Friday, 22 November 2024, 06:53

gaulislam edisi 705/tahun ke-14 (14 Ramadhan 1442 H/ 26 April 2021)

Duh, kezel banget, dah. Belum lama viral “sujud freestyle”. Aneh-aneh aja emang. Kenapa sih, nggak bikin tren yang baik-baik, gitu? Nggak pede bikin tren yang menjadikan agama kita jadi berwibawa? Ini malah ngawur bin ngerusak citra Islam. Gimana ceritanya bisa bikin tren merusak Islam seperti itu sih? Pasti inspirasinya dari setan, itu. Gimana nggak, itu kan sedang shalat. Mestinya khusyu’. Ini malah main-main. Bangga pula kelihatannya. Itu yang bikin video dan menyebarkan mestinya nasihatin temannya (atau emang sama-sama punya pikiran ngawur?).

Sobat gaulislam, jangan nodai Islam dengan hal-hal memalukan seperti itu. Apalagi ini di bulan Ramadhan, dan dilakukan pada ibadah shalat, pula. Asli bikin spaneng dan pengen marah, tetapi marah ke siapa? Ngamuk-ngamuk di medsos juga bukan solusi. Mesti diusut itu, apakah karena kebodohannya, atau karena kedunguannya, atau tersebab kebebalannya, atau memang sengaja ingin merusak Islam lewat noda-noda perilaku konyol seperti itu. Jika asumsi yang terakhir, siapa yang menyuruhnya? Siapa yang menjadi inspiratornya?

Kasus seperti ini bukan barang baru, emang. Beberapa tahun lalu juga viral tuh shalat tarawih plus witir super ngebut, 23 rakaat dikerjakan hanya dalam waktu 7 menit. Begitu pertama kali saya lihat video yang beredar, bahkan disiarkan di televisi, jujur saya marah, tapi ya itu tadi, marah ke siapa. Gimana pun juga yang melakukannya kaum muslimin, saudara kita. Dilema sih, karena sebenarnya jelas itu akibat kebodohannnya, menyangka bahwa menurut mereka itu boleh-boleh saja. Apa nggak ada seorang pun sesepuh atau ustaz atau bahkan ulama di situ yang menasihati mereka? Hmm… mungkin ada sih, cuma saya nggak tahu karena nggak ada kabarnya. Mudah-mudahan sih udah ada yang nasihatin, sehingga tidak dibiarkan begitu saja. Setidaknya udah  nasihatin walau nggak digubris.

Dulu, waktu saya kecil masih di sekolah dasar, awal tahun 1980-an (duh jadi kelihatan udah tuanya), memang kalo shalat tarawih anak-anak pasti bercanda, ngawur, dorong-dorongan, injek kaki temannya, naro pemukul bedug di kaki temannya saat sang teman sujud, sehingga karuan bikin kaget dan sakit saat duduk di antara dua sujud. Asli gokil.

But, ketika perilaku itu diketahui para orang tua, semua anak disidang, dinasihati agar tidak melakukan hal konyol itu. Ada yang nurut lalu nggak mau melakukan lagi, tapi ada pula yang besoknya ngulangi lagi. Namun, setidaknya udah dinasihati. Semoga saja yang ngelakuin “sujud freestyle” juga udah dinasihati walau keburu videonya jadi viral.

Jangan istihza’!

Kamu tahu apa itu istihza? Belum? Oke, saya jelasin dikit, ya. Saya nukil penjelasan di almanhaj.or.id, istihza’, secara bahasa artinya sukhriyah, yaitu melecehkan (Lisanul Arab (I/183) dan Al Mishbaahul Munir, hlm. 787).

Ar-Raghib Al-Ashfahani berkata,”Al huzu’, adalah senda-gurau tersembunyi. Kadang-kala disebut juga senda-gurau atau kelakar.”(kitab Al Mufradaat, hlm. 790).

Al-Baidhawi berkata,”Al-Istihza’, artinya adalah pelecehan dan penghinaan. Dapat dikatakan haza’tu atau istahza’tu. Kedua kata itu sama artinya. Seperti kata ajabtu dan istajabtu.” (Tafsir Al Baidhaawi, juz I, hlm. 26)

Dari penjelasan di atas, dapat kita ketahui makna istihzaa’, yaitu pelecehan dan penghinaan dalam bentuk olok-olokan dan kelakar.

Coba sekarang kamu pikir, kalo secara hukum jelaslah orang yang shalat tapi sujudnya kayak di video yang viral itu hingga masuk acara berita di televisi, shalatnya nggak sah. Dari segi pantes atau kagak pantes ya memang kagak pantes itu dilakukan seorang muslim. Nah, itu salah satu contoh istihza’, Bro en Sis. Jangan kamu lakukan. Itu terkategori mengolok-olok syariat Islam (khususnya dalam ibadah shalat), main-main, apa pun alasannya.

 Dulu, orang-orang Yahudi di masa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sering mengejek nabi, Allah Ta’ala, dan syariah Islam. Mengejeknya dengan permainan kata-kata yang tujuannya melecehkan. Orang sekarang bilanya, “plesetan”.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya). “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (Muhammad): “Raa’ina”, tetapi katakanlah: “Unzhurna”, dan “dengarlah”. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.” (QS al-Baqarah [2]:104)

Raa’ina, artinya sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. Dikala para sahabat menggunakan kata-kata ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang Yahudi pun memakainya pula, akan tetapi mereka pelesetkan. Mereka katakan ru’unah, artinya ketololan yang amat sangat. Ini sebagai ejekan terhadap Rasulullah. Itu sebabnya, Allah Ta’ala menyuruh para sahabat agar menukar perkataan raa’ina dengan unzhurna, yang juga sama artinya dengan raa’ina.

Beberapa waktu lalu juga muncul kata-kata menyerupai gaya penulisan hadits, ini kategorinya juga istihza. Main-main yang termasuk mengolok-olok agama. Ya, ada yang nyebarin lewat grup WhatsApp dengan kata-kata seperti ini: “Barang siapa yang berpuasa 1 bulan lamanya kemudian ia menahan diri untuk tidak mudik, maka sesungguhnya ia adalah pegawai negeri sipil”. Ini contoh model istihza. Apa nggak ngerti, ya? Penulisan seperti ini mirip hadits, berarti orang yang nulisnya itu ngerti Islam, tetapi kenapa dibikin plesetan seperti itu. Meski alasannya bercanda, ya bercanda yang tidak boleh. Kalo ini dibiarkan, maka akan banyak yang lain melakukan hal yang sama. Gawat.

 Kasus lain yang terkategori istihza’ adalah mengejek para muslimah bercadar dengan sebutan “ninja” atau malah teroris. Pake celana cingkrang diejek dengan model celana saat kebanjiran, malah banyak juga di medsos sebutan kadrun lah, mabok agama lah. Itu semua ditujukan kepada orang Islam yang taat menjalankan syariah agamanya. Siapa mereka yang bikin istilah melecehkan itu? Kalo orang kafir jelaslah memang mereka benci kepada umat Islam. Tapi kalo umat Islam yang bilang gitu? Ya, kategorinya bisa munafik atau minimal fasik. Jelek semua sebutan tersebut.

So, nggak usah ikut-ikutan tren yang menyesatkan, ya. Nggak baik, nggak pantes, dan emang nggak boleh kalo sampai mencemooh atau mengolok-olok agama. Khawatir terkategori sebagai orang munafik.

 Allah Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:”Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” (QS at-Taubah [9]: 65)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan, bahwa semata-mata istihza’ terhadap Allah merupakan kekafiran, istihza’ terhadap Rasul merupakan kekafiran, dan istihza’ terhadap ayat-ayat Allah juga merupakan kekafiran. Istihza’ terhadap perkara-perkara di atas saling berkaitan. (Majmu’ Fatawa, juz 15, hlm. 48)

Sebab turunnya ayat ini, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: Pada suatu hari, di satu majelis dalam perang Tabuk, seorang laki-laki berkata “Aku tidak pernah melihat semisal para qari’ (ahli al-Quran atau ahli agama) kita ini, lebih rakus perutnya, lebih dusta lidahnya, dan lebih penakut di saat pertempuran”.

Lalu seorang laki-laki di majelis itu berkata: “Engkau dusta, tetapi engkau seorang munafik. Aku benar-benar akan memberitahukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Dan al-Quran turun. Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhu berkata: “Maka aku melihat laki-laki itu bergantung pada kendali onta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, batu-batu melukai kakinya, dan dia mengatakan: “Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Rasulullah, berkata: “Katakanlah : Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (HR Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir Ath Thabari)

Sudahlah, sadar diri!

Sobat gaulislam, sadar diri aja kalo emang belum tahu ajaran Islam secara umum. Kalo belum ngerti ya tanya kepada yang ngerti. Ada guru, ada kiai, ada ulama di sekitarmu. Jangan nekat ngejar konten viral padahal kamu sedang istihza’ terhadap agamamu sendiri. Nggak baik, itu. Kalo kamu nggak tahu, cepet cari tahu. Hentikan kebodohanmu dengan belajar.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah mengatakan, “Ilmu itu tidak dapat ditandingi oleh amal apa pun bagi orang yang benar niatnya.”

Ada yang bertanya, “Bagaimana niat yang benar itu?”

Beliau menjawab, “Seorang meniatkan untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.”

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, “Dan kebodohan itu adalah penyakit yang mematikan. Obatnya adalah dua perkara yang disepakati yaitu nash dari al-Quran atau dari as-Sunnah. Dan dokternya adalah seorang alim yang rabbani.” (dinukil di laman muslim.or.id)

 Jadi, yuk ah belajar agama, supaya kita cinta kepada agama sendiri. Kalo udah tahu dan cinta terhadap agama, bakalan hati-hati sebelum bertindak. Dicek dan dipikir-pikir dulu, kalo belum yakin ya tanya kepada orang yang paham agama. Jangan sembrono alias sembarangan (apalagi sekadar bikin konten dengan pertimbangan asal viral), khawatir nanti jatuhnya jadi melakukan istihza’. Jangan nodai Islam, ya. Malu dan memalukan!

Selain itu, khawatir jadi orang yang munafik, benci kepada Islam dan kaum muslimin. Emang ada di zaman sekarang? Banyak! Bejibun! Tuh, lihat di medsos, mereka berkoar-koar menghina ajaran Islam dan kaum muslimin. Udah banyak yang ngingetin mereka, tetapi mereka tetap bebal. Ya, sudahlah. Urusan mereka dengan Allah Ta’ala. Kita sekadar nasihatin.

Nah, termasuk yang video sujud aneh yang viral itu, walau mungkin kategorinya nggak sebejat orang-orang munafik yang terang-terangan membenci ajaran Islam dan kaum muslimin, tetapi perlu kita tahu bahwa melakukan istihza’ semacam “sujud freestyle” dan sejenisnya, itu juga level tertentu dari mengolok-olok ajaran Islam. Sadarlah (bagi yang udah melakukannya). Jangan nodai Islam dengan kelakuan buruk seperti itu atau yang semisalnya. Ngeri dan jelas berdosa, Bro en Sis! [O. Solihin | IG @osolihin]