Sunday, 24 November 2024, 05:37

Seabrek alasan dapat dikemukakan ketika dua sejoli memastikan dirinya untuk pacaran. Ada yang beralasan bahwa mereka pacaran untuk mengisi waktu kosong. Logikanya, daripada waktu terbuang sia-sia khan lebih baik kalau dimanfaatkan untuk hal-hal yang ‘positif’. Tanpa aktivitas pacaran, remaja ABG akan cenderung bengong saja atau paling banter ngelamun, akibatnya sang waktu akan meninggalkannya di landasan pacu. Jadi pacaran itu solusi bukan problem.

Mereka yang mengantongi alasan begini akan meningkatkan kinerjanya dalam berpacaran setiap ada waktu luang. Sementara syaithan bergoyang dombret sambil berdendang cucok rowo untuk ngipasin mereka agar terlena. Umumnya syaithan berhasil, buktinya remaja yang berpacaran cenderung mengisi penuh semua waktu luangnya untuk pacaran. Kalau waktu luang ternyata tidak ada maka mereka bisa menciptakan waktu luang.

Caranya, kurangi jatah waktu belajar, jatah waktu bersih-bersih bantuin ortu di rumah, jatah waktu berorganisasi, jatah waktu beribadah, jatah waktu tidur, jatah waktu mandi dan tambah jatah waktu pacaran. Akhirnya, pacaran bukan lagi sekadar ngisi waktu luang tapi justru membakar sekian banyak jatah waktu. Syaithan memang pakar banget bikin jurang tampak seperti singgasana.

Ada juga yang beralasan bahwa pacaran itu dapat memberikan spirit untuk berprestasi. Karena dengan pacaran sang pasangan akan selalu memberikan dorongan ataupun nasihat maupun petuah. Petuah sang pacar biasanya langsung ditaati sehingga lebih efektif daripada petuah ortu atau para ustadz. Kalau sang pacar memberikan kritikan kontan saja kepalanya jadi membengkak dengan bibir tersenyum, bangga karena itu berarti sebuah perhatian. Karenanya pacaran dapat dipandang sebagai sarana untuk menjadikan remaja berjiwa dewasa, penuh perhatian dan bisa menimbulkan perasaan saling mengasihi dan saling membantu.

Alasan begini kelihatannya cukup dewasa. Tapi sebentar dulu. Rasa perhatian dan saling membantu itu umumnya hanya antar mereka berdua sebagai sejoli yang sedang kasmaran. Mereka hanya memperhatikan sang pacar, cuek pada yang lain. Punya duit ingat dia, punya makanan ingat dia, punya waktu sepi ingat dia, waduh syair ndangdut.

Jadi, pacaran itu akhirnya dapat ngedongkrak rasa egoisme, karena yang ada di otak hanya si dia. Lebih ngeri lagi kalau di otaknya itu ternyata ada sel bermerk ngeres. Pacaran juga bisa bikin orang otoriter, yang didengar cuma nasihat dan petuah dari mulut sang pacar, karena di mulutnya ada madu dan di matanya ada pelangi, mirip sinetronlah. Lihat saja, kalau ortu atau ustadz yang menasihati pasti bibirnya langsung monyong dengan 1001 sinis. Dunia seakan hanya milik mereka berdua, lautan dan kapalnya juga milik mereka berdua, dan akhirnya tenggelam, wah yang ini ingat film Titanic.

Bahkan ada remaja yang mohon kepada Tuan Sufi agar membolehkan pacaran, istilahnya pacaran syari’ah. Misalnya yang ikhwan pakai koko putih bersih dan akhwatnya pakai jilbab, dan sekali-kali melafadzkan bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari. Tapi aktivitas sayang-sayangan dan berdua-duaan jangan dicabut. Kata Tuan Sufi, itu mah mengakali dan menunggangi kata “syari’ah” yang mulia. Meski pakai koko dan sorban serta minyak za’faran, pacaran itu tetap haram karena Rasullah saw. melarang dua sejoli yang bukan mahramnya derdua-duaan di tempat tertentu (khlawah). Yang ketiga dari mereka adalah syaithan dan syaithan selalu mendorongnya agar bermaksiat. Naudzubillahi min dzalik. [Sadik]

[pernah dimuat di Majalah PERMATA edisi Februari 2004]

12 thoughts on “Pacaran Syari’ah

  1. Yang namanya pacaran aslinya cuma tebar maksiat aja,klo kmu tau.Coba deh kmu bayangin pacaran baik secara islam maupun secara umum tu kan sama2 maksiat,ya kan….?

  2. ngapain jg pacaran mendingan taaruf trs nikah deh tu yg lebih baik, karena setan2 tidak akan diam bgtu aja sebelum keturunan adam mengikuti aturan2 setan dan masuk kedalam neraka mengikuti setan akan tetapi hanya tuk org beriman sajalah yg tidak bisa di ganggu oleh setan2 itu karena dengan iman dan kepatuhan’a kpd Allah Swt yaitu perbanyak Dzikir, doa n mohon ampun.

  3. memang syetan adalah musuh yang paling nyata,syetan selalu memandang baik perbuatan maksiat.Terus apakah kita mau jadi seperti syetan..
    Coba bagaimana kalau pacaran tersebut kita coba ,tapi..DALAM PERNIKAHAN.

Comments are closed.