Seorang pria berjalan memasuki Rajaâ€?s Bar and Restaurant di Kuta Square, Denpasar, Bali. Dengan tas punggung yang nemplok di pundaknya, pria itu terus berjalan ke tengah-tengah kafe yang saat itu dipadati pengunjung wisatawan asing dan turis domestik. Maklum, pada asyik weekend tuh. Nggak ada angin nggak ada ujan, tak lama kemudian……buum!!! Sebuah ledakan terdengar memecah keramaian kafe tepat pukul 19.33 WITA.
Begitulah detik-detik menjelang terjadinya ledakan bom Bali II 1 Oktober 2005 kemaren yang berhasil terekam oleh kamerawan amatir. Nggak cuma satu, dalam waktu yang hampir bersamaan, dua bom juga meledak di Pantai Muaya dan Kafe Manage, Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali pada pukul 19.32 dan 19.34 WITA. Sementara lima bom lainnya tidak sampai meledak dan ditemukan personel Brigade Mobil. Sampai saat ini, jumlah korban tewas tragedi bom Bali II sebanyak 23 orang. Dan ratusan lainnya cedera. Kita patut berduka untuk tragedi ini.
Bukan cuma kita, tapi semua pihak serta merta berkomat-kamit melontarkan beragam kutukan terhadap pelaku pengeboman. Indonesia selaku tempat berdiamnya pulau dewata kudu rela kebagian getahnya dicap sebagai negara yang nggak aman dari aksi teroris. Hingga Swedia dan Australia pun mengeluarkan travel warning bagi warganya yang akan berkunjung ke Bali. Demi membersihkan nama baiknya, Pemerintah pun kudu sibuk kasak-kusuk nyari tahu pelaku Bom Bali II. Kira-kira siapa ya?
Kenapa mesti kaum Muslimin?
Sobat, sebagai seorang muslim kita pun tentu membenci peledakan Bom Bali II yang memakan korban jiwa dan hancurnya fasilitas umum. Sebab Islam mengajarkan kita untuk menghargai jiwa manusia. Tanpa alasan syar’i, kita nggak diizinkan untuk menumpahkan darah atau menghilangkan nyawa orang lain.
Sayangnya, dugaan bernada tuduhan bahwa pelaku Bom Bali II dialamatkan kembali kepada kaum muslimin. Terutama organisasi Jamaah Islamiyah (JI). Padahal penyelidikan pun masih terus berlanjut alias belon sampe garis finish. Mentang-mentang pelaku tragedi bom di negeri kita sering menyeret nama-nama berlabel Islam kayak Imam Samudera, Asmar Latin Sani, atau Ali Gufron, bukan berarti bisa dipukul rata. Tetep kudu ada penyelidikan dulu.
Pengamat intelejen Juanda dalam Todays Dialogue MetroTV sempat mempertanyakan dan bahkan mengaku kecewa mengapa aparat keamanan buru-buru menyebut pelakunya adalah Dr. Azhari dan Moh Nurdin M Top. Sebab menurutnya, tidak bisa ditarik kesimpulan bahwa ada kesamaan antara bom Bali I dengan Bom Bali II. (Hidayatullah.com, 04/10/05)
Sialnya, lantaran pelaku pengeboman sering dituduhkan pada aktivis gerakan Islam, ajaran Islam sering ikut dituduh ngajarin untuk menjadi teroris. Wasyah! Asal banget tuh!
Penulis terkenal Inggris Karen Armstrong aja menyatakan, Islam tidak selayaknya diasosikan dengan serangan teroris yang dilakukan oleh orang-orang yang menyebut diri mereka Muslim. Karena tindakan orang-orang itu justru sudah melanggar prinsip-prinsip esensial Islam. (Eramuslim, 12/07/05)
Kalo pun pelakunya seorang muslim, bisa jadi dia merupakan korban dari sebuah rekayasa intelijen. Sehingga bisa jadi tragedi Bom Bali II ini bagian dari konspirasi tingkat tinggi untuk menyudutkan Islam dan kaum Muslimin di Indonesia. Mengingat sikap pemerintah yang masih adem ayem dengan geliat gerakan-gerakan Islam yang mengkampanyekan syariat Islam dan membongkar rencana jahat musuh-musuh Islam. Padahal justru kondisi ini yang dikhawatirkan bisa mengancam kepentingan? musuh-musuh Islam di negeri ini.
False Flag dalam Bom Bali II
Menurut mantan KABAKIN alm. Z.A. Maulani, terdapat istilah false flag dalam sebuah operasi intelijen. False flag adalah kegiatan atau operasi yang dilakukan suatu pihak sehingga dampak kejadian itu bakal diarahkan ke pihak yang dikehendaki. Dengan kata lain, false flag dilakukan untuk menebar fitnah atau citra negatif kepada pihak yang dikehendaki.
Khusus dalam kasus Bom Bali II ini, beberapa kejanggalan yang mengarah pada false flag terungkap dalam sebuah acara �To days dialogue’ Metro TV yang dipandu reporter Najwa Shihab dengan menampilkan pakar intelijen Juanda, Kepala Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Soenarko D Ardanto. Beberapa kejanggalan yang sempat didialogkan dalam diskusi itu adalah; Pertama, hasil rekaman video amatir koleksi keluarga yang menunjukkan detil pelaku bom Bali. Kalo itu video keluarga, kok bisa nge-shoot gerak-gerik pelaku yang saat ini diakui Polri sebagai tersangka secara detil. Dari duduk, berjalan hingga bom diledakkan. Layaknya kameramen film yang sengaja dan dibayar untuk merekam adegan sang aktor.
Kedua, mengapa hasil video itu yang telah diberikan pada pihak keamanan Indonesia itu justru datang dari Australia.
Ketiga, beberapa hari sebelum terjadi ledakan, para pecalang (keamanan adat Bali) telah mengingatkan para turis akan ada ledakan.
Dan yang keempat, beberapa hari sebelum kejadian beberapa masyarakat juga memperingatkan turis untuk tak memasuki daerah itu.
Selain kejanggalan di atas, perhatian AS dan Australia akan tragedi ini gede banget. Hingga Amerika Serikat, Kamis (6/10), mengumumkan tawaran hadiah berupa uang sebesar US$ 10 juta atau sepuluh milyar rupiah bagi setiap informasi yang dapat menunjukkan di mana keberadaan tersangka utama peledakan bom di Bali tahun 2002 lalu. (Hidayatullah, 07/10/05).
Dan Menlu Australia, Downer juga mengatakan bahwa Australia akan memberikan santunan senilai US$770 ribu (sekitar Rp7,7 miliar) untuk pemulihan ledakan Bali. Nggak lupa mendesak pemerintah Indonesia untuk melarang organisasi Jamaah Islamiyah yang mereka sinyalir aktor dibalik tragedi Bom Bali I dan II. (Kaltim Post, 05/10/05).
Apalagi, masih menurut pengamat intelijen, Juanda, ada kepentingan tinggi pihak Australia kepada Indonesia dalam hal ini. Kabarnya, beberapa menit setelah peristiwa pengeboman beberapa aparat intelijen Australia sudah langsung sampai di lokasi dan ikut? menginvestigasi di TKP. (Hidayatullah.com, 04/10/05). Mungkinkah ada indikasi false flag di tragedi Bom Bali? Bisa jadi.
Teroris teriak teroris!
Sobat, dalam pertemuan Trade Union Congress, Senin (12/9/05), Walikota London Ken Livingstone mengatakan bahwa kebijakan-kebijakan Bush lah yang menimbulkan �benturan peradaban’ antara umat Islam dan masyarakat Barat. (Eramuslim, 14/09/05).
Kampanye The Global Wars against Terorism sendiri hanyalah kedok untuk melawan gerakan-gerakan Islam yang mengancam kepentingan politik ekonomi AS di dunia Islam. Buktinya, perilaku Israel yang terang-terangan menebar teror, melakukan tindakan kekerasan, membantai, hingga mengusir penduduk Palestina sampai saat ini nggak dicap sebagai teroris. Keliatan banget kan standar gandanya? Iya nggak?
Fakta ini dikuatkan dengan data lebih dari 90% daftar Foreign Terrorist Organization (FTO) adalah individu dan kelompok muslim. Sementara nama-nama orang atau organisasi yang udah dikenal dunia sebagai teroris seperti ekstrimis Irlandia Utara, kelompok separatis Basque ETA, atau organisasi 17 November di Yunani nggak termasuk dalam daftar.
Akibatnya, AS gencar melakukan penangkapan terhadap aktivis gerakan-gerakan Islam di berbagai negara. Seperti skenario penangkapan Umar al-Faruq, Agus Budiman, Fathurahman al-Ghazi, Agus Dwikarna dan warga Indonesia lainnya yang dicap sebagai bagian dari organisasi teroris seperti al-Qaida. Seolah AS mau teriak ke dunia kalo di negeri ini sudah menjadi sarang teroris. Agar mereka punya alasan kuat untuk ikut campur urusan dalam negeri kita, terutama dalam hal keamanan negara. Langkah yang sama yang dilakukan AS sebelum memporak-porandakan Afghanistan dan Irak.
Dengan memegang kontrol media informasi dunia, AS dengan mudah mendramatisasi setiap peristiwa yang berbau teror untuk memojokkan Islam dan kaum Muslimin dengan stempel teroris, radikal, fundamental, dll. Kalo pemerintah negeri ini nggak nyadar dengan taktik busuk AS ini, bisa-bisa arogansi militer kampiun demokrasi ini nggak cuma kita lihat di Afghanistan, Irak, atau penjara-penjara AS seperti Abu Ghraib. Tapi di depan mata kita.
Padahal yang sebenernya terjadi adalah seperti penuturan Prof. Noam Chomsky dalam bukunya Maling Teriak Maling: Amerika Sang Teroris (2001), AS dan Israel lah sang teroris sejati. Beliau menambahkan, serangan AS ke Afghanistan itu lebih jahat dari serangan 11 September 2001. Bahkan Human Right Watch di New York sudah menyatakan, AS adalah pelanggar HAM terbesar di dunia. Tapi apa sanksi bagi AS? Nggak ada banget. Posisi The Globo Cop yang disandangnya, bikin AS ngerasa nggak pernah berbuat salah dalam aksi-aksinya demi keamanan dunia. Padahal dia yang bikin dunia makin nggak aman. Dasar maling, eh, teroris!
Never ending dakwah
Sobat, gencarnya pemberian citra negatif terhadap gerakan Islam tak jarang menimbulkan Islamphobia alias ketakutan terhadap Islam pada diri kaum Muslimin. Seolah menjadi seorang aktivis adalah jalan menuju tempat peristirahatan di balik jeruji besi. Karena kekhawatiran itu, ada orang tua yang melarang anaknya untuk aktif dalam dakwah. Atau surutnya semangat para pengemban dakwah dalam mengopinikan syariat Islam di tengah masyarakat. Tentu bukan sikap seperti ini yang kita kehendaki.
Ingatlah firman Allah swt:
ï???ˆ???¥???°?’ ?????…?’?ƒ???±?? ?¨???ƒ?? ?§?„?‘???°?????†?? ?ƒ???????±???ˆ?§ ?„???????«?’?¨???????ˆ?ƒ?? ?£???ˆ?’ ?????‚?’?????„???ˆ?ƒ?? ?£???ˆ?’ ?????®?’?±???¬???ˆ?ƒ?? ?ˆ???????…?’?ƒ???±???ˆ?†?? ?ˆ???????…?’?ƒ???±?? ?§?„?„?‡?? ?ˆ???§?„?„?‡?? ?®?????’?±?? ?§?„?’?…???§?ƒ???±?????†??ï?›
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.â€? (QS al-Anf?¢l [8]: 30)
Sikap terbaik yang bisa kita lakukan justru tetap berdakwah membongkar rencana jahat musuh-musuh Islam. Agar tumbuh kesadaran di tengah-tengah masyarakat akan bahaya yang mengancam kita semua jika cuek dengan kondisi negeri ini en sodara-sodara kita di tempat laen. Tak lupa untuk mengajak masyarakat bersama-sama mengembalikan harga diri kaum Muslimin melalui tegaknya Khilafah Islamiyah. Sebuah Negara Islam yang akan menghimpun kekuatan negeri-negeri Muslim yang saat ini terpecah belah menjadi lebih dari 50 negara kecil. Sehingga Islam punya kekuatan untuk melawan arogansi AS, melindungi kaum Muslimin dan menebar rahmat bagi seluruh alam.
So, nggak ada alasan untuk berhenti berdakwah. Kita selaku generasi muda Islam adalah martir revolusi putih. Yang akan menjadi ujung tombak kebangkitan ideologi Islam dan penghancuran sekulerisme di tengah masyarakat. Dengan keikhlasan yang tertanam dalam hati dan keimanan yang mantap, Allah akan selalu bersama kita. Tetaplah semangat. Karena semangat nggak pernah tamat. Allahu Akbar! [Hafidz]
(Buletin STUDIA – Edisi 266/Tahun ke-6/17 Oktober 2005)