Judul buku: Jadikan Aku Pecinta Nabi | Penulis: Abdurrahman al-Baghdadi dan Fathy Syamsuddin Ramadhan an-Nawiy | Penerbit: Gema Insani, 2009 | Jumlah halaman: 208 hlm; 14,5 cm
Dr. Ahmad Muhammad al-Hufy sebelum menulis Min akhlak an-Nabiy beliau bertutur penuh kerendahan hati, “Ya, Rasulullah, junjunganku! Apakah kata-kata yang tak berdaya ini mampu mengungkapkan ketinggian dan keluhuranmu? Apakah penaku yang tumpul ini dapat menggambarkan budi pekertimu yang mulia? Bagaimana mungkin setetes air akan sanggup melukiskan samudera yang luas? Bagaimana mungkin sebutir pasir akan mampu menggambarkan gunung yang tinggi? Bagaimana mungkin sepercik cahaya akan dapat bercerita tentang matahari? Sejauh yang dapat dicapai oleh sebuah pena, hanyalah isyarat tentang keluhuran martabatmu, kedudukanmu yang tinggi, dan singgasanamu yang agung.”
Buku yang terdiri dari 11 bab singkat ini ditulis oleh Ustad Abdurrahman al-Baghdadi, ulama kelahiran Libanon yang telah lama mukim di Indonesia. Buku ini beliau tulis bersama Fathi Syamsuddin an-Nawiy. Ketika pertama kali disodorkan buku ini oleh Pak Abdul Hakim dari Gema Insani, saya langsung menyusun ide untuk menuliskan resensinya.
Membaca bab demi bab di buku ini sangat menambah wawasan. Seolah ingin meyakinkan pembaca untuk mencintai Nabi Muhammad saw., buku ini dibuka dengan bab pertama yang membahas tuntas tentang larangan menyakiti dan menentang Rasulullah saw. Untuk menegaskan, dilanjutkan di bab dua tentang hukuman bagi para penghina Rasulullah saw. Serta diyakinkan lagi bahwa tidak ada nabi setelah Muhammad saw. diutus, maka jika ada yang mengaku-ngaku sebagai nabi, harus siap menghadapi hukuman yang tak bisa dianggap enteng.
Pribadi Rasulullah saw. juga dipaparkan dengan sangat bagus di buku ini. Tak lupa juga dibahas tentang keluarganya, istri-istrinya. Bahkan termasuk ciri-ciri nabi secara fisik dibahas dalam bab penampilan Rasulullah saw. Benar-benar beliau pribadi yang agung. Jadi teringat kisah yang pernah saya baca. Diriwayatkan Abu Hurayrah (Nailul Awthar, 4: 90): “Ada seorang perempuan hitam yang pekerjaannya menyapu masjid. Pada suatu hari, Nabi saw. tidak menemukan perempuan itu. Nabi saw. menanyakan ihwalnya. Para sahabat mengatakan bahwa ia telah mati. Ketika Nabi menegur mereka kenapa tidak diberitahu, para sahabat mengatakan bahwa perempuan itu hanya orang kecil saja. Kata Nabi saw., “Tunjukkan aku kuburannya.” Di atas kuburan itu Nabi melakukan shalat untuknya.”
Imam ath-Tahbrani dalam Tarikh-nya menuliskan tentang kepribadian Rasulullah saw.: “Selama beliau tetap sebagai Rasulullah, maka tidak boleh tidak, beliau harus menjadi orang yang paling lembut dan berlapang dada di antara manusia, paling halus budi pekertinya, paling baik akhlaknya dan paling indah pergaulannya. Rasulullah saw. menahan amarah, memaafkan, dan memohonkan ampunan atas orang-orang yang tergelincir. Beliau saw. mengalahkan hak-hak dirinya selama bukan hak Allah. Beliau saw. memaafkan orang yang mendzaliminya, mengusirnya dari tanah airnya, menyakitinya, mencai makinya dan bahkan yang memeranginya; karenanya beliau berkata kepada mereka pada hari Penaklukan Mekkah, “Pergilah kalian, karena kalian adalah orang-orang bebas.” (ath-Thabrani dalam Tarikh-nya 2/161)
Buku yang dilengkapi dengan penjelasan dari para ulama dan diberikan dalil-dalinya dari al-quran dan as-Sunnah dalam mendukung setiap penjelasannya ini akan menambah wawasan kita tentang pribadi dan kehidupan Rasulullah saw. Itu juga tercantum dengan jelas dalam pengantar penulisnya: “Buku ini disusun dan dipersembahkan kepada kaum Muslim agar di dalam hati mereka tumbuh perasaan cinta, memuliakan, dan meluhurkan Rasulullah saw., di tengah derasnya upaya kaum kafir dan munafik untuk menghina Rasulullah saw. secara pribadi, maupun ajaran-ajarannya. Selain itu, buku ini juga ditujukan agar kaum Muslim mengenal lebih jauh kepribadian dan hukum-hukum khusus yang berlaku untuk beliau saw.”
Benar, di tengah banyaknya penghinaan terhadap Rasulullah saw. oleh musuh-musuh Islam saat ini, rasanya pantas juga buku ini kita baca atau hadiahkan kepada orang-orang yang kita sayangi agar mereka tetap mencintai nabinya dengan sepenuh hati dan pengetahuan yang memadai. Tentu agar kecintaannya tetap terpatri sampai nanti sampai mati.
Salam,
O. Solihin