Saturday, 23 November 2024, 04:49

Kamu wajib tahu yang satu ini. Kalo kita amati, ternyata ada lho “senjata pemusnah massal� yang beredar di sekitar kita. Kekuatannya melebihi kehe-batan bom atom, nuklir, senjata kimia-biologis, atau micro nuke yang ngamuk pada tragedi Bali. Dia mampu menerobos masuk ke dalam alam pikiran sehingga mengkontaminasi budaya keseharian kita. Wuih..dalem banget tuh. Selain itu sang korban pun akan menjadi amnesia alias nggak kenal ama dirinya sendiri. Nah lho?

Bayangin aja, kalo ada bogem mentah mendarat sukses di wajah kita, kita pasti cepet nyadar dan mungkin refleks balas mukul. Tapi serangan senjata ini malah bisa bikin sang korban terpesona sampai terhipnotis. Sehingga sang korban nggak nyadar kalo lagi dicuci otak, diperbudak, bahkan diinjak-injak!

Kita kudu hati-hati banget ama senjata ini. Soalnya dia mengincar kita, kaum Muslim! Masak sih? Iya. Karena asalnya dari orang-orang kafir yang udah kadung membenci Islam. Mereka bakal menempuh jalan apa pun untuk ngancurin Islam. Salah satunya melalui agent of change yang diperankan media massa untuk menyerang pemikiran Islam dan kaum Muslim serta memasarkan budaya mereka.

Ide-ide dan budaya Barat itulah yang kita maksudkan senjata pemusnah massal. Penyebarannya yang efektif melalui media massa dan hiburan mampu memusnahkan identitas keislaman sodara-sodara kita. Sampai sulit bagi kita untuk membedakan mana kawan dan mana lawan! Sahabat atau penjahat? Atau malah pengkhianat? Ini bener-bener gawat!

Perang kolosal “gaya baru�
Zaman sudah berganti. Nggak ada lagi “bintang perang� sekaliber Shalahuddin al-Ayyubi, atau Omar Mochtar yang berjuluk singa padang pasir. Pahlawan Islam pemimpin perang kolosal yang bikin orang-orang kafir kocar-kacir. Meski begitu, ada yang nggak berubah karena waktu. Yup, permusuhan orang-orang kafir terhadap kaum Muslim nggak akan pernah berakhir sampai hari kiamat. Usaha musuh-musuh Islam gagal mulu kalo perang fisik. Makanya mereka gencar melakukan perang kolosal gaya baru lewat pemikiran dan budaya. Hati-hati tuh!

Dengan dukungan penuh media informasi dan hiburan, pemikiran dan budaya barat bebas menjerat kaum Muslim. Sebab kecenderungan masyarakat sering kali diarahkan lewat opini umum yang dibentuk oleh media massa. Makanya orang-orang kafir girang banget karena berhasil menguasai kantor berita Reuters, surat kabar The New York Times, atau The Washington Post yang menjadi sumber berita utama internasional. Simak saja pernyataan seorang rabi Yahudi Rashoron (1986) dalam suatu khutbahnya di kota Braga. “Jika emas merupakan kekuatan pertama kita untuk mendominasi dunia, maka dunia jurnalistik merupakan kekuatan kedua bagi kita�. Bener khan?

Selain itu, orang kafir pun berusaha â€?mendakwahkan’ budaya rusak mereka melalui media hiburan. Nggak heran kalo film-film Hollywood banyak yang men-diskriminasikan Islam dan kaum Muslim. Orang Timur Tengah sering dipasang seba-gai tokoh teroris. Seperti dalam film “True Liesâ€? yang dibintangi Arnold Schwar-zenegger. Sayangnya banyak kaum Muslim terlena oleh gemerlap gaya hidup orang kafir yang diangkat ke layar lebar. Seku-ler, bermewah-mewahan, me-ngumbar aurat, dan?  kebebasan da-lam bertingkah laku. Banyak yang belum â€?ngeh’ ama bahaya pola hidup ini. Itulah kehebatan perang kolosal gaya baru via media massa dan hiburan ini.

Menebar fitnah via media massa
Dalam dunia jurnalistik, ada pepatah yang mengatakan “pena itu lebih tajam dari pem-bunuhan eh, dari pedang…�. Melalui goresan pena sang wartawan, kebaikan bisa berubah menjadi keburukan. Nama baik sese-orang pun akan hancur dalam sekejap lewat berita yang sampai kepada masyarakat. Dah-syat banget khan. Bisa jadi pedang Batosai-nya Kenshin kalah tajam ama pena sang jurnalis.

Untuk masalah pemberitaan, Mc.Luhan, penulis buku Understanding Media: The Extensive of Man, menyebutkan bahwa media massa adalah perpanjangan alat indera kita. Realitas atau fakta-fakta yang kita peroleh dari media massa adalah realitas yang udah diotak-atik atau second hand reality. Artinya, belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dan kita selaku pengkonsumsi berita nggak punya kemampuan untuk mengecek kebenaran setiap berita. Boro-boro buat ngecek berita, nggak ketinggalan informasi aja udah untung.

Sebagai contoh, ketika terjadi tragedi hancurnya menara kembar WTC. Media massa Internasional menggiring masyarakat untuk memvonis Usamah bin Laden dan al-Qaeda-nya sebagai pelaku pemboman. Selain itu, mereka juga mem-black list beberapa nama yang dituduh sebagai pelaku pembajakan pesawat tanpa didahului oleh penyelidikan yang aku-rat. Ternyata beberapa nama tidak terbukti terkait dengan tragedi itu. Ada yang lagi di tempat laen, malah ada yang udah lama menjadi penghuni rumah masa depan berbatu nisan!

Media massa juga turut men-sukseskan peng-anugerahan beberapa julukan negatif terhadap para pengemban dakwah. Apalagi setelah AS dengan gencar mengkampanyekan “War Against Teror-rism�. Gelar teroris, muslim Militan, mus-lim garis keras, atau ekstrimis Islam begitu lekat pada diri para pejuang Islam yang gigih melawan orang-orang kafir. Serangan terhadap Israel yang menewaskan satu prajuritnya dikatakan sebagai “serangan teroris�. Sementara se-rangan zionis terhadap ribuan Muslim Palestina dikesankan sebagai “upaya pembelaan diri�!

Selain kaum Muslim, fitnah juga dialamatkan terhadap ajaran Islam yang mulia. Guna memadamkan ruh jihad fii sabilillaah, dibentuk opini “Masyarakat Anti Perang� atau “Islam agama Damai�. Poligami, jilbab, atau pembagian harta warisan kepada wanita yang lebih kecil dibanding pria dikatakan sebagai bentuk diskriminasi dan pengekangan terhadap kebebasan wanita. Semua agama dianggap benar. Nggak cuma itu, banyak kaum Muslim yang lebih bangga berlindung di balik HAM daripada berhukum dengan aturan Allah. Ih…ih…iiiih..(sambil geleng-geleng kepala)

Rusaknya budaya sekuler Barat
Di era globalisasi ini wabah gaya hidup sekuler khas Barat kian merajalela menghinggapi kaum Muslim. Emang sih nggak ketauan siapa yang mengidap paham ini. Tapi kita bisa deteksi dari gejala-gejala yang ditunjukkin para pengidapnya. Kalo kamu liat orang yang matanya kuning, gigi kuning, kulit kuning, dan rambut kuning. Nah, itu berarti dia pengidap hepatitis yang nggak pernah sikat gigi tapi pengen gaya pake ngecat rambut pake warna pirang. Bukan pengidap budaya Barat sekuler. Hehehe…

Wabah budaya Barat dibangun dari pemisahan aturan agama dari kehidupan, alias sekulerisme. Orang kafir ngerasa bisa ngatur dirinya sendiri tanpa harus pake aturan agama. Tuhan ibarat the watch maker alias pembuat jam. Kalo kita amati, sang pembuat jam nggak akan berpusing-ria ikut campur dalam �kehidupan’ jam buatannya. Karena itu dalam budaya Barat, agama menjadi urusan pribadi masing-masing. Nggak boleh dibawa-bawa ke lingkungan publik. Soalnya di sana nggak ada tempat penitipannya. Ih…emangnya tas pake dititipin segala?

Asas sekuler itu yang melahirkan kebebasan individu. Tiap orang bebas ngapain aja yang disukainya, asal nggak bikin rugi orang lain. Kalo ada pihak lain yang coba mengusik kebebasannya bakal berurusan dengan negara.

Dengan kebebasan itulah mereka ber-lomba-lomba mengejar kese-nangan dan kele-zatan duniawi semata. Yang pada akhirnya mereka jadi budak materi. Apa pun bakal dijalanin asalkan ada manfaatnya. Terutama yang bisa menghasilkan duit. Makanya banyak masyarakat ekonomi lemah yang �hobi’ nongol silih berganti �mengisi acara’ Patroli, Sergap, Buser, dan liputan berita kriminal lainnya.

Nah, semua gejala di atas yang bikin rusak masyarakat. Termasuk di negeri paman samnya sendiri. Nggak percaya? Coba baca laporan pakar AS, Andrew Saphiro yang meneliti kondisi umum masyarakat AS melalui bukunya “Where Amerika Stands and Falls in the New World Order� pada tahun 1992. Lanjuut..!

Dilaporkan bahwa satu berbanding lima (1:5) dari anak-anak AS, dan satu berbanding sepuluh (1:10) dari warga dewasa hidup dalam kemiskinan parah; 27 juta orang AS lebih layak untuk disebut sebagai buta huruf dan 40 juta orang berusia setengah baya kerepotan untuk sekeadar membaca koran.

Lebih dari 20.000 per tahun terjadi kasus kejahatan pembunuhan. Satu dari sepuluh ga-dis AS yang berusia 15-19 tahun mengalami kehamilan di luar nikah. Terdapat lebih dari satu juta kejahatan penyalahgunaan obat terlarang yang berhasil dicatat setiap tahunnya oleh lembaga-lembaga terkait.

Berdasarkan laporan DW-World (27 Juli 2003), Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah narapidana terbanyak di dunia. Akhir tahun 2002 lalu, tercatat lebih dari 2 juta warga Amrik yang mendekam di penjara akibat melakukan tindak kriminal. Ada suatu kecenderungan bahwa tindak kriminal di AS naik rata-rata 2.6 persen setiap tahunnya.

So, cap modern, gaul, tren, atau metropolis untuk budaya Barat yang selama ini digembor-gemborkan semuanya cuma omong kosong doank! (jangan ditambah “Dik� di depan kata ini!)

Meningkatkan kewaspadaan
Sobat muda muslim, udah waktunya kita tingkat-kan kewas-padaan kita. Ciee…kaya pak polisi aja ya. Maksud kita, sebagai re-maja muslim yang gaul tapi tetep ideo-logis (ehm..ehm.. yang ngerasa boleh kirim wesel ke redaksi), kita patut mewaspadai segala informasi dan hiburan yang kita konsumsi. Jangan sampai kita jadi korban “senjata pemusnah massal� yang tertanam dalam tayangan televisi, siaran radio, koran, tabloid, atau majalah.

Eit,…mewaspadai bukan berarti kita puasa dari segala informasi dan hiburan. Bukan gitu. Entar malah jadi anggota PKI (Pemuda Kurang Informasi) atau IWaKI (Ikatan Wanita Kurang Informasi). Kita tetep wajib bin kudu memantau berita-berita tentang kondisi negeri kita atau kondisi negeri-negeri kaum Muslim di belahan dunia lain. Rasulullah saw bersabda: “Dan barangsiapa (bangun) di pagi hari sementara tidak memperhatikan kepentingan/urusan kaum Muslim, maka tidak termasuk golongan mereka (kaum Muslim)�. (al-hadits)

Makanya bagus juga kalo kita mau mulai belajar mengkritisi setiap peristiwa atau hiburan dari sudut pandang Islam. Pokoknya nggak usah malu bin segan bertanya atau mencari tahu untuk setiap berita yang menyangkut sodara-sodara kita di tempat lain. Kita bisa bertanya di forum-forum kajian islam yang membahas politik. Bisa juga lewat diskusi pribadi dengan ustadz yang jadi panutan, atau dengan teman-teman di dunia maya melalui mailing list.

Untuk cross check berita atau cerita dibalik berita bisa kita dapetin dari buku-buku atau majalah-majalah Islam yang membongkar konspirasi musuh-musuh Islam. Moga-moga kita nggak alergi ama buku-buku atau majalah-majalah �berat’ yang kita maksud. Berat isinya, apalagi harganya untuk kantong kita. Yang ngerasa boleh senyum kok.

Dengan begitu kita bakal ngerasain nikmatnya menjadi orang yang nggak sekedar �tahu’. Sehingga nggak ketipu ama media massa dan bisa memberikan pencerahan kepada orang lain. Dan kita siap menghadapi serangan �senjata pemusnah massal’ bernama media massa ini sampai Daulah Khilafah Islamiyah tegak atas pertolongan Allah. Setuju kan sobat? Mari berjuang! Kampanyekan terus penerapan Islam sebagai ideologi negara! Sekarang juga! [hafidz]

(Buletin Studia – Edisi 178/Tahun ke-5/19 Januari 2004)