Saturday, 23 November 2024, 19:04

Cewek cantik disukai cowok itu wajar dan sah-sah aja. Tapi sahkah kalau cewek memanfaakan kecantikannya untuk banyak nuntut, khususnya soal duit?

Cewek seperti itu disebut cewek komersil. Yakni cewek yang â€?licin’ banget manfaatin kecantikannya untuk mendapatkan harta sebanyak–banyaknya. Itu seperti yang digambarkan sebagai sosok Juwita. Kamu-kamu pasti tahu dong ama yang namanya Juwita. Itu?  tuh lakon cewek cantik, seksi dan pintar yang diperankan dengan manis oleh Asti Ananta di salah satu sinetron teve. Dengan kelebihannya itu, doi sukses mindahin isi kantong cowok-cowok kerenn ke dompetnya. Lihat aza, mulai uang jajan, biaya kuliah, pasang telpon rumah, beli HP ampe pengobatan ibunya, doi kagak perlu meres keringat. Cukup dengan menebar pesona kesana kemari, duit mengalir kekoceknya.

Emang sih, cowok-cowok itu ngaku ngasih tanpa pamrih alias Juwita nggak perlu ngasih balesan apapun. Sampai jadi pacar, simpanan atau menyerahkan harga diri misalnya. Tapi, dalam hati siapa tahu. Yang jelas, cukup dengan bersilat lidah, mimik memelas dan wajah nelongso, Pram, Dedi atau Juned –cowok-cowok korbannya– rela merogoh koceknya sampe yang paling dalem sekalipun.

Dengan perilaku seperti itu, emang Juwita dianggap berjasa banget , bisa bantu ekonomi ibunya yang janda. Tapi, bener nggak sih perilaku kayak gitu? Masak iya, memanfaatkan kecantikannya buat ngedapetin doku?

PRO-KONTRA CEWEK KOMERSIL
“Menurut gue sih, sah-sah aja jadi cewek komersil. Itu namanya memanfaatkan potensi diri. Lumayan kan, nggak perlu banting tulang, peras keringan dan mutar otak, ada yang ngasih duit. Anggap aza itu hadiah, rezeki nomplok,� komentar Susan, ABG yang berhasil dijaring Permata.�Mungkin kalau gue cantik bakal kayak gitu juga,� imbuh cewek yang wajahnya emang pas-pasan ini (wah , dapat ilham tuh!).

Lain lagi komentar Nurul, pelajar sebuah SMU di Bogor. Menurutnya, jadi cewek komersil itu bisa menjatuhkan harga diri. Kesannya jadi cewek murahan dan gampangan, gicu lho! “Lagian bahaya kalau kena batunya. Cowok-cowok korban cewek komersil yang sebetulnya mengharapkan kecantikan tuh cewek, bisa ngamuk kalau keinginannya nggak terpenuhi. Kan gawat kalau mereka sampai nuntut balas budi, sampai diperkosa misalnya. Hiii…..jangan sampai deh! “ ujarnya bergidik.

Lantas kenapa orang mau jadi cewek komersil? Masih menurut Nurul, motifnya bisa macam-macam. Misalnya karena terdesak problem ekonomi (yah, contohnya kayak Juwita itu), karena pengin tampil borju tapi kagak punya modal, atawa karena dendam ama cowok. Dendam? “Iya , karena pernah disakiti cowok misalnya, trus tuh cewek pengin nyakitin balik cowok-cowok manapun. Caranya, dengan seolah-olah ngasih harapan ke cowok, tapi sebetulnya cuma pengen meres aza,� urainya. Wah, jangan-jangan pengalaman pribadi nih!

“Kalau menurut saya sih, motifnya karena pengin senang-senang aza. Fun-fun-lah, mumpung masih muda dan cantik. Tahu kan, zaman sekarang kalau pengen gaul, musti cakep. Jadi butuh modal dong!“ timpal Susan santai. Gimana menurut kamu?

GAYA HIDUP MATRE
Benar kata Nurul, salah satu pendorong munculnya generasi cewek komersil adalah merebaknya gaya hidup borju. Tanda-tandanya –ini kata Susan– hidup butuh banyak modal. Sekarang ini, segala sesuatu kudu pake doku. Nggak heran kalau?  cewek-cewek yang tipis imannya, bakal ambil jalan pintas, menghalalkan segala cara. Juwita sih nggak seberapa , ada yang lebih parah. Misalnya ada yang berani nipu, maling atau ngejual diri (na’udzubillah min dzalik). Semua itu dilakoni demi UUD ( ujung-ujungnya duit). Soalnya hanya dengan duit, segala urusan bakal lempeng kaya jalan tol. Mo tampil borju, trendi dan gaya gampang. Mo punya banyak temen, mudah. Mo sekolah setinggi-tingginya sampe ke bulan kagak perlu repot. Pendek kata, ada duit, urusan lancar. Makanya kalau problem ekonomi keluarga bisa jadi pemicu munculnya cewek komersil, emang nggak kaget.

Selain itu, azas manfaat bisa juga jadi faktor penumbuh suburnya perilaku cewek komersil. Dengan memanfaatkan kecantikan dan kemolekannya seperti penuturan Susan, tuh cewek komersil dengan mudahnya bisa meraih segala impiannya. Tanpa rasa berdosa, cewek komersil dengan leluasa memanfaatkan kebaikan cowok kepadanya untuk memperoleh harta. Emang sih, nrima hadiah dalam ajaran Islam boleh-boleh saja, asal bukan hadiah sebagai pelicin suatu urusan. Tapi, kalau ada cowok begitu mudah ngasih barang berharga pada cewek cakep, masak iya nggak ada udang di balik tepung? ( itu sih rempeyek he…he?  )

Suer, percaya deh! Sebenarnya cowok macam begitu juga mengharapkan balas jasa. Meski di depan mata bilang ikhlas, tapi dari lubuk hati yang paling dalam punya ambisi besar. Contoh kasus ya para gebetannya Juwita itu. Ujung-ujungnya, para cowok itu pengin naklukin hati sang putri alias mengharap cinta Juwita. Makanya sampe ada yang mau memperkosa doi. Nah, kalau udah gitu, tentu aja urusannya bisa berabe, bahaya !

Gaya hidup borju dan azas manfaat?  itu sendiri, muncul dari ideologi kapitallis sekuler. Itu lho,ajaran barat yang misahin agama dari kehidupan. Menurut ajaran ini, halal haram bukan standar untuk berbuat, tapi azas manfaat. Artinya, selama suatu perbuatan dinilai bermanfaat oleh individu, maka akan dilaksanakan, sekalipun dalam pandangan Islam perbuatan tersebut terkatagori haram. Misalnya, kalau menjual diri bisa dapat duit, ya akan dilakukan (amit-amit).

Azas manfaat dalam ideologi ini diukur dengan materi dan kepuasan individu. Selama perbuatan mendatangkan materi atau memuaskan dirinya, dengan serta merta akan dilaksanakan. Makanya, kalau ngikuti gaya hidup kaplitalis ini, semuanya diukur dengan materi. Materi atau harta adalah segala-segalnya. Orang bisa dikatakan bahagia kalau punya banyak dan makin banyak materi.

JANGAN TERTIPU DUNIAWI
Tentu saja, gaya hidup matre berdasar azas manfaat itu nggak dibenarkan. Pertama, karena Islam mengajarkan halal-haram sebagai standar perbuatan kita. Artinya, sekalipun mengandung manfaat, jika perbuatan tersebut dilarang Allah, maka tidak boleh dilaksanakan. Mengumbar kecantikan emang mendatangkan materi, tapi Allah mengharamkannya karena Islam melarang tabaruj (menampakan kecantikan). Sebaliknya, Allah memerintahkan perempuan untuk menutup aurat?  dan berpakaian dengan sempurna.

Kedua, dalam konsep pergaulan cowok-cewek, Islam punya rambu-rambu. Misalnya nggak boleh dua-duaan (khalwat), campur baur tanpa kepentingan yang di bolehkan?  (ikhtilat) dan harus saling menundukkan pandangan (nggak boleh ngeliat aurat atau ngeliat dengan syahwat).

Ketiga, Islam mengajarkan pola hidup sederhana. Bukannya ngelarang kamu-kamu menikmati kesenangan dunia, tapi kebahagiaan dunia bukanlah diukur dari materi. Apalagi kalau diperoleh dengan cara-cara yang nggak disukai Allah. Kebahagiaan adalah ketika Allah ridho dengan perbuatan kita, yakni sesuai dengan perintah-Nya. Jadi, kamu kudu bisa ngimbangi dunia dan akhiratmu. Gaya borju dan matre hanya tipuan duniawi.
Nah kalau jadi cewek komersil, otomatis rambu-rambu itu musti dilanggar, kan! Kalau nggak, gimana bakal dilirik cowok? Jadi, nggak usah coba-coba jadi cewek komersil deh, ntar nyesel seumur hidup! [asri]