Sunday, 24 November 2024, 06:40

Tanggal 11 September mengingatkan kita pada peristiwa hancurnya menara kembar gedung WTC tahun 2001 lalu. Tragedi yang memakan korban tewas ribuan jiwa itu bikin negara Paman Sam shock. Bayangin aja, negara yang katanya punya sistem pengamanan ketat dengan segala kecanggihan teknologi, ternyata �kecolongan’ juga. Atau mungkin pelakunya itu kongkalingkong ama orang dalem, makanya bisa kecolongan karena tahu sama tahu. Hihihi.. bisa jadi kan?

Pascatragedi WTC, Bush Jr dan konco-konconya sibuk kasak-kusuk ke setiap negara untuk nyari kambing hitam. Seluruh dunia kudu bersikap simpati bin empati terhadap aksi terorisme yang menimpa AS. Nggak boleh ada yang diam, bengong, atau pura-pura nggak tahu. Makanya negara kampiun demokrasi ini langsung ngegelar kampanye �The war against terorism’. Setiap negara yang didatangi utusan Om Bush Jr dipaksa untuk memilih, �with terorist or with us (AS)?!’

Inikah perang melawan teroris?
Pemerintah Bush ngotot banget pengen memberantas terorisme. Apalagi pihak gedung Putih pun berani mengucurkan dana hingga US$40 miliar untuk mendukung kampanye ini. Persiapan aksi militer pun digelar, 50.000 pasukan cadangan disiapkan, 10.000 pasukan penjaga nasional dikerahkan, semua pasukan AS di berbagai negara disiagakan. AS siap mengadakan aksi balas dendam (Republika, 16/9/2001). Eng…ing…eng…!!!

Tapi udah lima tahun perang melawan terorisme dikampanyekan, apa hasilnya? Nggak jelas, kecuali sikap Amerika yang kian arogan, tidak beradab, tidak berperikemanusiaan, dan sok preman!

Lihat saja invasi militer AS ke negeri Muslim Afghanistan pada 7 Oktober 2001 silam. Negeri termiskin di dunia (bukan negerinya Hamdan ATT lho..) ini diyakini sebagai tempat bermukim Osama dan markasnya al-Qaidah yang dituduh sebagai teroris. Afghanistan pun porak poranda. Rumah sakit, lembaga pendidikan atau tempat ibadah rata dengan tanah. Lebih dari 7,5 juta jiwa penduduknya hidup sengsara dan menjadi korban kebrutalan pasukan AS. Padahal hingga kini, nggak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Osama dan al-Qaidah sebagai pelaku tragedi WTC. Inikah perang melawan terorisme?

Arogansi Amrik juga ditunjukkan saat menuduh Irak memiliki senjata pemusnah massal yang dianggap mengancam perdamaian dunia. Tidak hanya menghancurkan sarana umum, invasi AS ke Irak juga menelan korban sipil mencapai puluhan ribu orang (melebihi korban tragedi WTC). Padahal menurut mantan menteri keuangan sekaligus anggota tim keamanan nasional AS, Paul O’Neill, tidak pernah ada bukti kepemilikan senjata pemusnah massal di Irak. (BBC Online, 12/01/04). Inikah perang melawan terorisme?

Lucunya, AS justru bungkam en pura-pura buta terhadap aksi-aksi keji teroris Israel di Palestina atau saat Israel menyerang Libanon pada 12 Juli 2006 lalu. Bahkan menurut Yedeot Aharonot (koran Yahudi) selama ini, AS memberikan bantuan untuk kepentingan militer Israel sebesar dua milyar dolar setiap tahunnya secara cuma-cuma. (Hidayatullah.com, 04/06/06). Inikah perang melawan teroris?

Sebenernya, siapa yang teroris?
Sobat, gara-gara kampanye melawan teroris Afghanistan hancur berantakan. Irak pun porak poranda. Dunia pun bertanya, siapa yang diperangi AS? Dan siapa yang dimaksud teroris? Ternyata Amrik layak ditunjuk hidung.

Kalo teroris adalah pihak yang bikin dunia nggak aman, maka Amerikalah sang teroris. Hasil survei Pew Research Center menunjukkan, masyarakat negara Eropa dan negara Muslim menganggap kebijakan AS dalam perang Irak sebagai ancaman bagi perdamaian dunia dan stabilitas global, dibandingkan nuklir Iran. Survei tahunan yang dilakukan lembaga riset AS sejak 31 Maret-14 Mei lalu itu melibatkan 17.000 responden dari 15 negara, termasuk AS sendiri (Hidayatullah.com, 15/06/06).

Kalo negara yang mendukung terorisme termasuk teroris, maka Amerikalah sang teroris. Seperti yang dikutip Kantor Berita AFP, analisis tulisan wartawan AS, Seymour Hersh menyebutkan bahwa Israel telah membuat rencana untuk menyerang Hizbullah dan membicarakannya dengan para pejabat pemerintah Bush jauh sebelum penculikan 12 Juli itu (Hidayatullah.com, 12/08/06).

Kalo tindakan teroris dianggap melanggar hak asasi manusia, maka Amerikalah sang teroris. Dalam laporan yang ditulis Amnesti Internasional, lembaga HAM independen yang bermarkas di London itu menuding AS dan sekutu utamanya, Inggris, telah melakukan pelanggaran terhadap kemanusiaan dalam perang pemberantasan terorisme global. Mereka juga mengecam pemerintah AS atas keputusan sepihak mereka, menahan ribuan tersangka terorisme tanpa proses pengadilan di Irak, Afghanistan, dan juga penjara kontroversial Teluk Guantanamo di Kuba, pasca serangan 9/11 (Hidayatullah.com, 24/05/06)

Kalo masyarakat dunia mengecam aksi terorisme yang menelan korban warga sipil dalam jumlah besar, maka Amerikalah sang teroris. Pada 9 September 2004, AP (Kantor Berita Asociated Press) melaporkan, bahwa jumlah penduduk Irak yang mati diperkirakan antara 10.000-30.000 orang, sejak invasi AS ke Irak tahun 2003 lalu.

Kalo aksi kekerasan dengan mengangkat senjata dihalalkan teroris untuk meraih tujuannya, maka Amerikalah sang teroris. Invasi militer AS ke Afghanistan atau Irak hanya sebagian kecil dari aksi balas dendam yang tanpa bukti. Pada Februari 1998, Medeleine Albright, menlu AS saat itu, membela aksi pengeboman terhadap Irak dengan mengatakan “Jika kita menggunakan kekuatan senjata, itu karena kita adalah Amerika. Kita adalah bangsa yang terkalahkan. Kita berdiri tegak dan gagah terhadap musuh-musuh kita.�

Kalo kepemilikan senjata nuklir dikhawatirkan melahirkan terorisme dunia, maka Amerikalah sang teroris. Nggak cuma memiliki, AS telah menggunakannya saat menghancurkan Hirsoshima dan Nagasaki tahun 1945. Bahkan hingga saat ini, AS aktif mengembangkan senjata pemusnah massal untuk melengkapi artileri perangnya.
Sobat, sekarang makin keliatan dong siapa sebenernya yang teroris? Udah deh Om Bush Jr, ngaku aja!

Fitnah tanda tak mampu
Sebelum tragedi WTC, AS udah berulang kali dengan getolnya menebar fitnah terhadap kaum Muslim sebagai dalang di balik aksi teror yang menimpa AS.

Pada bulan April 1995, gedung Federal di Oklahoma runtuh terkena serangan Bom. Tudingan atas tragedi yang menelan korban jiwa 168 orang tewas, langsung dilayangkan pada umat Islam sebagai pelakunya. Padahal kemudian terbukti kalo dalangnya adalah Timothy McVeigh yang aktif dalam gerakan Patriot Kristen. Dan lucunya, setelah ketahuan McVeigh pelakunya, status pengeboman gedung federal itu berubah dari tindakan terorisme menjadi kriminal biasa.

Pada 7 Agustus 1998, Kedubes AS di Nairobi dan Dar es Salam, Afrika, dibom. Menewaskan 12 warga dan 212 orang Kenya dan Tanzania. Pemerintah AS langsung menuding Osama bin Laden sebagai dalangnya. Sebagai pembalasan, pada 20 Agustus 1998 AS menembakkan lebih dari 80 rudal ke pabrik obat di Khartoum, Sudan, dan kamp Mujahidin di Afghanistan. Eh, ternyata pabrik obat dan kamp Mujahidin itu nggak ada sangkut pautnya dengan pengeboman kedubes AS. Malu atuh!

Kini, tragedi hancurnya gedung kembar WTC kembali ditudingkan pada Osama sebagai biang keladinya. Padahal baru-baru ini, pihak FBI, sebagaimana dilansir Washington Post, 28 Agustus, nama Usamah tak lagi masuk dalam daftar “Ten Most Wanted List� (daftar orang paling dicari). Pihak FBI sendiri mengakui, tidak ada tuduhan resmi kepada Usama menunjukkan bahwa keterlibatan al-Qaidah dalam serangan di WTC (Hidayatullah.com, 01/09/06). Tuh kan!

Kenapa AS doyan menebar fitnah terhadap Islam dan kaum Muslimin?
Pertama, AS tak mampu membendung kekuatan pemikiran Islam ideologis. Kehadiran kelompok-kelompok dakwah yang menyuarakan Islam sebagai aturan hidup so pasti bikin AS gerah. Pasalnya, kekuatan pemikiran itu bisa menyadarkan kaum Muslimin dari penjajahan budaya dan ide Barat yang sekuler bin rusak di tengah mereka dan berusaha memperjuangkan tegaknya kembali pemerintahan Islam yang akan melindungi mereka. Otomatis kondisi ini bisa mengancam posisi AS sebagai penguasa dunia. Makanya, isu terorisme dihembuskan agar masyarakat menjauhi kelompok-kelompok dakwah Islam ideologis.

Kedua, rasa takut AS yang udah sampe taraf paranoid. AS mungkin nyadar kalo selama ini tingkah polahnya yang sok-sok-an jadi polisi dunia bikin musuhnya tambah banyak. Makanya AS selalu ngerasa hidup dalam ancaman serangan balas dendam musuh-musuhnya melalui aksi teror. Untuk itu dia pake kebijakan �pre empative strike’ dalam isu terorisme. Daripada diserang, lebih baik menyerang duluan. Perkara alasan dan bukti kuat untuk menyerang, itu urusan belakangan. Nggak heran kalo AS gencar meminta PBB untuk menghentikan pengembangan nuklir di Iran. Takut dipake buat nyerang AS. Hehehe.. ngerasa nih ye?

Kita bener, nggak usah minder!
Gencarnya opini media massa Barat yang menyudutkan Islam sebagai agama teroris sedikit banyak berpengaruh terhadap umat Islam. Ada yang rendah diri sampe malu untuk menunjukkan identitasnya sebagai muslim/muslimah. Ada juga yang alergi kalo diajak ngaji politik atau ngomongin pemasalahan yang menimpa dunia Islam. Apalagi kalo udah nyentil arogansi AS atau sikap diam pemerintah. Ih ngeri deh eike!

Sobat, jangan sampe kita merasa jadi tertuduh akibat isu terorisme. Kita udah buktiin bareng-bareng, kalo isu terorisme cuma akal bulus AS untuk menguasai dunia. Amerika tuh seperti “Maling Teriak Maling�. Berkoar ke sana-sini agar semua orang ikut mengejar kambing hitam yang diteriaki maling oleh Amerika. Padahal, dirinyalah yang sebenarnya maling sejati. Makanya kita harus lebih jeli melihat setiap persoalan. Biar nggak terjebak ama isu-isu sesat yang diteriakkin si raja maling.

Nggak ada alasan buat kita untuk minder cuma karena fitnah dari musuh-musuh Islam. Sehebat apapun mereka bikin rekayasa, kebenaran Islam akan membuka kedok mereka.?  Allah Swt. berfirman:

?????±?????¯???ˆ?†?? ?£???†?’ ?????·?’?????¦???ˆ?§ ?†???ˆ?±?? ?§?„?„?‘???‡?? ?¨???£?????’?ˆ???§?‡???‡???…?’ ?ˆ???????£?’?¨???‰ ?§?„?„?‘???‡?? ?¥???„?§?‘?? ?£???†?’ ?????????…?‘?? ?†???ˆ?±???‡?? ?ˆ???„???ˆ?’ ?ƒ???±???‡?? ?§?„?’?ƒ???§?????±???ˆ?†??
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.� (QS at-Taubah [9]: 32)

Selain itu, kita juga kudu tetep percaya diri dengan keislaman kita. Karena Allah menjamin kebenaran agama yang kita anut. Kita kudu berani menunjukkan identitas kita. Berani ikut mengkaji Islam sebagai ideologi meski banyak temen-temen kita yang masih alergi kalo diajak ngaji. Berani menyuarakan kebenaran Islam dan membongkar fitnah keji musuh-musuh Islam. Kini, saatnya kita bangkit untuk membela dan memperjuangkan Islam. Nggak pake entar. Karena, siapa lagi yang bakalan membela Islam kecuali kita sendiri sebagai pemeluknya. Maju terus. Biar AS si raja maling dan teroris sejati itu keok. Yuk! [hafidz]

(Buletin STUDIA – Edisi 311/Tahun ke-7/18 September 2006)

1 thought on “Amerika; Maling Teriak Maling

  1. Siapa menyusul kehancuran america………….??????????????
    Ingris..??prancis..??jerman..??itali..??so pasti israel..!!
    Barang siapa memusuhi agama Allah..dijamin PASTI HANCUR LEBUR

Comments are closed.