saksikan sendiri, manusia berhasil membuat perjalanan jadi lebih cepat. Sejak ditemukannya roda, manusia sukses memodifikasi beragam kendaraan; mobil, kereta, sepeda, dan sepeda motor. Semua memperlancar perjalanan darat kita. Pengen mengangkasa? Nggak susah. Manusia udah berhasil membangun industri montor mabur (pesawat terbang) yang mampu dipacu hingga minimal 650 km/jam. Jarak yang jauh, bukan halangan lagi untuk ditempuh.

Membelah lautan? Tak terlalu sulit. Manusia, atas ijin Alah berhasil memproduksi kapal laut dari yang sederhana sampe yang berteknologi canggih. Bagaimana dengan angkasa luar? Jangan kaget dan bingung, sejak Soviet dan Amrik berlomba pergi ke bulan, teknologi itu kian berkembang pesat. Manusia dengan bebas bisa melihat ‘dunia lain’ selain bumi. Subhanallah.

Perlombaan manusia untuk sejahtera, makmur, dan mulia sebagai penghuni paling berhasil di dunia ini terus berlanjut. Bahkan dengan dalih mengamankan diri, kelompoknya, dan negaranya mereka belomba menciptakan senjata. Ini sudah berlangsung sejak ‘dark age’ sampe sekarang. Beragam senjata berhasil diciptakan dengan perkembangan daya bunuh yang makin dahsyat. Panah yang di jaman baheula adalah senjata paling oke, sekarang sudah digantikan dengan rudal berdaya jelajah tinggi. Bahkan ada yang sanggup menempuh perjalan dari darat ke darat antar benua. Belum lagi senjata kimia dan biologi. Subhanallah.

Sobat muda muslim, semua itu dilakukan manusia untuk mempertahankan hidupnya supaya terus berlangsung di dunia ini. Dan tentunya, punya tujuan untuk mendapatkan kemakmuran, kesejahteraan, kenyamanan, kebahagiaan sebagai ukuran kemuliaan dalam hidup bisa diraih. Beralasan bukan?

Lihatlah Amrik, atas nama operasi pembebasan rakyat Irak dari kejahatan rejim Saddam Hussein, mereka mancaplok Irak, tanah kaum muslimin. Bukan hanya menyingkirkan Saddam, tapi tujuan mulia mereka adalah untuk mengeruk semua potensi yang dimiliki negeri Irak, terutama minyak. Untuk apalagi kalo bukan untuk menumpuk harta kekayaan sebagai cadangan kebutuhan negeri Paman Sam di masa depan. Maklum, dalam 10 tahun atau 20 tahun ke depan, Amrik bakalan kesulitan dalam masalah energi. Jadi, minyaklah satu-satunya yuang bisa memenuhi kebutuhan hidup rakyat Amrik. Sekali lagi, kita sedang bicara tentang kemakmuran, kesejahteraan, dan kemuliaan hidup. Apakah cara mendapatkannya terpuji atau tercela, nggak jadi soal. Karena bergantung ideologi masing-masing. Gaswat!

Sementara kita, kaum muslimin, boro-boro hidup mulia, sekadar untuk sejahtera, makmur, dan bahagia dalam hidup saja adalah sebuah impian yang sampe sekarang belum kita raih. Masih banyak kaum muslimin yang menderita di berbagai belahan bumi ini. Ironisnya lagi, kalo pun ada segelintir negeri kaya raya seperti Saudi Arabia, Kuwait, dan Brunei Darussalam, tapi tetep tidak menolong kehidupan kaum muslimin di seluruh dunia. Menyedihkan. Bahkan lebih perih lagi, para konglomerat dan pejabat negeri-negeri kaum muslimin yang kaya itu mengalirkan hampir seluruh uangnya ke luar negeri. Ada yang dipakai untuk investasi pribadi, juga tak sedikit yang dihibahkan sebagai imbalan atas keamanan yang diberikan negara-negara tersebut di wilayahnya. Duh, nangis deh kita. Gimana nggak, Amrik adalah negara yang paling banyak mendapatkan harta kaum muslimin. Dengan ‘pemberian’ cuma-cuma juga hasil menjarah.

Timbul pertanyaan, mengapa Amrik dan Eropa bisa maju? Kenapa negeri-negeri Islam jeblok? Mengapa juga kita nggak bersatu-padu? Katanya kita bersaudara, tapi mengapa sebagian dari kita justru menjadi penjagal bagi sebagian yang lain? Dengan cucuran air mata kita saksikan di televisi saat serdadu-serdadu Amrik menggempur Irak, tapi yang dilakukan Arab Saudi, Kuwait, dan Turki justru menyediakan tempat berlabuh mesin-mesin perang Amrik. Padahal mereka pasti tahu, bahwa mesin-mesin perang itu akan dipakai untuk menggedor saudaranya sendiri, kaum muslimin di Irak. Ya, Allah apa yang terjadi dengan kami? Di mana pertolongan-Mu itu? Mana kemuliaan bagi kami?

Sobat muda muslim, di negeri ini kita juga kehilangan harga diri dan tentunya kemuliaan. Sudahlah miskin, menderita, tidak aman, eh, maksiat adalah raja saat ini. Banyak orang sudah kehilangan harga dirinya sebagai seorang muslim. Gimana nggak, kemaksiatan berbalut seni dibela mati-matian dengan atas nama HAM. Menyedihkan. Inilah masalah kita sobat. Ada yang masih ingin mulia?

Terhina itu pedih, Jenderal!
Dijajah, disingkirkan, dipecundangi, adalah sebuah kehinaan. Apalagi jika itu disertai dengan segala macam penderitaan akibat tekanan orang yang menguasai kita. Terhina banget deh rasanya. Real Madrid sebagai klub Spanyol langganan juara Liga Champions harus mengakui keunggulan Juventus setelah ditekuk 3-1 di duel kedua semi final ajang bergengsi insan bola Eropa itu. Kita melihat di layar televisi bagaimana Ronaldo tertunduk lesu, Raul Gonzales ‘ngahuleng’, Zinedine Zidane pasrah, begitu pula kubu Madrid lainnya bermuram durja. Nggak percaya kalo mereka udah tersingkir dan tentunya harus mengubur mimpi mendapatkan ‘kemuliaan’ sebagai raja diraja sepakbola Eropa. Terhina itu pedih, Jenderal!

Ya, cukup beralasan. Nggak ada orang yang nggak terhina jika sebuah kemuliaan nggak bisa diraih. Kita, kaum muslimin, juga sedang terhina total sebagai sebuah masyarakat. Meski kita banyak jumlahnya, tapi kita bagai buih di lautan. Terombang-ambing ganasnya gelombang kehidupan. Hingga tercerai-berai kekuatan kita. Meski menjadi umat paling banyak di dunia, tapi kekuatan kita lemah. Kenapa? Karena kita terkotak-kotak di berbagai negeri.

Jadi inget sabda Rasulullah saw.: “Akan datang suatu masa, dalam waktu dekat, ketika bangsa-bangsa (musuh-musuh Islam) bersatu-padu mengalahkan (memperebutkan) kalian. Mereka seperti gerombolan orang rakus yang berkerumun untuk berebut hidangan makanan yang ada di sekitar mereka�. Salah seorang shahabat bertanya: “Apakah karena kami (kaum Muslimin) ketika itu sedikit?� Rasulullah menjawab: “Tidak! Bahkan kalian waktu itu sangat banyak jumlahnya. Tetapi kalian bagaikan buih di atas lautan (yang terombang-ambing). (Ketika itu) Allah telah mencabut rasa takut kepadamu dari hati musuh-musuh kalian, dan Allah telah menancapkan di dalam hati kalian �wahn’�. Seorang shahabat Rasulullah bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan �wahn’ itu?� Dijawab oleh Rasulullah saw.: “Cinta kepada dunia dan takut (benci) kepada mati�. (At Tarikh Al Kabir, Imam Bukhori; Tartib Musnad Imam Ahmad XXIV/31-32; “Sunan Abu Daud�, hadis No. 4279).

Sobat muda muslim, menyedihkan banget ya? Di negeri kita aja, yang katanya udah merdeka, dan selalu memperingati tonggak kebangkitan setiap tanggal 20 Mei ini, nyatanya masih menderita dan terjajah. Lalu kebangkitan macam apa yang bisa dibanggakan? Apakah ini kebangkitan yang gagal total? Boleh jadi benar, sobat. Meski tampak maju, tapi kedodoran!

Negeri dengan jumlah kaum muslimin terbesar di dunia ini masih saja terhina total. Tekanan IMF yang bertubi-tubi udah menggerus kehidupan ekenomi kita. Tekanan politik dari luar negeri sangat kuat, hingga pemerintah negeri ini pontang-panting memadamkan kobaran api pemberontakan di berbagai wilayah. Terutama di Aceh dan Papua. Kita yakin kok, kalo konflik itu diciptakan dan dikipasin supaya terus membara oleh para penjajah yang berlindung di balik kedok perjuangan sebagian rakyat negeri ini. Sangat boleh jadi Amrik bersembunyi di tubuh GAM. Itu di bidang politik lho.

Masalah sosial juga makin rusak. Kita sudah kehilangan kemuliaan sebagai seorang muslim. Berbagai kekerasan dan seksualitas lahir dari rahim televisi. Bukan mustahil kalo itu langsung dicontek abis oleh adik-adik, teman-teman remaja, dan juga ortu kita. Pikiran mereka terbelenggu oleh tayangan yang merusak, lalu memudarkan kemuliaan yang pernah diraih di masa lalu. Menyedihkan memang. Ya, terhina itu pedih, Jenderal!

Kemuliaan tidak ‘ujug-ujug’ tiba
Yup, kemuliaan nggak bisa ujug-ujug alias tiba-tiba datang menghampiri kita. Kalo kita sendiri tidak berusaha untuk mendapatkannya. Kalo kita tidak bangkit, ya nggak dapet. Pungguk merindukan bulan, namanya. Betul, harus ada keterlibatan dari kita untuk bisa bangkit. Firman Allah Swt.:

?¥???†?‘?? ?§?„?„?‘???‡?? ?„?§?? ???????????‘???±?? ?…???§ ?¨???‚???ˆ?’?…?? ?­?????‘???‰ ???????????‘???±???ˆ?§ ?…???§ ?¨???£???†?’?????³???‡???…?’
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.� [TQS ar-Ra’d [13]: 11]

Bangkit itu perlu, bahkan wajib sobat. Apalagi bila kita bicara tentang masa depan Islam. Ya, Islam. Agama yang selama ini kita anut, belum kembali ke puncak kejayaan setelah mengalami kemunduran. Dan yang berperan selama ini—disaat maju dan mundur—adalah kita, kaum muslimin.

Jadi, mari kita gapai kemuliaan itu. Caranya? Pertama, dakwah. Yup, tugas ini kudu kita emban untuk memahamkan umat yang belum ngeh tentang Islam. Kita harus membela Islam. Kedua, kamu kudu memahami Islam sebagai ideologi. Dengan begitu, kita bisa menjadikan Islam sebagai pedoman hidup kita. Islam bukan hanya mengatur urusan sholat, zakat, puasa aja, tapi sekaligus mengurusi masalah ekonomi, politik, pendidikan, hukum, peradilan, pemerintahan, dsb.

Ketiga, harus berani melakukan shiraul fikriy (pertarungan pemikiran) dengan berbagai ide sesat yang ada di masyarakat. Misalnya, sampaikan bahwa demokrasi sesat, nasionalisme itu tercela, sekularisme adalah bagian dari kekufuran dan sebagainya.

Keempat, kita harus bisa menunjukkan kelemahan dan kepalsuan sistem kufur yang tengah mengatur kehidupan masyarakat kita saat ini. Supaya mereka juga ngeh, bahwa selama ini ternyata hidup dalam lingkungan yang tidak islami. Itu sebabnya kita juga mengajak kaum muslimin untuk berjuang melanjutkan kehidupan Islam.

Pengen hidup mulia? Mari kita contoh Rasulullah dan para sahabat yang telah memberikan kemuliaan saat menerapkan Islam sebagai ideologi negara, di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Pemuda Islam, pantang menyerah dong. Kaji terus Islam, dan rapatkan barisan. Ayo bangkit, dan tetep semangat!

(Buletin Studia – Edisi 145/Tahun ke-4/19 Mei 2003)