Friday, 22 November 2024, 02:20

logo-gi-3 gaulislam edisi 103/tahun ke-2 (23 Syawal 1430 H/12 Oktober 2009)

Acara reality show di Indonesia diramaikan dengan program acara biro perjodohan bernama Take Me Out Indonesia. Acara ini tentang 30 perempuan berusia 20-40 tahun berstatus single. Mereka mencari pasangan. Bisa untuk suami, pacar, atau sekedar coba-coba. Di setiap episodenya, ada 7 pria single yang keluar satu demi satu untuk dipilih dan memilih para perempuan itu.

Suksesnya acara Take Me Out, memunculkan acara serupa dengan judul Take Him Out yang berisi kebalikannya. Take Him Out berisi 30 pria single dan 7 perempuan single di setiap episodenya.

Biro jodoh asal tiru

Take Me Out adalah sebuah program televisi yang lisensinya dipegang FremantleMedia. Saat ini Take Me Out telah ditayangkan di 3 negara Eropa (Spanyol, Netherland, Denmark), menyusul UK. Dari sini aja, udah kelihatan banget nuansa asal tiru yang penting laku. Rating tinggi, iklan berdatangan, dan itu artinya banyak rupiah berdatangan. Sedangkan bagi pesertanya, lumayanlah bisa nampang di layar kaca dan ditonton oleh orang se-Indonesia raya.

Orang Indonesia memang suka sekali meniru terutama dalam hal tayangan-tayangan TV. Kalo yang ditiru baik sih, nggak masalah. Tapi kalo yang ditiru adalah hal-hal yang negatif, maka ini yang bahaya. Biro jodoh di TV ini adalah salah satu acara yang diadopsi habis dari mereka yang berbudaya sangat jauh dari kita.

Bukan masalah Timur dan Barat, tapi yang lebih urgen adalah budaya non Islam yang diadopsi habis-habisan oleh masyarakat kita yang mayoritas muslim. Lihat aja gaya berbusana para perempuan di acara itu. Bagaian “atas-bawah” terbuka semua. Hanya di bulan Ramadhan dan awal Idul Fitri aja mereka kayaknya diharusnya berpakaian yang agak tertutup. Catet lho, “agak” hehehe..

Ini dari segi gaya busana. Cara memilih pasangan, juga dilakukan secara primitif. “Kok bisa? Padahal mereka berada di panggung canggih dan modern penuh sentuhan teknologi,” mungkin itu pikirmu. Non, modern nggaknya sesuatu, itu bukan ditentukan dari penampilan fisik semata. Itu cuma artificial alias palsu. Primitif atau modern itu bisa dilihat dari bagaimana acara ini merancang 30 kandidat dalam memilih satu calon di depan.

Fisik, itu yang utama pria memilih perempuan. Meskipun yang perempuan cerdas, tapi kalo nggak cantik dan langsing jangan harap bakal terpilih. Jenis pekerjaan, itu pilihan utama perempuan dalam memilih si pria. Jabatan direktur atau pemilik sebuah perusahaan, bisa dipastikan hampir semua perempuan menyalakan lampunya agar dipilih oleh si pria tersebut.

Iman dan takwa? Boro-boro, euy. Jauh dah! Belum lagi baju pembawa acara yang bagian “atas bawah” serba terbuka. Bener-bener ajang pamer aurat tiada henti!

“Take Me Out Ramadhan”

Episode “Take Me Out Ramadhan” adalah yang paling bikin saya muak dari semua episode yang ada. Gimana nggak, kalo yang hak dan yang batil dicampur aduk jadi satu. Ibarat minum susu kecampur sama air comberan, udah gitu ada lalat ijonya. Hueks…siapa sudi?

Di acara tersebut, menghadirkan narasumber yang terkenal dengan nama Ustadz Cinta. Dia bertugas untuk terus ngasih nasihat-nasihat cintanya. Pake dalil-dalil yang terkesan maksa pula. Hmm.. mending kalo bener, yang terjadi malah jaka sembung tuh dalil alias nggak nyambung. Bagaimana mungkin seseorang yang disebut ustadz dan paham Islam bisa menjadi narasumber untuk menyampaikan dalil bagi acara umbar aurat dan jelas-jelas hedonis itu? Aha, jadi agak-agak sedikit nuduh nih (eh, bukan ding, curiga aja), jangan-jangan uang memang bisa melupakan segalanya. Mungkin dia dan manajemennya berpikir, “Nggak masalah ayat-ayat Allah dijual, yang penting doku tebal.” Naudzhubillah. Mudah-mudahan sih tidak. Tapi ya nggak tahu juga sih. Ikutan di situ aja udah menunjukkan gimana kualitas sebenarnya. Kasihan banget!

Di acara Take Me Out edisi Ramadhan, emang baju pun sudah mulai berubah bentuk. Para perempuan yang semula pada pamer sekwilda (maaf, sekitar wilayah dada) dan bupati (buka paha tinggi-tinggi) sudah mulai ditertibkan. Celana panjang atau rok menutup lutut, dengan baju atasan yang tidak boleh terlalu terbuka menghiasi Take Me Out edisi Ramadhan dan Syawal. Tapi, biarpun para peserta udah mulai sopan gaya berbusananya, ternyata pembawa acara tetap cuek-cuek aja. Pundak, leher dan dada terbuka lebar tak masalah. Begitu juga dengan rok pendek di atas lutut tetap muncul di episode demi episode. Gawat!

Islam punya jalan

Bila berani mengatakan itu buruk, pasti ada yang baik. Bila mengatakan itu batil, pasti ada yang hak alias benar. Bila mengatakan itu tidak sesuai dengan syariat Allah, pasti ada yang sesuai. Yupz…Islam nggak cuma bisa nunjukkin dan mengkritik masalah tapi juga bisa menyodorkan solusi untuk masalah tersebut.

Dalam Islam, kewajiban menikahkan anak perempuan itu adalah menjadi tugas wali atau ayah gadis tersebut. Ayah inilah yang berusaha mencari laki-laki yang baik dan shalih sebagai suami puterinya. Bila karena satu dan lain hal, wali tidak bisa melakukan kewajibannya, maka tugas negara untuk menyelesaikan permasalahan ini sesuai dengan hukum syara’.

Ayah yang baik, akan memilihkan calon suami untuk putrinya dengan memilih laki-laki yang shalih. Abu Nu’im mentakhrij di dalam al-Hilyah, 1/215, dari Tsabit al-Banaty, dia berkata: “Yazid bin Mu’awiyah menyampaikan lamaran kepada Abu Darda’ untuk menikahi putrinya. Namun Abu Darda’ menolak lamarannya itu. Seseorang yang biasa bersama Yazid berkata, ‘Semoga Allah memberikan kemaslahatan kepa­damu. Apakah engkau berkenan jika aku yang menikahi putri Abu Darda’?” Yazid menjawab, “Celaka engkau. Itu adalah sesuatu yang amat mengherankan.” Temannya berkata, “Perkenan­kan aku untuk menikahinya, semoga Allah mem­berikan kemaslahatan kepadamu.” Terse­rahlah,” jawab Yazid. Ketika Abu Darda’ benar-benar menikahkan putrinya dengan temannya Yazid itu, maka tersiar komentar yang miring, bahwa Yazid menyampaikan lamaran kepada Abu Darda’, tapi lamarannya ditolak. Tapi ketika ada orang lain dari golongan orang-orang yang lemah, justru Abu Darda’ menerima dan menikahkan­nya. Lalu Abu Darda’ berkata,”Aku melihat seperti apa kurasakan di dalam hatiku. Jika ada dua pelamar, maka aku memeriksa rumah-rumah yang dilihatnya bisa menjadi tumpuan agamanya.”

Bro en Sis, menjadi wanita itu mulia lho. Bahkan seorang ayah yang memiliki anak wanita yang dididik dengan Islam hingga menikahkannya dengan lelaki shalih, insya Allah jaminannya surga, lho. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Rasulullah saw. bersabda, “Tiada seorang muslim yang memiliki tiga anak perempuan kemudian dia memberi nafkah sampai keduanya menikah atau meninggal dunia kecuali keduanya menjadi dinding baginya dari api neraka.” Seorang perempuan bertanya,”Apakah dua anak juga?” Rasul menjawab, “Atau dua anak perempuan.” (HR Thabrani)

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Barangsiapa diuji dengan anak-anak perempuan ini, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka (anak-anak perempuan itu) menjadi benteng untuknya dari api neraka.” (HR Bukhari, Muslim)

Nah, karena saat ini kondisi umat Islam sedang berada di kemundurannya, maka sang ayah tak lagi tahu kewajibannya, apalagi negara. Dengan dikompori oleh ide feminisme, jadilah perempuan merasa bebas lepas untuk menentukan sikap termasuk dalam hal jodoh. Demi menarik lawan jenis, mereka tak segan umbar aurat. Demi mendapatkan suami tajir mereka rela merendahkan harga dirinya agar dipilih dan bisa mengalahkan saingannya.

Biro jodoh atau sebuah upaya jasa untuk mempertemukan dua anak manusia dengan tujuan pernikahan itu hal yang boleh-boleh aja dlam Islam. Yang jadi pertanyaan adalah sejauh mana pelaksanaan biro jodoh itu agar sesuai dengan syariat Islam dan bukan malah menjadi pengumbar maksiat.

Rasulullah saw. memberikan rambu-rambu dalam memilih psangan: “Wanita itu dinikahi karena empat perkara; (1) karena hartanya, (2) karena kebaikan keturunan atau kedudukannya, (3) karena kecantikannya, dan (4) karena afamanya. Maka beruntunglah engkau yang memilih wanita yang beragama, karena dengan demikian itu engkau akan berbahagia” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Janganlah kamu menikahi wanita kaeena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu akan menyebabkan dia sesat (membinasakannya); dan janganlah kamu menikahi wanita karena harta bendanya, mungkin hartanya itu menyebabkan ia sombong (sesat). Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, Demi Allah, perempuan budak yang hitam legam itu lebih utama apabila ia beragama (Islam)” (HR Ibnu Majah)

Berdasar rambu-rambu ini, sebuah biro jodoh yang bertanggung jawab tidak akan mengumbar identitas fisik para pesertanya dengan mudah. Visi dan misi menikah itu lebih diutamakan sebagaimana saran Rasulullah saw. di atas.

Ketika laki-laki memilih perempuan, faktor takwa adalah utama. Bukan fisik, wajah, apalagi postur tubuh. Karena sesungguhnya, anugerah fisik itu adalah given alias udah dari sononya. Manusia nggak bisa memilih untuk punya hidung seindah Katie Holmes, misalnya. Atau mata seindah Katherine Zeta Jones. Ya udah, apa yang ada disyukuri saja dengan memanfaatkannya di jalan Allah. Bukan untuk mengumbar maksiat.

Ketika perempuan memilih laki-laki pun, bukan faktor pekerjaan dan gaji yang utama. Tapi lebih kepada kualitas diri yang bakal jadi calon qowwam atau pemimpin rumah tangga. Percuma juga punya penghasilan puluhan juta rupiah per bulannya tapi nggak bisa baca al-Quran. Punya mobil mewah mengkilap menggiurkan, tapi ternyata jarang sholat wajib. Aduh…. biar cakep dan tajir, pria jenis ini mah buang ke laut aja. Nggak banget gitu lho!

Tujuan tak menghalalkan cara

Islam memang beda. Tujuan baik untuk mencarikan jodoh para pesertanya, tidak lantas membuat caranya selalu baik. Begitu juga dengan acara macam ini. Meskipun dibungkus dengan hadirnya Ustadz Cinta, tidak secara otomatis acara ini bisa dianggap sesuai dengan aturan Islam. Apalagi dengan romantic room yaitu sebuah tempat untuk berdua-duaan dalam rangka mengetahui lebih dalam tentang kepribadian pasangan masing-masing. Nah, berlipat-lipat deh maksiat yang ada.

Padahal jelas-jelas Rasulullah saw. bersabda (yang artinya):”Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai dengan mahram-nya, karena sesungguhnya yang ketiganya adalah setan.” (HR Ahmad)

Di saat ustadz cinta berbusa-busa memutarbalik ayat demi terlegalisasinya acara tersebut, apakah berani ia menyebut hadits ini? Apakah ia berani menyebut ayat 32 surat al-Israa? Oya, redaksional ayat tersebut (yang artinya): “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

So, jangan sampe tujuan baik tapi caranya salah. Nggak sekadar niat yang benar, tapi caranya juga harus benar sesuai tuntunan syariat Islam. Ok?

Sadarlah!

Sekarang saatnya bagi kamu kaum perempuan dan laki-laki yang dieskploitasi kejombloan mereka untuk sadar. Apa pun dalihnya, uang adalah tuhan para penyelenggara acara itu. Tak peduli harus dengan memanfaatkan perasaan orang lain. Dalam hal jodoh, perasaan jelas terlibat. Itu adalah komoditas yang akan memancing pemasang iklan untuk berdatangan. Uang adalah hasil akhirnya. Sangat khas kapitalisme.

Jodoh itu masalah serius, bukan main-main. Apa bisa seorang jodoh yang baik dunia-akhirat didapat dari penilaian fisik selama 10 menit? Pasti faktor nafsu yang banyak berperan di sana. Tatakrama menundukkan pandangan pada memandang sesuatu yang haram nggak berlaku sama sekali. Boro-boro bisa menundukkan pandangan, baju aja pada sengaja dibuka-buka begitu.

Seorang muslim selalu melibatkan peran serta Allah Swt. dalam setiap lengkah kehidupannya, termasuk dalam hal jodoh. Sholat istikharah mustahil bin mustahal diingat dalam momen seperti ini yang penuh dengan suasana hedonis dan pamer body serta materi. Jadi bagi kamu yang mungkin terbersit keinginan untuk ikut ajang ini, pikir-pikir lagi deh. Banyak maksiat dan kemudharatan terjadi di sana. Masa’ iya setelah penjelasan panjang lebar ini, hati dan pikirmu tidak terketuk untuk berubah? Berubah jadi yang lebih baik, paling tidak bukan malah ikut melestarikan ajang seperti ini. Setuju kan?

Gaungkan opini seperti ini di lingkunganmu, agar orang-orang juga ikutan sadar dan tak terlalu kesengsem sama acara sejenis. Nonton sih boleh-boleh aja tapi nggak perlu sampai maniak dan ketagihan. Karena ada loh ternyata orang-orang yang nggak bisa tidur kalo belum nonton Take Me Out. Walah… segitunya.

Saatnya kita buka kebobrokan kapitalisme yang sangat tidak memanusiakan manusia, termasuk menjadikan komoditi ajang perjodohan yang seharusnya sakral ini. Sudah terlalu lama dunia ini terpuruk akibat kapitalisme ini. Jadi sekarang saatnya Islam dilirik sebagai solusi tak terkecuali dalam memilih jodoh dan ajang perjodohannya. Manusia itu punya harga diri, perasaan dan keimanan. Bukan sekadar onggokan daging yang dinilai dari tampilan luar fisik yang sifatnya sangat fana. Jadi, ayo bergerak dan berdakwah! Tetap semangat ya! [ria: riafariana@yahoo.com]

16 thoughts on ““Take Me Out”, Biro Jodoh Kapitalis!

  1. na sebel klo liat acara ini lebih sebel lagi krna ada ustadz cinta seolah-olah hal itu dilegalkan dalam islam ……….sebel binti males liatnya…af1 malah curhat…..
    syukran jiddan untuk tambahan ilmunya semoga bermanfaat…..

  2. Sungguh sangat ironis, miris, menyedihkan bahkan memalukan jika umat muslim sendiri banyak yang menonton acara tsb! apalagi ikut dlm acara tsb… Parah..parah…

  3. maaf aq baru bisa beri komentar.Sesuatu yang dibuat oleh manusia slalu ada baik and buruknya,ada pro and kontranya.mungkin buat kita kita yang membaca ini menyatakan acara itu buruk.Tapi buat mereka yang tidak membaca and tidak mengerti arti islam yang sesungguhnya menganggap acara itu baik baik aja.apalagi diacara itu ada ustat cintanya,mereka menganggap hal itu baik baik aja.Semoga banyak orang-orang yang membaca buleti dari redaksi Gaul Islam ini.aminn

  4. Tunggu, memangnya acara ini semuanya tentang islam? ha… tunggu dulu, jangan mengait2kan sesuatu dengan agama islam terus menerus dong. Kalo mau begitu, ya jangan tinggal di indonesia sekalian, tinggal aja di arab saudi.
    Acara ini bukan meniru, tapi memang franchisenya kok. Walah2… redaksi ga ngerti soal franchise nih? Dan yang namanya franchise pantas saja dibuat semirip mungkin dengan asal muasalnya.

    Hey… ayolah lebih realistis sedikit. We’re living in the real world! Atau, bagi yang mau tetap berhalusinasi dan bermimpi ria silahkan, jangan salahkan yang bisa ‘lebih’ dari kalian karena menghadapi dunia ini dengan realistis.

  5. Hmmmmmmmmmmmmmm……..the best way for everyone is to figure out the right way and not to judge something without any solution at all….hope the best 4us 🙂

  6. Yang jelas acara Take Me/Him Out adalah Program acaranya orang kafir (Yahudi) dan kebanyakan masyarakat kita adalah masyarakat yang hanya bisa menikmati sebuah tayangan tanpa harus tahu dulu asal usul dan latar belakang acara tsb diadakan.. Pokoknya yang penting hiburan.. Itulah kelemahan masyarakat kita sekarang ini.. Memang acara ini hampir di tonton oleh setengah penduduk Indonesia (itu kata penulis) tapi saya adalah setengah dari masyarakat yang tidak bahkan sangat membenci acara tsb.. Hati-hati gebrakan apalagi nanti yg akan dibuat oleh orang kafir, masyarakat kita memang harus disadarkan tapi itu adalah permasalahan yg lain karena mereka sudah kecancuan.
    Kalau kita amati acara2 yg ada di TV, hampir setiap hari pula kita disuguhi dengan acara menyanyi.. menyanyi dan menyanyi..(kapan ada acara ngajinya..?). Belum lagi acara GOSIP yg 101% menurut saya tidak ada gunanya sama sekali dan membuat masyarakat kita bertambah GOBLOK Saya adalah orang yg sangat prihatin dengan keadaan masyarakat kita sekarang ini..!

  7. i agree about that !!! subhanAllah semoga amal berbuatan penulis diterima di sisi Allah SWT. tapi sebelumnya saya minta maaf, karena saya copy artikel antum untuk presentasi minggu depan insya Allah Doain aja ya…

Comments are closed.