Sunday, 24 November 2024, 10:15

Tujuh belas tahun yang lalu Gondo sebagai bayi mungil nyelonong dari kandungan ibunya, disusuinya dan dikhitanpun juga sudah. Karena bapak dan ibunya sibuk dengan bisnisnya, maka perkembangan Gondo, yang punya nama lengkap Gondo Lindu Prakasa ini, terbilang minim dari kontrol. Waktu berumur lima tahun saja sudah berani melempar kepala pamannya dengan botol kecap sampai benjol sebesar buah mengkudu. Ketika baru masuk SD dia menampilkan symptom yang cukup ekstrim, menaruh sebotol pipisnya di meja kepala sekolah. Pada semua pelajaran dia tidak pernah mood dan khusus terhadap pelajaran agama (Islam) dia sangat alergi karena menurutnya agama selalu melarang untuk melakukan ini atau melakukan itu. Meskipun tidak pernah dikelonin oleh Karl Marx maupun Vladimir Lennin, entah mengapa Gondo juga menganggap agama sebagai racun. Kalau diingatkan untuk terikat pada syari’at Allah, dia malah bersikap seperti orang terkena parkinson, ngeliyep-ngeliyep seperti unta disengat tawon gila.

Kini dia telah berubah menjadi remaja dengan sikap secongkak George W Bush, sebejat Hitler, seliar Moussollini, dan sebebal Ariel Sharon sang PM Israel itu. Apalagi setelah dia bernaung di bawah bendera geng liar Gundul Pacul sebagai kepala urusan pengkaderan. Ratusan angkutan umum telah penyok, ratusan pelajar ubun-ubunnya telah dibikin memar, dan tidak terhitung berapa pelajar putri yang telah dilecehkan oleh Gundul Pacul. Gondo telah mengkader ratusan siswa SMU dan SMP menjadi siswa urakan dan kasar dengan tipikal kepala dicukur gundul plontos, anting ditancepin di hidung seperti badak bercula satu, dan tatto bergambar siamang bunting di bahu kirinya. Sekolah pun terkadang merasa minder berhadapan dengan Gundul Pacul karena mereka tidak segan-segan merusak apa saja. Persis seperti genderowo mabuk.

Pada berbagai aktivitasnya Gundul Pacul tidak pernah bermusuhan dengan geng-geng lain seperti geng Kolor Kondor yang hobi sarapan pagi shabu-shabu maupun geng Sundel Bolong yang dimotori siswi-siswi setengah liar yang demen me-launching udel bodongnya. Yang dimusuhi Gundul Pacul akhir-akhir ini justru siswa-siswi yang dibina keislamannya di majlis ta’limnya Tuan Sufi. Lho? Usut punya usut dan usul punya asal, ternyata dakwah siswa-siswi ini di sekolah secara tidak langsung telah dinilai menghambat gerak pengkaderan Gundul Pacul. Bagaimana tidak menghambat? Para siswa semakin hari semakin kuat keislamannya sejalan dengan aktivitas dakwah siswa-siswi binaan Tuan Sufi. Pamor Gundul Pacul pun dapat dibilang makin surut dan bahkan siswa-siswi Muslim mulai berani menyudutkannya dengan gurauan yang menohok, “Ikutilah Gundul Pacul kalau mau gundul dan dipacul malaikat di akhirat“.? Karena merasa dihambat, geng Gundul Pacul sering melakukan intimidasi dan ancaman teror terhadap siswa-siswi Muslim tersebut. Namun, semakin ditekan semakin kuat pulalah keimanan mereka terhadap ayat Allah SWT yang sering disampaikan oleh Tuan Sufi, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS. Muhammad: 7).

Bunyi sepeda motor trail terus-menerus meraung garang tepat di depan majlis ta’lim Tuan Sufi. Dialah Gondo dan dua puluh lima orang temannya yang berusaha menteror melalui show force. Di dalam majlis ta’lim itu Tuan Sufi sedang membahas topik tentang ?Perjuangan Menegakkan Syari’at Islam Melalui Aktivitas Dakwah‘. Topik ini juga yang rencananya akan diseminarkan bulan depan di sekolah. Seminar ini sebagai bagian aktivitas penyadaran terhadap kewajiban keterikatan kepada syari’at Allah baik dalam skop individu maupun masyarakat. Gundul Pacul tidak berani melabrak majlis ta’lim tersebut karena mereka khawatir, jangan-jangan dibalik keteduhan dan ketenangan Tuan Sufi tersimpan tenaga pancar geni yang akan membuat mereka ambruk sekali gebrak. Mereka hanya bisa meraungkan motornya dan berteriak-teriak seperti suara kelong wewe terhimpit pluto. Sementara itu, siswa-siswi Muslim tetap khidmat menyimak topik hangat yang sedang disampaikan oleh Tuan Sufi, dan tidak mempedulikan aksi Gundul Pacul yang sedang parade di luar. Pada lubuk hati mereka ada sebuah keyakinan utuh, bahwa geng-geng seperti Kolor Kondor, Sundel Bolong, dan Gundul Pacul sebentar lagi akan punah seiring dengan sinar Islam yang mulai menyinari sekolah-sekolah melalui aktivitas dakwah yang tidak akan pernah redup apalagi padam. (Sadik)

[diambil dari Majalah PERMATA, edisi Mei 2002]