Friday, 22 November 2024, 00:04

Jangan merasa serem dulu dengan judul di atas. Apa sih yang ada di benakmu kalo mendengar kosakata dakwah? Apakah sosok Bu Lutfiah Sungkar yang kalem dan keibuan dalam berdakwah? Ataukah sosok bu kyai kamu di pondok dan suka beri wejangan-wejangan dakwah ke muridnya? Hmm.. mungkin malah kamu kawatir bakal jadi guru agama kayak bu guru di sekolah?

Hehehe… kalem aja. Jangan kayak saya dulu yang udah merinding denger kata dakwah. Kesannya serius dan kerjaan para orangtua. Kita yang muda-muda gini rasanya ogah banget untuk mikir yang?  berat-berat. Tul nggak?

Tapi ternyata eh ternyata setelah tahu apa dakwah itu jadi ketagihan deh. Maunya pingin melakukan terus untuk �menjerumuskan’ orang lain ke jalan yang benar (ciee…). Maksudnya sama-sama mengajak orang lain untuk menjadi lebih baik sesuai dengan apa yang dimau oleh dakwah yaitu Islam. Kalo nggak percaya, simak terus yee. Jangan ke mana-mana sebelum tuntas, okay? Lanjuuuttt!

Kenapa harus dakwah?
Sejak diruntuhkannya daulah khilafah (negara Islam) tahun 1924 di Turki oleh Musthafa Kamal at-Taturk, praktis umat Islam berada pada kondisi yang mengenaskan. Tanpa negara, tanpa aturan Allah untuk mengatur kehidupan dan tanpa pelindung dari bahaya sipilis (sekulerisme, pluralisme dan liberalisme). Contoh sederhana, bisa kamu lihat dari umat Islam yang ada di Irak dan Afghanistan yang jadi bulan-bulanan kafir penjajah Amerika. Harga nyawa umat Islam lebih murah daripada harga ayam. Tiap hari ada aja yang dibunuh dan muslimahnya banyak yang diperkosa oleh mereka.

Itu penjajahan yang terlihat secara fisik dan kasat mata melalui berita-berita di media. Lalu yang nggak terlihat alias tersamar bentuknya gimana? Bisa berbentuk penjajahan pemikiran dan bisa juga kebudayaan, tuh. Nggak usah jauh-jauh kalo mau ambil contoh tentang ini. Coba lihat fenomena remaja Indonesia yang mayoritas hobinya pada dugem dan foya-foya. Sudah prestasi belajar dan berkarya merosot, angka kejahatan dan maksiat malah makin meningkat. Sebut saja mulai dari merebaknya narkoba, seks bebas, saling bunuh antar teman, bunuh diri, dan masih banyak yang lain.

Eksploitasi perempuan terutama muslimahnya makin melonjak tajam. Hmm.. yang namanya lomba audisi jadi seleb full sebagai ajang pamer aurat menjamur di mana-mana. Popularitas, ketenaran dan budak uang menjadi gejala yang memprihatinkan. Sampai-sampai adik-adik kita yang masih balita tergoda untuk menirukannya. Coba perhatikan apa yang mereka dendangkan waktu nyanyi, mulai Lelaki Buaya Darat-nya Ratu, Aku Ingin Bercinta-nya Dewa 19, hingga lagu dangdut SMS-nya Trio Macan dan Jablay-nya Titi Kamal udah sangat dihapalnya.

Itu adalah sedikit gambaran tentang kondisi masyarakat kita. Coba bayangkan kalo kita diam saja terhadap semua kondisi nggak ideal ini, mau jadi apa masyarakat 10 tahun ke depan? Bukankah kata Rasulullah, gambaran masyarakat itu ibarat orang naik kapal. Ada yang berada di dek bawah dan ada pula yang di dek atas. Orang yang di dek bawah harus naik dulu bila mau minum. Karena malas naik turun akhirnya mereka berinisiatif untuk melubangi kapal aja supaya mudah untuk dapat air. Lha kalo orang yang ada di dek atas nggak peduli untuk menasehati maka alhasil kapal itu pasti tenggelam dalam waktu dekat.

Sama. Meskipun kamu merasa baik tapi nggak peduli dengan kemaksiatan yang dilakukan orang lain tanpa mau menasehati atau berdakwah pada mereka, maka tunggu saja kehancuran itu akan datang. Bukankah adzab itu nggak akan pilih-pilih kalo sudah ditimpakan pada suatu kaum? Baik yang saleh atau yang salah, semuanya pasti kena imbasnya. Makanya sebelum itu semua terjadi, dakwah yuk dakwah. Berangkaaat!

Dakwah yang kayak gimana?
Dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam. Walah, istilah apa pula ini? Maksudnya Islam drjsk dulu kan udah pernah diterapkan dalam bentuk yang paling oke yaitu seluruh aturan diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari bukan saja atas nama individu tapi juga dalam tataran masyarakat dan negara. Wuih…top banget!

Nah, kondisi itu sudah nggak ada lagi sekarang. Makanya dakwah yang ada adalah upaya untuk mengembalikan Islam itu supaya diterapkan lagi dalam kehidupan. Jadi ideologi negara, gitu. Gimana caranya?

First of all, kamu kudu membenahi diri dulu. Ya iyalah, masa’ mau berdakwah tapi kondisi diri masih kacau balau? Mulai detik ini, kuatkan tekad untuk menjadi seseorang?  yang lebih baik. Nah, untuk tahu gimana caranya jadi orang baik, maka kamu kudu ngaji. Nggak bisa nggak tuh. Harga pas. Nggak bisa ditawar lagi. So, untuk itu kudu ada orang yang bakal membimbing kamu supaya jadi orang baik. Mirip analogi or contoh kasus kapal di atas.

Ngaji di sini bukan ngaji sekadar baca al-Quran tanpa paham maknanya. Tapi ngaji yang mendalam hingga kamu dapetin ilmunya dan paham untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalo ini udah mendarah daging dalam diri, jangan diam aja. Sampaikan kebaikan Islam itu pada orang lain. Inilah yang namanya dakwah. Menyeru orang lain pada kebaikan yaitu al-Islam dan mencegah orang lain berbuat kemungkaran.

Oya, untuk berdakwah nggak harus nunggu hapal al-Quran seluruh juz dahulu baru berdakwah. Nggak kok. Tapi sesedikit apa pun ilmu yang kamu punya, sampaikan. Bukankah Rasulullah saw. pernah menyampaikan bahwa “Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat�?

Satu ayat ini kalo kamu bisa menerapkannya terus diikuti oleh orang lain, wuih… ditanggung deh bisa jadi tabungan di akhirat kelak. Pahala yang kamu dapatkan sama dengan pahala orang yang melakukan kebaikan itu. Hal itu insya Allah akan makin berlipat-lipat manakala orang yang kamu dakwahi tadi berdakwah lagi, terus orang terakhir tadi mendakwahkannya lagi, begitu terus dan terus. Pahala akan mengalir ke kamu tak putus-putus. Keren banget kan?

Misal nih, sebagai contoh sederhana. Kamu paham bahwa menutup aurat bagi perempuan itu wajib. Selain kamunya sendiri sudah berkerudung dan berjilbab, kamu menyebarkannya juga pada teman-teman di sekeliling dan keluargamu. Terus nih, perbuatanmu ini diikuti sama mereka dan disebarkan lagi pada orang lain. Orang lain ini menyebarkan lagi pada orang-orang lain lagi. Selain kebaikan akan semakin bertambah banyak dan menyebar, pahala untuk kamu juga semakin bertambah, insya Allah. Hmm… dan yang pasti kalo kamu lakukan semua ini dengan ikhlas karena Allah semata, ditanggung deh Allah Swt. pasti akan makin cinta sama kamu. Insya Allah.

Tapi ini cuma contoh kecil dari berdakwah. Sebab sesungguhnya Islam itu luas, bahkan bisa dikata setiap detil perbuatan kita di dunia ini nggak ada yang nggak diatur sama Islam. Menjadi kewajiban tiap individu muslim untuk memahaminya kemudian menjalankannya dalam amalan praktis sehari-hari.

Sobat, dakwah ini harus ada skala prioritas. Teman-temanmu yang muslim menjadi perhatian utama daripada yang nonmuslim. Bukan berarti menganak tirikan mereka yang nonmuslim, tapi bukankah Allah sendiri yang berfirman bahwa tidak ada paksaan dalam memeluk Islam? Lagipula, mereka yang nonmuslim ini bakal tersentuh hati dan akalnya bila mereka nantinya melihat sendiri indahnya Islam bila diterapkan oleh pemeluknya.

Nggak kayak sekarang. Berapa banyak mereka mencemooh Islam hanya karena oknum yang mengaku muslim tapi sikapnya sangat tidak mencerminkan Islam. Belum lagi tuduhan terorisme, udik, bodoh, kuno, dan berbagai julukan nggak pantas lainnya. Itu semua disebabkan karena dakwah Islam nggak jalan. Makanya banyak di antara kaum nonmuslim itu sering salah sangka tentang Islam. Jangankan yang nonmuslim, lha wong dari kalangan muslim sendiri aja banyak kok yang nggak paham keindahan dan rahmatnya Islam. Betul itu!

Cewek ambil peran
Jangan mau jadi cewek pasif yang cuma buat pajangan tanpa karya nyata. Emangnya kamu boneka pake dipoles make up tebal kayak badut terus lenggak-lenggok di depan para lelaki? Idih, murahan banget! Nggak jaman, Non.

Cewek tuh merdeka, dari eksploitasi ataupun dari intimidasi. Walah, istilah apa pula ini? Maksudnya sudah nggak jaman, modal kecantikan fisik cewek dijadikan alat untuk mencari duit dan menggoda laki-laki. Cewek kudu diperhitungkan karena kiprahnya, peran nyata dengan modal kecerdasan, keimanan dan akhlaknya.

Begitu juga dalam dakwah. Jangan mau jadi obyek saja, tapi kita kudu jadi subyek yang akan merubah jaman. Plis deh coba kamu renungkan, dengan populasi penduduk dunia yang diyakini mayoritas adalah cewek, dan kemudian bayangkan kalo semuanya itu adalah perempuan sadar yang bertekad kuat untuk melakukan revolusi kebaikan dengan dakwah. Dijamin deh, kehidupan Islam yang kita cita-citakan bersama akan mudah terwujud, insya Allah. Karena sungguh, di balik lemah lembutnya cewek sebetulnya tersimpan kekuatan dahsyat di baliknya untuk mewarnai dunia. Masalahnya, warna apa yang akan kita torehkan itu bergantung pada kita sendiri, para cewek.

Meskipun dakwah cewek bisa ke semua kalangan, tapi sebetulnya ada fokus tertentu biar dakwah ini efektif. Cewek dakwah juga ke cewek. Bukan nggak boleh dakwah ke cowok, cuma seringnya bukannya dakwah malah jadi demenan. Nah lho! Kecuali kalo kamu bisa menjaga izzah sebagai muslimah, ini sih no problemo. Tapi jangan keterusan yah. Selanjutnya serahkan pada teman cowok yang udah ngaji duluan untuk membina teman cowok kamu itu. Sedangkan kamunya sendiri balik lagi deh fokus untuk membina cewek dan asyik berdakwah-ria dengan mereka.

Oya, dakwah bisa dilakukan baik dengan sendiri-sendiri ataupun bersama-sama, lho. Tapi ibaratnya sapu lidi, ia akan mempunyai kekuatan kalo dijadikan satu dalam ikatan yang sama. Kamu nggak bakal bisa menyapu dengan bersih hanya dengan sebatang sapu lidi. Beda banget kalo puluhan atau ratusan batang sapu lidi tadi diikat kuat dalam satu ikatan terus buat nyapu pasti bakal bersih bin kinclong.

Sama dengan dakwah. Meskipun bisa dilakukan sendiri-sendiri tapi hasilnya pastilah tidak seoptimal apabila dilakukan secara berjamaah. Kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik bisa dikalahkan oleh kejahatan yang diatur dengan rapi. Tapi itu pun dengan catatan, kalo dakwahnya juga niat banget dan caranya benar sesuai tuntunan dakwah Rasulullah saw.

Eh, bukan dominasi cowok aja lho yang bisa mengatur langkah dakwah dengan rapi, cewek juga nggak kalah. Karena sesungguhnya perintah untuk berdakwah ini ditujukan emang buat hamba Allah baik cowok ataupun cewek. Betul kan?

Ibaratnya timbangan, cewek dan cowok di dunia ini saling bekerjasama dalam kebenaran dan kebaikan. Jadi, kalo pun cewek berdakwah, itu bukan dalam konteks saingan atau pun pemberdayaan perempuan sebagaimana slogan para feminis. Tapi dakwah ini sebagai bukti ketundukan diri seorang hamba Allah untuk mengharap ridhoNya semata.

Jadi, dakwah bukan monopoli para cowok or ibu kyai or ibu ustad aja. Tapi dakwah wajib bagi tiap individu yang mengaku dirinya muslim, tanpa dibedakan lagi jenis kelamin. Dari sini kalo mau bicara tentang kesetaraan, Islam sudah punya konsep ini jauh hari sebelum para feminis teriak-teriak. Namanya juga sistem hidup yang sempurna, maka sudah komplit-plit semua apa yang ada di dalamnya. Nggak ada yang namanya pameo surga nunut neraka katut. Terjemahan bebasnya sih, kemana pun para cowok pergi entah ke surga or neraka, cewek bisanya cuma ngikut aja. Idih…ogah banget!

Dalam Islam, cewek punya sikap untuk menentukan masa depannya sendiri. Mau masuk surga or neraka, cewek punya hak untuk memilih. Nggak cuma bisa ikut-ikutan. Mau mengubah dunia ini menjadi makin rusak or jadi lebih baik, cewek punya peran. Jadi keberadaan cewek emang kudu diperhitungkan dalam segala seginya. So, kalo kamu emang cewek oke, yuk kita pilih surga dengan melakukan dakwah demi mengubah wajah dunia menjadi indah dalam naungan Khilafah yang menerapkan syariah Islam. Setuju? Pasti dong, namanya aja cewek oke. Iya kan? Siiipppp dah! [ria]

(Buletin STUDIA – Edisi 333/Tahun ke-8/19 Maret 2007)