gaulislam edisi 181/tahun ke-4 (7 Jumadil Awwal 1432 H/ 11 April 2011)
Pertama kali nyaksiin tayangan berita gempa di Jepang, betapa kagetnya gue. Selain karena kedahsyatan bencana tersebut, juga karena bagusnya rekaman yang bisa diperoleh bahkan hanya dalam kurun waktu beberapa saat setelah kejadian. Melihat reportase di televisi mengenai kejadian tersebut gue hanya bisa tertegun membayangkan bagaimana dahsyatnya bencana tersebut. Belum juga bencana bisa ditangani bencana susulan sudah menyapa, reaktor nuklir Fukushima yang terkena gempa ternyata mengalami kerusakan dan kebocoran, sehingga memancarkan radiasi berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar reaktor tersebut.
Bencana selalu menarik untuk dikupas, karena selain menyajikan banyak sisi untuk diambil pelajaran juga memberikan banyak hal baru yang sebelumnya nggak pernah kepikiran sama kita. Tragedi gempa di Jepang, kalo kita perhatiin bener bukan gempa yang paling parah bikin kerusakan, tapi tsunami. Di Jepang, bangunan emang udah didesain untuk tahan gempa, masyarakatnya juga udah terbiasa dengan gempa, jadi bagi mereka gempa bukan hal baru lagi, tapi tsunami beda ceritanya. Manusia yang 90 persen badannya berisi air pun nggak bisa bertahan dengan tsunami yang jelas banget air juga. Bangunan yang didesain tahan untuk ngelawan gempa, ternyata nggak bisa ngelawan dahsyatnya tsunami.
Bencana tidak berhenti sampai di sini saja, Jepang yang terkenal sebagai bangsa Asia yang majupun ternyata membuat kesalahan fatal (kalo tidak disebut sebagai kebodohan), yaitu dengan mendirikan reaktor nuklir di atas tanah yang labil. Tapi apa bener kalo mereka tidak memperhitungkan sama sekali risikonya? Ternyata tidak, yuk kita bahas deh.
Biangkerok sebenernya
Kebangkitan Jepang setelah kekalahan mereka dalam perang dunia kedua emang patut diacungin jempol. Mereka membangun kembali negara yang hancur karena perang hingga menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia emang fakta yang nggak bisa dipungkiri. Mereka melakukannya dengan membungkam sistem kerajaan, menggantinya dengan parlemen ala Barat dan mengubah negara mereka dari negara kerajaan menjadi negara industri dengan skala penuh, artinya hampir semua bagian industri mereka kuasai. Siapa sih yang nggak kenal merek dari Jepang? Di berbagai macam produk hampir pasti ditemukan produk mereka. Hingga akhirnya mereka over produksi. Sementara di lain sisi, Amerika over consumtif. Kondisi ini menciptakan ketidakseimbangan ekonomi dunia.
Dari data the Nation, disebutkan bahwa Jepang menjadi negara exportir utama dari tahun 1960 sampai 1990-an, dan menjadikannya salah satu negara yang paling kaya di dunia. Namun ternyata kekayaan mereka sebenarnya hanya ilusi belaka, nilai tukar yen (mata uang Jepang) yang cukup tinggi digunakan untuk nalangin balik kondisi keuangan US yang barusan ini porakporanda. Pada tahun 1985, US memaksa Jepang untuk me-revalue nilai tukar yen terhadap dolar guna mengimbangi nilai perdagangan antara kedua negara yang tidak berimbang, sehingga Jepang mengalami banyak kerugian.
Negara-negara Arab juga mengikuti pola yang hampir mirip, mereka menukar minyak dengan mata uang kertas (dolar) yang kemudian akan dibelanjakan balik ke US, supaya tetap memperoleh keuntungan. US akan berusaha untuk menjaga nilai tukar mata uangnya lebih tinggi, sehingga ketika dibelanjakan balik, siapa yang dapet untung?
Semenjak tahun 90-an ekonomi Jepang sebenarnya mengalami kemunduran yang cukup drastis. Tingginya nilai tukar yen, menjadikan mereka kesulitan jualan barang dagangannya, karena itulah mereka mulai menggunakan negara-negara di Asia sebagai tempat produksi mereka, guna menekan ongkos produksi sehingga harga jual masih tetap kompetitif. Sementara di dalam negeri, daripada melakukan restrukturisasi ekonomi, Jepang tetap mempertahankan sistem ekonominya dengan melakukan bailout terhadap bank dan membelanjakan uang untuk proyek-proyek infrastruktur mereka. Alhasil, mereka sekarang memiliki hutang sebesar 12 triliyun dollar, yang setara dengan 200% GDP mereka. Jelas banget bahwa Jepang sebelum bencana ternyata telah dalam kondisi yang cukup parah.
Untuk mendanai keperluan maintenance industrialisasi mereka ini, maka tidak ada pilihan lain bagi Jepang selain membangun reaktor nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik industrinya. Sehingga akhirnya sampai sekarang mereka telah memiliki 53 reaktor nuklir yang memenuhi 30% kebutuhan listrik Jepang, dan kesemuanya dibangun di atas tanah yang labil. Jepang masih memiliki cadangan sebesar 1 trilliyun dollar, yang pasti akan segera digunakan untuk mendanai recovery pasca bencana dan kebutuhan industrinya. Perusahan multi nasional Jepang juga akan dipaksa untuk menjual aset mereka di luar negeri guna mendanai operasional mereka di negaranya sendiri. Dengan mempertimbangkan kebangkitan ekonomi China akhir-akhir ini, lengkap sudah derita Jepang, ini merupakan sebuah cerita singkat mengenai kepercayaan palsu bahwa industrialisasi dan mengumpulkan uang kertas merupakan kunci kemakmuran.
Pelajaran yang bisa kita ambil
Bro en Sis, kita bisa memetik pelajaran berharga dari kondisi Jepang terakhir. Pertama, sudah menjadi hak Alloh Swt. untuk menurunkan bencana ke dunia. Namun manusia diberi kemampuan untuk mempersiapkan menghadapi bencana. Bukankah dunia ini akan diakhiri dengan bencana besar pula? Sudah semestinya kita lebih perhatian terhadap lingkungan kita dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaganya, bukan malah menambah kerusakannya, hanya demi keuntungan sesaat, inget nasib generasi penerus kita, Bro.
Alloh Swt. berfirman (yang artinya): Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS ar-Rum [30]: 41)
Dalam ayat lain Alloh Ta’ala menyampaikan: Musibah apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan tangan kalian sendiri (QS asy-Syura [42]: 30)
Bila kita simak kedua ayat di atas, jelas bahwa Alloh menimpakan bencana kepada manusia bukan karena—maaf—‘iseng’ semata. Tapi ada tujuannya supaya manusia introspeksi terhadap perbuatan yang telah mereka lakukan sebelumnya yang pada akhirnya akan membawa mereka sadar untuk kembali ke jalan yang benar. Terus perbuatan apa yang mengundang murka Alloh? Dijelaskan dalam hadist berikut: Jika zina dan riba telah tampak di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan diri mereka dari azab Allah (HR ath-Thabrani dan al-Hakim)
Kedua, Jepang terkenal dengan kualitas mental, kinerja dan standar mereka yang di atas rata-rata. Namun ternyata hal tersebut tidak menjamin kesuksesan mereka. Tetap saja mereka diperdaya dengan sistim Kapitalisme dan Sekulerisme yang enang palsu bin dusta. Kalo bangsa sekelas Jepang saja tidak mampu, apa bangsa dengan mental KKN yang kental, bisa lebih hebat dari pada mereka?
Inget Bro, Jepang pernah punya andil menjajah kita dulunya selain tentunya Belanda yang paling lama menjajah negeri kita. Sebagai perbandingan, perlu 3.5 abad lamanya, atau setara dengan 6 generasi (dengan asumsi 1 generasi lamanya 60 tahun) bagi kita untuk merdeka sementara hanya perlu waktu 15 tahun bagi Jepang untuk bangkit dari kekalahan perang. Sudahlah mari kita kembali ke sistim Islam, dan jangan buang umurmu sia-sia dalam sistim kufur.
Ketiga, wacana pendirian reaktor nuklir di Indonesia masih tetep aja marak, sementara di negara lain penggunaan nuklir dikaji ulang untuk dicarikan alternatif lainnya. Indonesia sebenarnya tidak jauh berbeda kondisi geografisnya dengan Jepang, kita berada di dalam barisan gunung berapi yang membentang dari Sumatera hingga ke NTT. Sudah pasti negara kita termasuk negara yang memiliki potensi gempa yang cukup tinggi. Kalo Jepang saja yang notabene teknologi, standard dan kinerja di atas kita kalang kabut menangani kebocoran reaktor nuklir mereka, lha gimana dengan kita? Yakin bisa lebih baik dari Jepang?
Sebagai catatan, hanya Jerman saja yang mengklaim bahwa desain reaktor nuklir mereka tidak mungkin akan meleleh. Tetapi klaim ini menjadi bahan ketawaan para ilmuwan dari negara lainnya. Belum lagi bila kita kaji bagaimana negeri kita menangani limbah nuklirnya nanti? Lha wong nangani sampah biasa aja kita keteteran, apa lagi sampah nuklir.
Dulu gue pernah berpikir keren juga kalo umat Islam memiliki bom nuklir. Tapi kemudian gue bertanya lagi, bom nuklir akan membinasakan semua mahluk, kehancurannya sangat luar biasa, sementara aturan dalam Islam tidak demikian. Kita tidak diperintahkan untuk menghancurkan alam, Islam tidak memerintahkan untuk membunuh orang tua, wanita dan anak-anak ketika perang, tidak ada pohon yang ditebang, tidak ada bangunan yang diruntuhkan walaupun itu gereja. Apalagi membunuh dengan cara membakar, “oh tidak bisa” (Sule mode on).
Islam adalah rahmatan lil alamin. Dalam Islam kita tidak diperintahkan untuk menghancurkan alam, karena semua mahluk senantiasa bertasbih kepada Alloh, mengagungkan Alloh. Layakkah mereka yang mengagungkan nama Alloh kita hancurkan?
Sebagai akibat dari tercemarnya laut di sekitar reaktor Fukushima Jepang, mungkin akan menjadi semakin nyata dalam beberapa tahun ke depan, muncul kadal laut raksasa yang sering kita sebut sebagai Godzilla, whahahaha kok jadi ngaco? Ok deh semoga tulisan ini bermanfaat. Tunjukkan pedulimu pada berbagai masalah, dan yakin bahwa Islam pasti punya solusinya. [aribowo: aribowo@gmail.com]