Oleh: Hari Mukti
Kita sering mendengar istilah keluarga, masyarakat, dan negara. Ketiga institusi itu adalah wadah untuk saling berbagi peran. Jadi pemimpin, juga siap dipimpin. Keluarga, adalah lembaga terkecil dari seluruh tatanan sistem yang ada. Dalam keluarga, kita juga berbagi posisi. Ada ayah, yang tugasnya menjadi kepala keluarga. Beliaulah yang akan bertanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarga. Di situ ada ibu, yang kebagian peran sebagai pengutur rumah tangga. Wewenang beliau mencakup urusan dapur dan juga segala hal yang berkaitan dengan kondisi rumah, termasuk mengurus suami dan anak-anaknya. Tugas kita, sebagai anaknya adalah mendukung.
Hidup berumah tangga (keluarga) tak sesulit yang kita bayangkan, tapi juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Artinya apa? Berkeluarga adalah sebuah pilihan bukan kebetulan. Sehingga, kita bisa menyiapkan dengan matang. Itu sebabnya, orang yang sudah siap berumah tangga, alias berkeluarga sudah harus menerima risiko apapun dan menghadapinya dengan penuh tanggung jawab.
Keluarga, akan sangat terasa sejuk serta damai, manakala terjalan komunikasi yang sehat di antara seluruh anggota keluarga. Indahnya hubungan tersebut tercermin dari rasa tanggung jawab masing-masing terhadap peran yang sudah dimilikinya. Kasih sayang, ketulusan, disiplin, dan tanggung jawab menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sebuah keluarga yang harmonis. Bahkan keluarga seharusnya menjadi tempat untuk berlabuh. Bukan sekadar pelabuhan untuk melepas lelah, tetapi juga berlabuh dari seluruh keluh-kesah, kesedihan, kekesalan, kekecewaan, kebahagiaan, kegembiraan dan segala perasaan hati. Keluarga adalah tempat untuk kita curhat.
Jika kita ada masalah di sekolah, masalah dengan teman, komunikasikan dengan ayah, ibu, atau kakak kita. Tak usah segan ataupun malu. Sebab, merekalah orang-orang yang layak dijadikan sebagai tempat untuk mencurahkan seluruh isi hatimu. Insya Allah, jika kamu berhasil menyampaikan perasaan hatimu maka orangtua akan merespon dan memberi dukungan terhadap masalah yang sedang kamu hadapi. Indah sekali bukan?
Saya punya pengalaman pribadi saat masih sekolah dulu. Ayah, bagi saya adalah figur yang penuh wibawa. Ia seperti ‘polisi’ dalam hidup saya. Jika saya berada di rumah, saya begitu merasa nyaman dan aman. Ketika saya berada di luar, saya tetap merindukan keluarga. Sehingga, tak jarang saya selalu curhat kepada ayah. Sebab, beliaulah yang menanamkan dan menumbuhkan karakter kepada seluruh anggota keluarganya.
Suatu saat saya pernah dimarahin sama ayah. Tapi beliau tak pernah memukulkan tangannya. Yang beliau lakukan hanyalah menyampaikan kata-kata. Saya ingat betul apa yang beliau katakan kepada saya ketika saya berbuat salah, “Hari, sebetulnya ayah bisa saja bikin benjol kepala kamu, tapi itu adalah orangtua yang tak bijaksana. Sini ayah berikan hukuman buat kamu,” ujarnya sambil mengajak saya ke kamar mandi. Ia contohkan sendiri bagaimana cara menggunakan sikat untuk membersihkan lantai kamar mandi. Beberapa kali diulang, dan akhirnya saya yang meneruskan. Awalnya saya kesal, tapi lama-lama saya menyadari bahwa itu adalah bentuk hukuman yang mendidik.
Itu sebabnya, saya merasa prihatin jika menyaksikan keluarga modern saat ini yang hanya sibuk mencari karir dan materi. Sementara keluarga harus dikorbankan. Tak sedikit anak-anak dalam keluarga modern yang terjerumus narkoba, pergaulan bebas, bahkan kriminalitas, karena keringnya sentuhan kasih sayang dan nilai agama dari orangtuanya. Mulai sekarang, mari jadikan keluarga sebagai tempat paling indah untuk berbagi kasih sayang dan tangung jawab.[]
[pernah dimuat di Majalah PERMATA, edisi Desember 2002]
saya ingin sekali curhat dengan keluarga saya…
tetapi selama ini..
mama selalu marah2…
saya punya banyak sekali problem di keluarga saya…
tapi tidak tahu lagi ingin curhat pada siapa..
sama mama.. ga prnah di tnggapin dan selalu saja marah2..
sama papa.. takut… ntar mama papa tambah ribut..
sama temen takut ntar jadi aib…
lalu sama siapa lagi…
di hari ulang tahun saya pun tetap saja ada keributan bahkan lebih parah lagi..
sehingga seaharian saya tidak berhenti menangis…
saya ahrus bagaimna?? jujur saya tidak tahan dengan keadaan ini//