gaulislam edisi 124/tahun ke-3 (22 Rabiul Awal 1431 H/8 Maret 2010)
Bro en Sis, ngomongin rasa takut, saat ini ada banyak siswa kelas XII atau kelas IX yang lagi deg-degan menghadapi UN (Ujian Nasional). Kalo nilainya jeblok pas ujian tersebut alamat bakalan nggak lulus. Duh, siapa yang nggak takut? Udah gitu malu lagi. Hmm.. wajar sih punya perasaan seperti itu. Tetapi yang nggak wajar adalah kamu nggak berupaya untuk meminimalisir rasa takut tersebut. Termasuk kalo nggak berusaha sedikit pun untuk mengatasinya. Logika sederhananya kan, kalo takut gagal ujian, ya belajar dong. Kadang, yang udah belajar aja masih gagal ujian apalagi yang nggak belajar. Iya nggak sih?
Siapkan mental
Sobat, kadang pada kondisi tertentu, kemauan lebih utama dari kemampuan. Maksudnya, kemauan untuk belajar, kemauan untuk mengubah keadaan, kemauan untuk bersusah payah mengatasi kendala akan bisa mengalahkan mereka yang memiliki kemampuan tapi malas belajar, tapi tidak mau mengubah keadaan, dan tidak sabar dalam mengatasi kendala. Inilah yang kita sebut kesiapan mental. Kita sudah cukup banyak lho menyaksikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Saya pernah tahu ada teman yang kalo dari segi IQ itu kalah jauh dibanding teman lainnya. Tapi, dia rajin belajar. Rajin berlatih. Akhirnya dia dapat prestasi juga. Jadi, persoalannya bukan melihat kekuatan atau kemampuan yang kita miliki semata, tapi juga sikap mental untuk menghadapi kondisi tertentu dan berusaha agar tidak tegerus meskipun dengan kemampuan seadanya.
Klub sepakbola yang kaya raya dan bertabur bintang serta bejibun prestasi, Manchester United, pernah dikalahkan lho sama tim dari divisi di bawahnya dalam kompetisi Piala FA,. Leeds United. Jadi, kemampuan dan kekuatan bukan segalanya. Kalo sikap mentalnya pada saat bertanding sedang lamah bin loyo ya bisa kalah.
Jadi, kalo sekarang kamu akan ngadepin UN, jangan kepikiran hal-hal negatif. Jangan dipikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi seperti: takut nggak bisa ngejawab soal, takut nilainya buruk, dan akhirnya yang kepikiran takut gagal ujian. Lha, buat apa kamu belajar selama ini kalo masih takut juga dengan hal-hal yang belum tentu terjadi? Ini ibarat dalam ujian kehidupan lho. Apapun yang terjadi, kita harus fokus pada tujuan dan berusaha meraih hasil maksimal. Tetapi kalo tujuan itu tidak tercapai, bukan berarti menyesal seumur-umur dan kamu kecewa selamanya. Nggak lah ya. Ambil sisi positifnya. Kamu bisa rencanakan skenario berikutnya sambil menyiapkan semua yang diperlukan. Nikmati aja. Tapi jangan khawatir, insya Allah jika kamu udah berusaha maksimal, kamu pantas untuk mendapatkan hasil terbaik yang diberikan Allah Swt. Jangan sampe kita berharap mendapat hasil maksimal, tapi belajar aja nggak. Iya kan?
So, sikap mental perlu kamu miliki untuk hadapi UN. Mental juara layak dipupuk. Meski demikian, kamu perlu lapang dada jika hasilnya belum maksimal. Sebab, dalam sebuah pertandingan, adakalanya seorang jawara menjadi pecundang. Siapkan mental untuk fokus hadapi UN. Semaksimal kekuatan dan usaha yang kamu miliki. Selebihnya, serahkan kepada Allah Swt. Biarlah Allah Swt. yang menyempurnakan usaha kita. Tawakal sajalah. Sebab, untuk mewujudkan tawakkal bukan berarti meniadakan usaha. Nggak lah. Usaha terus, hasilnya serahkan kepada Allah Swt. Oke?
Belajar dengan strategi
Bro en Sis, setiap orang pasti memiliki cara atau strategi untuk mencapai hasil terbaik dari setiap tujuannya. Strategi mutlak diperlukan lho. Dalam ilmu beladiri aja ada banyak teknik menyerang dan bertahan. Maka, tak heran jika muncul beragam teknik beladiri dari berbagai negara: karate, aikido, taekwondo, tarung drajat, gulat, silat, kung fu, capoera, dan lain sebagainya. Dalam dunia sepakbola juga ada strateginya lho. Meski kita nggak jadi pelatih atau pemain sepakbola profesional, setidaknya kita bisa baca, apalagi kalo main gim Champion Manager, di situ ada simulasi menerapkan berbagai strategi dalam bermain sepakbola. Kita mungkin kenal teknik Catenaccio (Italia), Kick and Rush (Inggris), Total Football (Belanda) dan adu jotos ala ISL (hehehe.. sori bukan nyindir, tapi faktanya sepakbola kita seringnya ricuh sih).
Nah, ternyata dalam belajar juga ada strateginya lho. Tiap orang pasti beda-beda caranya. Boleh-boleh saja. Selama itu diyakini akan memberikan hasil positif dari apa yang kita upayakan. Guru-guru di sekolah juga pasti punya gaya mengajar berbeda-beda. Tapi selama yang diajarkanya sesuai dengan kurikulum tentunya akan memudahkan untuk memahaminya dan menjawab soal-soal yang diujikan. Untuk bisa mendapat hasil maksimal dalam ujian, tentunya tidak instan alias perlu perjuangan yang mungkin saja memakan waktu, menyedot energi, menguras pikiran dan perasaan. Itu, hanya bisa ditempuh sejak kamu memutuskan masuk sekolah. Jadi tentu sangat mengkhawatirkan kalo kamu baru belajar serius—meski dengan strategi jitu—ketika jadwal ujian nasional seminggu lagi. Wedeh, ajaib aja kalo sampe berhasil.
Berikut ini ada tips belajar yang bisa kamu coba (meski mungkin tulisan ini termasuk telat ya karena jadwal ujian udah dekat):
Pertama, preview semua materi pelajaran yang akan diujikan. Maksud preview di sini adalah men-survei secara umum materi-materi yang ada dalamnya. Bila perlu menandai beberapa bagian yang dianggap penting dan kemungkinan besar akan terdapat dalam soal ujian. Kamu bisa konsultasikan dengan guru pelajaran tersebut dan minta sarannya.
Kedua, supaya belajarnya lebih maksimal, cobalah susun semacam pertanyaan-pertanyaan untuk membantu memahami topik tertentu. Pertanyaannya bisa kamu buat sendiri. Misalnya, apa sih reaksi reduksi-oksidasi itu?; “mengapa bisa tejadi demikian?”; atau pertanyaan lain: “genetika adalah…”; “apa yang menyebabkan sebuah benda padat larut?” dan sebagainya sesuai dengan mata pelajaran yang akan diujikan. Ini cuma contoh aja dari saya yang kepikiran kalo lagi belajar. Question atau pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu kita buat agar memudahkan pemahaman.
Ketiga, read. Tentu saja untuk memahami materi pelajaran tertentu kamu harus membacanya secara cermat sambil mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang udah kamu susun tadi.
Keempat, reflect. Selama membaca materi pelajaran, hendaknya kamu ‘mengenangnya’ secara mendalam (dipikirkan), seraya berusaha memahami isi dan menangkap contoh-contohnya serta menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. So, ini akan menjadi aktivitas belajar yang menyenangkan, karena bukan menghapal, tapi memahami.
Kelima, recite alias diingat. Nah, kalo sebuah subbab atau dalam satu mata pelajaran selesai dibaca, informasi yang ada di dalamnya kudu diingat-ingat. Lalu semua pertanyaan mengenai subbab tersebut dijawab. Kalo ada jawaban yang menurut kamu kurang maksimal atau malah salah, kamu bisa baca lagi secara cermat dan teliti agar lebih paham.
Sebenarnya masih banyak strategi dalam belajar. Kalo ditulis semua kayaknya nggak cukup deh dalam satu lembar buletin ini. Tetapi mudah-mudahan meski cuma satu strategi belajar kamu bisa mengambil manfaatnya.
Tawakkal, Bro!
Tawakkal itu di awal. Artinya, sebelum memulai usaha yang hendak kita lakukan, kita udah tawakkal lebih dahulu kepada Allah Swt. bahwa hanya Allah Swt. saja yang akan memberi pertolongan kepada kita, bukan yang lain. Terus, kita menyerahkan segala keputusan kepada Allah Swt. Lanjutkan dengan niat yang kuat, sikap mental kita upgrade jadi lebih baik, dan tentu saja usaha untuk belajarnya juga diupayakan maksimal, dan jangan lupa agar tak putus berdoa. Sip banget kan?
Jangan salah paham terhadap tawakkal lho. Untuk mewujudkan tawakkal, bukan berarti meniadakan usaha. Nggak atuh. Allah Swt. berfirman: “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS Huud [11]: 123)
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa tawakkal adalah salah satu buah keimanan: “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS al-Maaidah [5]: 23)
Allah Swt. juga berfirman: “(Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja.” (QS at-Taghaabun [64]: 13)
Nah, setelah tawakkal langsung wujudkan dengan usaha, Bro. Jangan bengong aja. Ada satu kisah menarik yang perlu kita jadikan bahan pelajaran. Di masa Imam Ahmad bin Hanbal ada seorang yang malas bekerja dan masa bodoh. Ketika beliau bertanya mengenai sikapnya itu, ia menjawab: “Saya telah membaca hadis Rasulullah saw. yang mengatakan: “Jika saja kamu sekalian bertawakkal kepada Allah dengan sepenuh hati niscaya Allah akan memberi rizki untukmu sekalian, sebagaimana Ia memberinya kepada burung; burung itu pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Maajah)
Terus dia bilang lagi, “maka sebab itu saya tawakkal kepada Zat yang memberi rizki kepada burung itu.”
Imam Ahmad lalu mengatakan: “Kamu belum mengerti maksud hadis tersebut. Rasulullah menyebutkan bahwa pulang-perginya burung itu justru dalam rangka mencari rizki. Jika burung itu duduk saja di sarangnya, tentulah rizkinya tidak akan datang” (Muhammad al-Ghazali dkk, Wasiat Takwa, terjemahan Husein Muhammad, hlm. 139)
So, artinya memang selain harus tawakkal hanya kepada Allah Swt., tetapi kudu ada upaya dari kita untuk mewujudkannya.
Oke deh, semoga pembahasan singkat ini mampu menyemangati dan menginspirasi kamu agar siap hadapi UN tahun ini. Jangan lupa tetap tawakkal hanya kepada Allah, giat belajarnya, rajin berlatih dan jangan pernah putus berdoa. Tetap semangat! [solihin: osolihin@gaulislam.com]