Friday, 22 November 2024, 13:04

Ketika saya bersekolah dulu ada beberapa kawan? yang suka berdagang di kelas. Macam-macam. Mulai dari makanan, merchandise macam stiker sampai kerudung. Kegiatan macam itu jelas menyenangkan. Buat saya dan teman-teman, setidaknya membuat kita nggak usah cape-cape jajan ke kantin. Nilai plusnya juga ada, bikin teman senang berwirausaha dan menjalin solidaritas.

Memang, nasib kita tidak sama. Ada remaja yang aman dan lancar bersekolah tanpa perlu ikut pusing memikirkan uang bayaran dan jatah beli buku atau bayar foto kopian dari guru. Karenanya berdagang adalah salah satu bentuk kegiatan teman-teman kita untuk menambah uang saku. Bisa jadi ada kawan-kawan yang mengandalkannya untuk membayar SPP. Sewaktu saya masih SD – sekolah saya terletak di pedalaman kota Udang –, kawan-kawan saya banyak masuk kelas bersepatu kulit alias nyeker. Kebanyakan kawan-kawan saya bekerja membantu orang tuanya bekerja di sawah. Maka setiap musim panen selalu saja ada kawan-kawan yang tidak masuk. Ada yang membantu panen atau menggembalakan kambing. Ada juga kawan saya yang setiap sore, usai pulang sekolah, menjadi penarik becak. Bayangkan, anak SD narik becak!

Tapi jangan pernah bilang kalau remaja tidak pantas mencari uang. Pernyataan itu nggak benar sama sekali. Dalam agama kita, setiap orang yang telah akil baligh sudah memiliki kewajiban untuk bisa menafkahi dirinya sendiri. Ketentuan ini berlaku khusus bagi anak-anak cowok. Kita, kaum lelaki, memang tulang punggung keluarga. Kita sudah diposisikan oleh Allah SWT. sebagai penanggung jawab keluarga.

Tentu saja hal ini baru akan berlaku pada remaja yang sudah masuk usia akil baligh, bagi yang belum mereka masih jadi tanggungan orang tua masing-masing.

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.”(Al Baqarah [2]:233).

* * * * *

Tahukah kamu bahwa agama kita cinta pada orang-orang yang bekerja?

Suatu ketika Rasulullah saw. berjabat tangan dengan Sa’ad bin Mu’adz. Beliau saw. mendapati telapak tangan Sa’ad kasar. “Apa gerangan ini, wahai Sa’ad?” tanya Nabi saw.. Sa’ad menjawab bahwa tangannya kasar karena pekerjaannya. Spontan Rasulullah saw. mencium kedua telapak tangan Sa’ad sambil memujinya, “Ini adalah dua tangan yang dicintai Allah SWT.”

Nabi saw. pun pernah mengingatkan kita akan makanan terbaik yang bisa kita makan adalah yang berasal dari kerja keras kita sendiri.

“Tidaklah seseorang di antara kalian makan makanan yang lebih baik daripada dari memakan makanan yang diperoleh dari kerja tangannya.”(HR. Bukhari).

Dengan begitu, tidak ada istilah umat muslim bermalas-malasan walau untuk alasan beribadah. Mendekatkan diri kepada Allah bukan berarti dengan cara menenggelamkan diri dalam zikir dan doa sampai lupa daratan. Apalagi bila kemudian menengadahkan tangan, mengharapkan bantuan dari orang lain. Bagaimanapun juga memberi lebih baik dari pada meminta.

“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah,”(HR. Bukhari).

Hmm, jangan pernah berpikir untuk hidup seperti benalu. Mengambil manfaat dari hasil kerja orang lain. Agama kita menjauhkan umatnya dari perilaku demikian. Suatu ketika Rasulullah saw. didatangi seorang laki-laki yang berkeluh kesah tentang kesulitan hidupnya, dan meminta uang. Rasulullah mendengarkan keluh kesah pria itu lalu memberinya uang dua dirham. Sewaktu memberikan uang tersebut Beliau berkata, “Ambillah satu dirham untuk makan keluargamu, dan satu dirham lagi untuk membeli kapak.”

Beberapa hari berlalu pria itu kembali mendatangi Rasulullah saw. untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan beliau. Kehidupannya kini menjadi lebih baik.

Meminta-minta? Sebaiknya jauhkan kebiasaan macam ini pada diri kita. Nabi saw. bersabda:

“Jika sekiranya salah seorang di antara kamu berangkat pada waktu pagi untuk mencari kayu lalu dia memikulnya di atas belakangnya. Kemudian dia bersedekah dengannya dan tidak mengharapkan pemberian dari orang lain, maka itu adalah lebih baik baginya dari meminta-minta daripada orang lain.”

* * * * *

Bekerja, selain bermakna ibadah, juga membuat kita mandiri. Tidak bergantung pada orang lain. Dalam bahasa lainnya kita nggak bakal menyusahkan orang lain. Sementara ada orang yang masih harus dibantu, ia justru sudah bisa mencukupi dirinya sendiri. Syukur-syukur ia bisa membantu orang lain. Karena itulah orang yang bekerja juga akan dihormati oleh orang lain.

Kalau kamu tahu, para pengusaha sukses di tanah air dan di dunia tidak membangun kerajaan bisnis mereka dalam semalam, tapi sejak dini. Almarhum H Mas Agung pendiri perusahaan Gunung Agung meniti perusahaannya sejak ia muda. Pelawak dan entertainer beken Eko Patrio sejak kecil sudah terbiasa berdagang sejak anak-anak. Konon ia biasa berdagang petasan di bulan puasa. Novelis muslimah terkenal Helvy Tiana Rossa sudah merintis karir menulisnya sejak remaja. Ia rajin mengirimkan karangan-karanganya ke sejumlah majalah anak-anak dan remaja.

Temukanlah kebanggaan diri saat kamu bisa memperoleh uang. Meski mungkin menurut orang tidak banyak tapi kamu akan merasakan kepuasan yang belum pernah ada. Ketika kamu membeli makan dari uang hasil jerih payahmu, apalagi saat kamu bisa memberikan sesuatu pada orang-orang yang kamu cintai; orang tua atau adik. Binar mata senang orang-orang itu akan semakin membuat kamu percaya bahwa bekerja itu adalah amal yang menyenangkan.

Bagi teman-teman remaja yang kebetulan harus bekerja membanting tulang – baik untuk membiayai uang sekolah sendiri, atau untuk membantu orang-orang yang kamu cintai –, banggalah dengan pekerjaanmu. Tak peduli kamu berdagang makanan kecil, menjajakan koran di jalanan, di kereta, atau menawarkan jasa sebagai pengajar, kuli bangunan, menjadi tukang ojek, menjadi supir angkot atau kenek, banggalah dengan pekerjaanmu, karena Allah mencintaimu, hamba-hambaNya yang bekerja.

Kamu yang belum bekerja, kembangkanlah kemampuanmu. Kita percaya Allah menciptakan manusia pasti dengan kelengkapan kemampuan untuk bekerja. [januar]

[pernah dimuat di Majalah PERMATA, edisi September 2003]

1 thought on “Kerja

  1. bekerja adlh ibadah,trkdng mmg uk mncukupi kbuthan sekolah mmg qta hrs cr solusi dgn krja.yg pntng halal.krn dulu sy jg prnah mngalami ktika msh sekolah di pengasih kulonprogo 40km barat kota jgja.tp tntunya org tua hrs mmberikan arahan prioritas bljar bg anak2nya.

Comments are closed.