Friday, 22 November 2024, 07:02

Pemilu putaran pertama berakhir sudah. Sebuah steal the show sukses dilakukan partai Islam. Para pengamat justru menilainya karena mereka tidak menampakkan warna keislamannya. Betulkah?

Pagelaran akbar dua babak yang digelar di negeri tempat kelahiran Gajah Mada, sedang memasuki break. Pesta besar dengan dana besar dan melibatkan banyak orang, kemudian orang-orang pinter menyebutnya Pesta Demokrasi. Pesta demokrasi kali ini terbagi dua episode, Part I pemilu legislatif dan Part II pemilu presiden dan wakilnya. Pada pesta demokrasi part I kali ini, mulai digunakan sistem online dalam penghitungan suara, biar cepet gitu. Tapi sayang dana yang mencapai milyaran rupiah untuk membangun teknologi itu tidak mendapat hasil yang diharapkan. Katanya sih karena kualitas SDM-nya lemah, alias operatornya gatek (gagap teknologi!).

Pemilu kali ini juga masih ditemukan gaya-gaya kuno politisi busuk. Politisi busuk itu masih aja coba-coba menggunakan jurus money politic alias bagi-bagiin angpaw. Kabarnya jumlah uang yang dibagiin sekitar Rp 5.000. Emang nggak banyak sih, cukup untuk beli bakso. Tapi kan tetap aja ulah itu buruk dan tidak mendidik masyarakat. Meski gitu, ?pastinya Pesta Demokrasi Part I telah berakhir dengan aman dan terkendali. Biar diawali dengan bersilat lidah dan perang urat syaraf, tapi yang jelas tidak ada adu silat ala Si Pitung atau tawuran massal gaya pelajar masa kini, apalagi sampai terjadi The Last Politisi.

Kebangkitan partai Islam?

Setelah penghitungan perolehan suara pemilu 5 April, kini kita bisa lihat bagaimana keampuhan jurus-jurus jurkam dalam menaklukan hati pemilih. Silat lidah jurkam partai Golkar ternyata masih ampuh untuk memikat pemilih, sementara ini, partai berlambang beringin itu sukses menempati urutan teratas perolehan suara secara nasional. Kesuksesan partai Golkar? itu sih biasa, sudah diramal sebelumnya.

Justru yang menjadi bintangnya pemilu kali ini adalah Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai pimpinan Hidayat Nur wahid itu memperoleh suara sementara sekitar 7%.? Benar memang tidak besar, but angka itu merupakan peningkatan yang cukup besar jika dibanding pemilu sebelumnya.

Lima tahun lalu ketika masih bernama Partai Keadilan (PK), bahkan tidak lolos electoral threshold lho. Sepak terjang PKS di rimba perpolitikan Indonesia mampu menarik perhatian masyarakat terutama pengamat politik. Nggak cukup sampai di situ, di beberapa TPS suara PKS mampu mengungguli perolehan suara PDIP maupun Partai Golkar, termasuk di Ibukota negeri ini. Dan yang lebih hebat lagi, di TPS tempat Ibu Mega nyolok, PKS sukses mengalahkan perolehan suara? PDIP, Si Moncong Putih takluk di kandangnya sendiri. Pendeknya bolehlah kalau PKS digelari sebagai Rookie of the election untuk katagori Partai Islam.

Tapi sobat muda, itu semua masih belum menunjukan kebangkitan politik Islam (lho kok?). Iya dong, mari kita coba menganalisis. Melonjaknya perolehan suara PKS belum mencerminkan adanya perubahan persepsi yang mendasar dari pemilih. Pengamat politik sekaliber Mochtar Pabottingi mengatakan, “Sukar untuk mengatakan akan ada perubahan mendasar dalam kehidupan politik Indonesia setelah Pemilu 2004”.

Hal senada juga disampaikan Pak Indria Samego pengamat politik dari LIPI, beliau mengatakan, “Naiknya simpati pemilih pada PKS justru karena tidak mengedepankan isu Islam spesifik kepada pemilihnya, misalnya Piagam Jakarta. Dengan begitu basis pemilih yang ingin diraihnya semakin luas, meliputi kalangan Islam tradisional dan modern. Artinya? kemenangan itu bukan karena pemahaman bahwa Islam harus diterapkan dalam kehidupan masyarakat dan Negara. ?Meroketnya perolehan suara PKS, sebenarnya lebih banyak disebabkan sikap PKS yang anti terhadap KKN. Karena itulah kemudian PKS mendapat banyak simpati dari pemilih yang? menginginkan pemerintahan yang bersih dan peduli, suatu hal yang terasa kurang garam alias hambar diperjuagkan partai Islam yang lain. Wajar pula jika di beberapa kota seperti Surabaya, Solo, malang dan Semarang, PKS berhasil mencuri suara dari partai-partai Islam seperti PPP, PKB, dan PBB dalam jumlah yang cukup besar.”

Dalam sebuah survey yang dilakukan Jawa Pos 3 September 2003 lalu, hasilnya PKS adalah partai yang paling layak dipercaya, alasanya karena PKS tuh peduli ama rakyat dan konstituen (pemilih). Juga karena anggota dewan dari PKS tidak terlibat politik uang. Semua orang sudah tahu kalau caleg-caleg PKS merupakan orang-orang yang baik, bersih, dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Peduli dan Bersih emang udah jadi platform PKS. Dalam tiap kampanyenya PKS melancarkan jurus-jurus ampuh yang mengedepankan isu-isu pemberantasan korupsi. Seperti dikatakan oleh Muzzammil Yusuf Ketua PKS, yang akan memecat anggota dewan dari PKS jika terbukti terlibat KKN. Bener lho, itu semua telah dibuktikan oleh kader-kader PKS, misalnya seperti yang terjadi di Aceh, Sumsel dan Sumbar. Di daerah tersebut anggota dewan PKS menggunakan uang upeti yang dibagikan pada anggota dewan untuk dibagikan kepada masyarakat untuk kepentingan orang banyak.

Pernah juga anggota dewan dari PKS membongkar korupsi dalam bentuk dana mobilitas anggota DPRD Jateng sejumlah 95 juta per orang. Sebuah penelitian yang dilakukan Jaringan Media Profetik (JMP) berkaitan dengan anggota dewan PKS, Husin al-Banjari mengatakan “Selama 5 tahun berkiprah, mereka telah mengembalikan uang suap total senilai 5,3 miliyar dan menyelamatkan uang negara senilai total 739,6 milyar rupiah”.

Faktor lain yang sangat boleh jadi mendongkrak perolehan PKS adalah adanya isu “Proyek Yusuf 2004”. Isu bahwa orang-orang Nasrani sedang menjalankan proyek untuk mengkristenkan Indonesia. Maka beredarlah SMS yang mengatakan bahwa Vatikan dan Amerika mendukung? agar orang-orang Nasarani di Indonesia memilih PDS.

Selain itu, muncul pula isu bahwa partai tertentu didominasi caleg-caleg dari kalangan non Islam. Sehingga muncul kekawatiran parlemen akan dikuasai oleh oring Nasrani. Jika itu terjadi, logisnya akan dibuat undang-undang yang akan merugikan umat Islam. Lebih menakutkan lagi bahwa di Indonesia akan terjadi proses kristenisasi. Maka diangkatlah isu itu di kalangan ummat Islam, dan disuarakan dalam diskusi, seminar dan pengajian-pengajian. Diharapkan nantinya kaum muslimin untuk memilih partai Islam agar Proyek Yusuf itu gagal.

Juga jangan sampai kaum muslimin golput alias tidak nyolok, karena golput berarti memilih partai sekuler dan membantu orang nonmuslim untuk menang katanya. Hal senada diungkapkan presiden PKS Hidayat Nur Wahid, “Jangan ada golput. Golput hanya akan memenangkan kelompok pro status quo, memperpanjang tirani dan kekecewaan”. So, itulah faktor-faktor yang mendorong naiknya perolehan suara PKS pada pemilu kali ini.

Belum Berubah

Dari penjelasan di atas sebenarnya kita bisa menduga dan meraba-raba, bahwa kesadaran? politik? Islam kaum muslimin belumlah banyak berubah. Fenomena tersebut belum mengubah peta politik secara keseluruhan. Menurut Mohamad Qodari, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang terjadi hanyalah sejumlah ‘longsor-longsor kecil’.? Tapi jangan kecewa dulu kawan, sebab kesadaran politik Islam tidak bisa dilihat dari melonjaknya perolehan suara partai Islam atau kemenangan partai islam. Karena kemengan partai sperti itu bukan karena kesadaran Islam yang mendalam. Sebenarnya kalau kita sedikit peduli kita bisa melihat bahwa sudah ada sinyal-sinyal perubahan, sudah ada kesadaran diantara kaum muslimin meskipun belum secara massal. Kesadaran itu walaupun masih berupa percikan-percikan, tapi hadir ditengah-tengah kita.. Munculnya arus pemikiran di tengah-tengah kita yang menginginkan ditegakan syariat Islam. Ada Majelis Mujahidin Indonesia, yang dimotori Abu Bakar Ba’asyir, dengan lantang menyerukan diberlakukannya hukum-hukum Islam. Bahkan Ustadz Abu Bakar sendiri mengatakan bahwa sudah saatnya kita ini mengadakan revolusi. Malahan kabarnya MMI sudah membentuk Ahlul Halli wal Aqdi segala lho. Kemudian munculnya kampanye syari’ah, yang menginginkan berlakunya syari’at Islam, dan tegaknya daulah khilafah, yang diusung oleh Hizbut Tharir Indonesia. Mereka mengajak kaum muslimin di Indonesia khususnya, untuk kembali pada hukum Islam dan menyerukan kepada pemimpin ummat untuk segera menerapkan Syari’at Islam, juga untuk melawan dominasi penjajah yang dimotori AS. Sering dengan itu, juga kita jumpai di tengah-tengah kita diskusi-diskusi, seminar tentang tegaknya hukum Islam dalam kehidupan masyarakat dan Negara. Bahkan adanya Golput juga bisa dikatakan sadar lho. Kok? bisa ?. Iya, asalkan golputnya itu karena kesadaran bahwa jalan pemilu itu jalan yang salah, bukan karena kecewa pada partai-partai yang ada karena tidak bisa memberantas kemiskinan dan menurunkan harga-harga. Juga bukan karena kecewa tidak dikasih jabatan. Yang lebih mengembirakan lagi, tidak sedikit pula mereka-mereka yang menyuarakan Islam politik berasal dari kaum muda, dari kalangan mahasiswa bermutu (bermuka tua) sampai pelajar-pelajar yang masih imut-imut, tak ketinggalan pula para ABG. Atau …..barangkali kamu-kamu yang sedang membaca tulisan ini juga salah satunya dari sekian orang yang telah sadar tadi.

Kebangkitan Islam politik sebenarnya merupakan gejala yang sudah menglobal, bahkan lebih maju selangkah dari menglobalnya informasi. Kalau kita rajin membaca dan mendengarkan berita, di berbagai Negara negeri-negeri kaum muslimin kesadaran itu telah nampak. Di timur tengah, kesadaran Islam politik sudah begitu tinggi sampai-samapi membuat musuh-musuh Islam pusing tujuh keliling. Kesadaran Islam politik yang diusung berbagai macam harokah, mampu mempengaruhi masyarakat luas, dan mengancam kaki tangan penjajah di negeri muslim. Tekanan dan keinginan masyarakat untuk menerapkan Islam dan menegakkan Daulah Khilafah, semakin hari semakin menguat. Di negeri kaum muslimin, seperti Irak, Suriah, Lebanon, Sudan, Yordania, Pakistan, Uzbekistan dan negeri kaum muslimin yang lain, membicarakan penerapan syari’at Islam dan menegakkan daulah Khilafah sudah menjadi makanan sehari-hari. Bahkan di Negara barat sekalipun, kita juga bisa melihat geliat Islam politik ?Di Ingris, ribuan kaum muslimin turun di jalan mengajak kaum muslimin untuk kembali kepada Islam dengan menegakan daulah khilafah. Kesadaran itu juga muncul di Perancis, Jerman, ?juga negeri kangguru Australia. Karenanya barat beserta antek-anteknya mulai kepanasan, dan mulai membuat rekayasa. Kemudian muncul isu terorisme, dan mengajak semua Negara unutk memerangi terorisme, yang sebenarnya mengaja untu memerangai Islam

Untuk itu sobat muda, jika kita melihat kenyataan di negeri kita ini, ternyata masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh parpol-parpol Islam. Kesadaran Islam di negeri kita ini harus terus ditumbuhkembangkan. Parpol-parpol Islam harus lebih banyak lagi melakukan pembinaan-pembinaan kepada masyarakat. Memperbanyak pengajian-pengajian, dan penyadaran-penyadaran secara besar-besaran? Maksudnya agar kesadaran kaum muslimin untuk menerapkan syari’at Islam dalam kehidupan semakin meningkat. Parpol-parpol Islam sudah harus mulai mengurangi dan menghilangkan kebiasaan mempolitisasi agama untuk mendulang suara dalam pemilu, itu namanya pembodohan.? Kalau masyarakat dibodohi terus kapan pinternya? Parpol Islam juga harus berani, tegas dan jelas dalam menyampaikan Islam, jangan takut tidak dipilih. Buat apa banyak-banyakan suara kalau masyarakatnya nggak sadar-sadar. Apalah artinya banyak-banyakan anggota dewan, tapi sistemnya masih sistem kuno alias sitem warisan penjajah. [D. Saputra]

[diambil dari Majalah PERMATA, edisi Mei 2004]

4 thoughts on “Pemilu 2004: Sukses Partai Islam, Sukses Islam?

  1. Apakah PKS dan partai-partai Islam lainnya dapat menjamin apabila mereka telah mendapatkan kekuasaan akan mempu menerapkan Syariat Islam secara Kaffah…? apakah mungkin Syariat Islam dapat di perjuangkan dan diterpkan melalui Parlement yang notabene merupakan Institusi pelegalisasi hukum kufur…? apakah perjuangan Stariat Islam melalui jalur Parlement itu sesuai dengan Islam dan sunah Rasulullah saw ….? apakah perjuangan politik (kiffah asy-shiyasy) yang dicontohkan Rasulullah saw seperti yang dlakukan partai-partai Islam saat ini (dengan memasuki Parlement/berbagi kursi dengan para politisi sekuler dalam sistem kufur)……?
    Maka hanya orang jeniuslah yang akan menjawab “TIDAK”.
    Partai Islam yang sejati tidak akan pernah toleran dangan Sistem kufur,mereka tidak akan pernah sudi bergabung dengan sistem kufur (dengan masuk ke Parlement), mereka kan selalu berpegang teguh kepada Islam dan Sunnah Rasul.

    Wahai kaum Muslim…..
    Hak pilih hukumnya Mubah,
    Menerapkan Syariat Islam adalah wajib,
    Memilih pemimpin dan wakil rakyat yang akan memerapkan hukum kufur adalah HARAM,
    Datang ke TPS untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat yang akan menerakan huum kufur adalah Di “LAKNAT ALLAH”.

    Wahai kaum muslim GOLPUT- lah demi tegaknya Syariat Islam scara Kaffah dengan bingkai Daulah Khilafah ar-Rasyidah.

  2. GOLPUT IS THE BEST

    Mengapa harus golput?

    1. Tidak boleh semajelis dengan kaum kuffar (QS 4:140)

    2. Tidak boleh bermusyawarah dengan yang tidak seidiologi islam (QS 42;38, 3;159)

    3. Tidak boleh mengikuti / memilih kepemimpinan yang kufur (QS 5:55, 5:50, 9:23, 60:1)

    4. Harus mencontoh rasulullah (QS 33:21), sementara rasulullah tidak mencontohkan masuk berparlemen dalam darun nadwah Quraisy

    5. Harus berbarao?ah (berlepas diri) dari sistem kuffur (60:4)

    6. Tidak boleh Ta?awun dalam ismun dan udwan

    7. Tidak boleh tasyabbuh pada kaum kuffar

  3. dari beberapa ayat di atas sudah jelas apa hayo hukum nya klo ikut serta menyukseskan program thogut ( Demokrasi&pemilunya ).
    Yang seharusnya program tsb bukan disukseskan tp dihancurkan oleh umat islam.

Comments are closed.