Hayoo…kamu-kamu pasti kaget baca judul STUDIA kali ini. Udah pake bahasa bule, kata yang biasanya diisi “love� diganti “time� pula. Sebetulnya, apa sih istimewanya time or waktu itu? Jawabannya sih tergantung. Tiap-tiap orang punya definisi berbeda-beda dengan kosakata waktu ini.
Umumnya remaja seusia kamu nggak begitu menganggap penting waktu. Eits… jangan protes dulu, lihat aja tuh banyak pelajar yang nongkrong depan warung dekat sekolah setelah jam pelajaran usai. Belum lagi yang pada keluyuran sibuk cuci mata di mal-mal. Ato ngegosip ngalor-ngidul di pojokan kantin. Ngaku aja deh nggak usah pake senyum-senyum gitu (sori kalo tertuduh). Belum lagi anekdot konyol tapi bisa bikin kita tersenyum yang sering dijadikan hiasan kaos oblong �muda hura-hura, tua kaya-raya, mati masuk surga’. Nah, lho!
Biar pun cuma becandaan, tapi dari situ bisa dilihat kalo itulah mental yang banyak dianut selama ini. Biasanya pula cuma itu yang mampu dilakukan, mimpi dan terus bermimpi hidup enak tanpa mau menghargai sang waktu. Biasanya itu menimpa remaja-remaja yang miskin konsep hidup dan nggak ngerti tujuan mereka hidup tuh mo ngapain.
Semoga tulisan ini bisa membantu kamu selangkah atau bahkan beberapa langkah untuk lebih maju pola pikirnya. So, lanjut en baca terus sampe tuntas..tas..tas.
What is time?
Kalo kamu sudah dapat jawaban apa sih waktu itu, maka kamu pasti nggak akan mau menyia-nyiakannya lagi. Waktu sekali berlalu tak akan pernah kembali meski sedetik. Coba kamu mulai main hitung-hitungan dengan umur kamu sekarang, waktu yang sudah berlalu, dan berapa tahun lagi jatah kamu hidup di dunia ini. Seratus tahun? Seribu tahun? Nggak, lagi! Umur Rasulullah yang 63 tahun hidup di dunia itu yang bisa dijadikan patokan standar umur buat manusia yang hidup sesudah beliau. Dengan bayangan garis �finish’ ini kamu jadi punya bayangan tinggal berapa umurmu.
Imam Ghazali pernah bilang kalo manusia yang umurnya 60 tahun sesungguhnya dia hidup cuma 40 tahun saja. Nggak percaya? Coba hitung dengan anggapan manusia umumnya tidur sehari semalam selama 8 jam. Praktis 1/3 waktunya sudah �hilang’ untuk tidur. Eits…bukan berarti tidur itu nggak penting loh. Masalahnya bagaimana kita memaksimalkan waktu ketika kita bangun dan terjaga untuk bekal di kehidupan kelak.
Nah, berapa tahun sudah kamu tidur dengan usiamu yang sekarang? Dan berapa tahun sisanya yang benar-benar sudah kamu maksimalkan untuk aktivitas positif? Or, kamu lebih banyak menghabiskan waktu kamu untuk main-main saja? Cuma diri kamu sendiri yang bisa jawab dengan jujur.
Time is money. Ehm, ini idiom yang teramat sangat terkenal itu. Waktu adalah uang. Karena yang punya motto adalah mereka yang merasa uang adalah sesuatu yang paling berharga dalam hidup maka itu menjadi persamaan waktu bagi mereka. Tapi kita muslim. Waktu adalah lahan amal bagi kita. Tak pernah ada yang tahu apa yang bakal menimpa kita sedetik kemudian. Masa’ iya sih kita masih asyik hura-hura, padahal masa remaja (juga masa tua) datang cuma sekali, dan kita masih terlena dalam kemaksiatan, padahal kita tak tahu kapan maut menghadang.
Masih ingat kan tragedi gempa dan tsunami di Aceh? Siapa nyana semenit yang lalu asyik bercengkerama di bibir pantai, tapi sedetik kemudian semuanya tinggal bangkai. Bayangkan bila itu terjadi pada kita. Sudah cukupkah bekal kita untuk dihisab di akhirat? Tak ada yang tahu kapan maut datang menjemput, tapi yang penting adalah kesiapan kita dengan segudang amal kebaikan. Bahkan Allah bersumpah di dalam al-Qur’an atas nama waktu: “Demi masa!� Karena memang waktu memegang peranan penting dalam perjalanan hidup makhluk fana kayak kita ini. Sesungguhnya semua manusia itu berada dalam kerugian kecuali mereka yang beramal sholih dan saling menasehati dalam kebenaran dan kebaikan. Duh, moga ini bisa kamu pahami deh.?
Waktu juga ibarat pedang. Bila kita tak mahir menggunakan en memainkannya bukan tak mungkin satu hari nanti ia akan melukai atau bahkan membunuh kita sendiri. Jadi yuk ayuk belajar main pedang, eh…mengelola waktu agar ia tak menjadi senjata makan tuan. Tapi gimana caranya? Ehm, orang yang mau pinter, ya dia harus belajar. Setuju kan?
Manajemen waktu
Mumpung masih muda, jangan sia-siakan waktumu. Mungkin udah puluhan ato bahkan ratusan kali kamu denger nasihat beginian. Tapi yakin deh, tidak semua di antara kamu �ngeh’ maksudnya. Bentuk konkrit nyata jauh dari benak. Apalagi kalo dibandingkan dengan banyaknya mereka yang masa mudanya cuma sekadar buat hura-hura, dan numpang hidup doang. Naudzhubillah.
Sebetulnya apa sih manajemen waktu itu? Manajemen waktu adalah keterampilan mengatur waktu agar berhasil mencapai cita-cita atau tujuan hidup positif yang dikehendaki. Nah, udah belum kamu mengatur waktumu sesuai dengan kriteria ini? Kalo belum, coba ya.
Biasanya orang yang sukses di dunia ini, nggak ada ceritanya teledor terhadap waktu. Mereka pasti orang-orang yang tahu bagaimana mengoptimalkan waktu yang mereka punya. Sebutlah Thomas Alfa Edison. Doi menghargai setiap detik waktu yang dimilikinya untuk melakukan percobaan-percobaan ilmiah. Seandainya saja doi waktu itu punya motto kayak umumnya remaja sekarang, muda untuk foya-foya dan tak ada penghargaan terhadap waktu, bukan tak mungkin kamu masih bergelap-gelap karena bola lampu belum ditemukan.
Bill Gates, di usianya yang 19 tahun sudah berhasil bikin program komputer. Enam tahun kemudian di usianya ke-25 tahun, dia sudah berhasil bikin perusahaan sendiri dan terbesar di seluruh dunia, Microsoft. Lalu ada Ibnu Sina yang di Barat terkenal dengan nama Avicenna. Pada umur 17 tahun beliau belajar kedokteran dan setahun kemudian sudah jadi dokter. Pada usia 21 tahun, buku satu perpustakaan terbesar dan terkenal di jamannya sudah habis dilahap sekaligus awal mula beliau menulis buku tentang kedokteran yang menjadi acuan seluruh dunia. Hmm.. asyik juga kalo kita begitu juga ya?
Eh, tahu nggak dari semua kesuksesan tersebut di atas, nggak ada yang bisa mengalahkan sebutan �bagai macan di siang hari dan bagai rahib di malam hari’. Siapa mereka? Sebutan Rasulullah untuk para sahabat beliau. Siang hari beramal dan beraktivitas untuk memenuhi kewajiban mencari nafkah seperti giat berdagang, menuntut ilmu, silaturahim, berjihad, dll. Di malam harinya mereka beribadah sholat malam seakan-akan tak ingin sedetik pun terpisah dari berasyik masyuk dengan Rabb-nya. Maka pantas saja jika mereka dianugerahi gelar sebagai umat terbaik sepanjang jaman. Karena setiap detiknya dalam waktu mereka benar-benar sangat dihargai.
Setiap orang di dunia ini pasti punya cita-cita. Kamu juga. Entah itu pingin jadi dokter, insinyur, orang sukses de el el. Nggak ada di dunia ini orang yang pingin hidup susah dan merana plus menderita. Masalahnya, tidak semua orang tahu gimana caranya menjadi orang sukses, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak. Padahal kuncinya, adalah terampil dan bisa mengatur waktu dengan baik.
Kalo Si Anton punya waktu 24 jam sehari, Ahmad juga demikian. Anita punya sehari semalam untuk beraktivitas dan istirahat, begitu juga dengan Anisa. Gimana dengan kamu? Sama, nggak ada bedanya. Cuma, yang membedakan adalah keterampilan mengelola waktu dengan cerdas itu yang tidak sama antara satu orang dengan orang lain. Bener lho.
Tapi kenapa serasa 24 jam waktu sehari semalam masih juga terasa tak cukup? PR masih menumpuk, besok ulangan yang belum semua materi sempat dipelajari, latihan karate, kegiatan rohis, dsb. Kamu selalu merasa seandainya ada bonus waktu dalam hidup sehingga semua tanggung jawab itu terselesaikan. Iya apa iya?
Tapi kenapa Anisa bisa menyelesaikan PR tepat waktu, aktif di rohis, bantu ortu, ikut jagain adik, beri les tambahan? Lalu bagaimana bisa Ahmad jadi bintang pelajar plus aktivis rohis dan masih juga sering ngadakan pengajian kecil-kecilan di kampungnya? Sedangkan Anton dan Anita nggak punya aktivitas lain selain sekolah aja tapi itu juga sering nggak ngerjakan PR, ulangan pun nilai sering jeblok. Kenapa eh kenapa yah?
Ternyata permasalahan utama ada di cara pengendalian atau manajemen waktu. Bila kamu merasa tanggung jawab dan amanah yang ada jauh lebih banyak daripada waktu yang tersedia, kamu kudu segera bikin skala prioritas. Tuliskan semuanya dalam kertas dan beri angka mulai dari yang terendah hingga tertinggi tergantung dari aktivitas mana yang butuh dikerjakan dalam waktu dekat. Yakin deh, dengan cara seperti ini, kamu jadi tahu apa dan bagaimananya mengelola waktu itu.
Manfaat mengatur waktu
Kenapa harus memaksimalkan waktu kita sebagai bekal sih? Pertanyaan bagus kalo ada yang terbersit punya pemikiran kayak gini. Semua yang bernyawa pasti mati kan? Saya, kamu, mereka, kalian, semua. Ketika kamu memahami bahwa hidup di dunia ini hanya persinggahan dan pengumpulan bekal untuk kehidupan abadi, maka kamu pasti nggak mau di perjalanan kamu berikutnya kehabisan bekal. Kamu pasti bakal berusaha mengumpulkan bekal dengan berbuat amal sebanyak-banyaknya sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Islam.
Rasul tercinta kita, Muhammad saw. pernah bersabda bahwa merugilah mereka yang hari ini amalnya sama dengan hari kemarin, dan hari esok sama dengan hari ini. Level amal yang kita lakukan �sama’ sudah dikatakan beliau sebagai orang yang merugi, apatah lagi bila lebih buruk. Naudzhubillah. So, nggak ada pilihan lain bagi seorang muslim kecuali berusaha selalu berbuat lebih baik hari demi harinya.
Banyak hal bisa kamu dapatkan dari keterampilan mengatur waktu ini. Pertama, kamu jadi semangat dalam menjalani hidup. Gimana nggak, kalo semua PR sudah kamu kerjakan pada waktunya. Tak ada rasa was-was dihukum suruh maju depan kelas dengan kaki diangkat sebelah dan tangan pegang telinga (hukuman kayak di jaman Ganefo deh!)
Kedua, kamu bisa hidup dengan seimbang dan selaras. Kamu tahu kapan harus sekolah, belajar, bekerja, Bantu ortu, bahkan dakwah yang juga kewajiban tiap individu muslim. Ketiga, kita dapat merencanakan tujuan or cita-cita yang dikehendaki. Ya iyalah, dengan terampil mengatur waktu, nggak ada cita-cita or tujuan yang nggak mungkin tercapai selain ditunjang dengan ikhtiar/usaha dan doa.
Keempat, selalu termotivasi untuk mencapai tujuan dan cita-cita. Kelima, kita bisa lebih produktif karena kamu bakal tahu ruginya menyia-nyiakan waktu. Keenam, kita bisa terhindar dari stres karena nggak bakal melakukan kegiatan-kegiatan yang nggak berguna dan manfaat ketujuh, kita jadi lebih PD dan kreatif.
Tuh kan banyak banget ternyata keuntungan bisa mengatur waktu dengan baik. So, tunggu apa lagi? Bikin skala prioritas pada aktivitas-aktivitasmu. Aktivitas yang nggak berguna taruh di urutan terakhir atau kalo bisa buang saja. Misal, jadwal kongkow-kongkow bareng geng-mu sekadar ngobrol. Bikin ajang itu untuk belajar bersama or mengkaji Islam bareng-bareng.
Nah, kegiatan yang mendesak, penting, dan merupakan kewajiban taruh di urutan teratas. Misal, mengulang pelajaran sekolah, belajar Islam bareng teman-teman di rohis, bantu ortu.
Yakin deh, kalo kamu bener-bener bisa menerapkan manajemen waktu dengan baik dan benar, kunci kesuksesan sudah berada di tanganmu. Itu sebabnya, yuk upaya yang keras (dan? juga diiringi doa), serta yakin bahwa Allah pasti akan memberimu yang terbaik. So, time will show you the way kepada kesuksesan dunia akhirat. Yakin saja.[ria]
(Buletin STUDIA – Edisi 227/Tahun ke-6/17 Januari 2005)