gaulislam edisi 807/tahun ke-16 (19 Ramadhan 1444 H/ 10 April 2023)
Berdasarkan informasi yang tersebar di media massa dan juga media sosial, di Ramadhan kali ini (seperti pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya), Israel selalu bikin ulah. Kejadian terbaru, pada Rabu subuh (5/4), pasukan Israel menyerbu Al Aqsa dan menyerang jemaah yang ada di dalamnya.
Saksi mata mengatakan polisi mendobrak pintu dan jendela untuk memasuki masjid. Begitu masuk, mereka mengerahkan granat kejut dan peluru karet.
Kemudian di malam harinya kejadian serupa berlangsung. Ketika itu pasukan Israel melepas granat kejut dan meminta semua jemaah keluar masjid.
Pasukan Israel mengklaim mereka memasuki masjid untuk mencari kelompok yang dianggap provokatif di dalam masjid. Kelompok itu disebut melempar petasan hingga batu ke tempat ibadah itu. (cnnindonesia.com, 7/4)
Ini sekaligus membuktikan pada dunia bahwa Israel (selama ini) memang teroris dan penjajah. Teroris dan penjajah yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan lembaga dunia, PBB. Buktinya, Israel memang tak pernah dipermasalahkan meski melakukan kebrutalan terhadap rakyat Palestina.
Kejadian kemarin aja, Amerika Serikat langsung bereaksi. Pasalnya, ketika pasukan Israel melakukan kebrutalan terhadap penduduk Palestina di Masjid Al Aqsa, pihak yang bersimpati pada pejuang Palestina meluncurkan roket-roket ke wilayah Israel sebagai jawaban atas aksi yang dilakukan Israel di Al Aqsa tersebut.
Amerika Serikat (AS) mendukung hak sekutu mereka, Israel, untuk membela diri atas serangan roket dari milisi Palestina di Lebanon. Dukungan itu dinyatakan oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel, Jumat (7/4).
“Menargetkan warga sipil tak berdosa dari bangsa mana pun tidak masuk akal. Amerika Serikat mendukung pemerintah dan rakyat Israel,” tutur Patel, seperti diberitakan AFP.
Amerika Serikat juga menyuarakan dukungan untuk Israel atas Lebanon. Meski demikian, mereka tidak secara eksplisit mendukung serangan Israel di Masjid Al Aqsa yang memicu serangan balasan milisi Palestina di Lebanon.
Begitulah, sesama penjajah saling mendukung dan saling melindungi. Di negeri ini pun banyak juga yang malah respek pada Israel, ketimbang kepada perjuangan rakyat Palestina. Bahkan itu dilakukan oleh mereka yang mengaku muslim. Ada tuh yang katanya ustaz malah menyalahkan Hamas dan Palestina. Tidak menyalahkan Isarel. Aneh bin ajaib. Kamu cari aja di youtube. Ada tuh ceramahnya.
Waktu ribut soal penolakan timnas sepak bola Israel yang akan berlaga di ajang 2023 FIFA U-20 World Cup, yang rencananya digelar di Indonesia, tetapi kemudian dibatalkan pihak FIFA, ada juga lho orang Indonesia yang nggak setuju dengan penolakan tersebut. Kamu bisa baca aja alasannya macem-macem. Ternyata memang ada aja orang dan kelompok yang mendukung penjajah seperti Israel. Ini sekaligus membuktikan karena mereka adalah orang dan kelompok yang sama yang juga tak suka dengan kelompok Islam yang ada di negeri ini dengan menyematkan label radikal karena berbeda pilihan politik dan bukan pendukung rezim. Kalo ada yang ngakunya muslim tetapi malah membela Israel, kira-kira sebenarnya mereka itu orang munafik atau orang kafir? Sebab, orang yang beriman pasti simpati kepada saudaranya, yakni muslim Palestina.
Satu akidah
Sobat gaulislam, kaum muslimin itu disatukan dengan akidah dan syariat yang sama, yakni Islam. Dan, itu nggak sebatas di satu RT saja, tetapi mencakup wilayah seluruh dunia. Jadi, kaum muslimin di negeri mana pun, di belahan dunia ini, adalah saudara seakidah kita. Saudara muslim kita, meski berbeda etnis, beda bahasa, dan beda negara. Ini ibarat satu satu tubuh. Muslim yang satu dengan muslim lainnya saling bersaudara. Saling menguatkan. Mestinya begitu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) dalam hadits yang shahih, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari no. 6011, dan Muslim no. 2586)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Permisalan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR Bukhari no. 6026, dan Muslim no. 2585)
Itu sebabnya, di antara kita sesama muslim dilarang saling menyakiti, saling mencela, saling benci. Nggak boleh. Baik yang dekat, maupun yang jauh. Muslim kudu peduli dengan muslim lainnya. Di mana pun mereka berada. Tak terbatas jarak. Jadi, kalo muslim Palestina tertindas karena penjajahan Israel, ya kita kudu peduli. Minimal banget empati dan simpati, serta mengirimkan doa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’” (HR Muslim no. 2564)
Tuh, artinya kalo ada yang berantem sesama muslim, diluruskan lagi akidahnya. Beneran. Itu sebabnya, urusan kaum muslimin di Palestina, adalah urusan kaum muslimin di seluruh dunia. Mestinya sih begitu. Urusan kita. Namun, sayangnya pemikiran kita belum bisa bersatu. Padahal, jumlah kita banyak. Kalo di data aja, ada lebih dari 2 miliar orang jumlah kaum muslimin saat ini di seluruh dunia. Andai 1 persen saja (sekitar 10 juta orang) yang berani untuk pergi ke Israel untuk berjuang bersama penduduk Palestina dalam mengusir Israel, insya Allah habis itu Israel, minimal mereka takut lalu terbirit-birit sambil kentut.
Menurut data Bank Dunia pada tahun 2021, jumlah penduduk Israel adalah sekitar 9,4 juta orang. Jadi, kalo dikirim 10 juta orang saja kaum muslimin pemberani, mereka ibarat satu lawan satu. Kemungkinan besar Israel tamat. Namun, mengapa kita tak berani melawan Israel? Padahal jumlah kaum muslimin banyak di seluruh dunia? Ada juga 57 negeri muslim yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), tetapi tak berdaya melawan satu cecunguk Israel yang udah menjajah Palestina. Mau heran tapi ini memang fakta kelemahan kita kaum muslimin saat ini. Banyak tapi bagai buih di lautan. Why? Mengapa?
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian adalah sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, “Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Ahmad dan Abu Daud)
Menanti generasi pembebas Baitul Maqdis
Sobat gaulislam, siapa di antara kamu yang siap menjadi pembebas Baitul Maqdis atau Baitul Muqaddas? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku kelompok yang selalu menolong kebenaran atas musuh mereka. Orang-orang yang yang menyelisihi mereka tidak akan membuat mereka goyah kecuali orang yang tertimpa al-lawa (cobaan) sampai datang kepada mereka janji Allah Azza wa Jalla. Mereka bertanya, ‘Ya Rasulallah, di manakah mereka?’ Beliau menjawab, ‘Baitul Muqaddas dan sisi Baitul Muqaddas.’” (HR Ahmad)
Dulu banget, ada sosok pahlawan yang membebaskan Baitul Maqdis, namanya siapa? Betul. Shalahuddin al-Ayyubi. Beliau adalah panglima perang yang memimpin ribuan tentara untuk membebaskan Baitul Maqdis pada 27 Rajab 583 Hijriah atau bertepatan dengan 2 Oktober 1187. Allah Ta’ala memenangkan Shalahuddin al-Ayyubi dan pasukannya.
Kamu pernah nonton film Kingdom of Heaven (2005) garapan sutradara asal Inggris, Ridley Scott? Itu film menarik tentang Perang Salib. Film ini ditutup dengan dialog antara Shalahuddin al-Ayyubi (Saladin dalam ‘lidah’ Barat) dan Balian. Setelah penyerahan Yerusalem, Balian yang penasaran menanyakan seberapa nilai Yerusalem buat Shalahuddin al-Ayyubi, “What is the Yerusalem worthed?”
Sambil tersenyum Shalahuddin al-Ayyubi menjawab, “Nothing”. Namun setelah beberapa langkah, dia berbalik dan mengepalkan kedua tangannya di dada sedang di belakangnya ada ribuan tentara Islam yang siap menyerang kapan saja dan berujar, “Everything”. Seakan Shalahuddin al-Ayyubi hendak menunjukkan bahwa sebagai sebuah simbol fisik, Yerusalem tidak lebih dari sekadar kota dan tanah, tetapi jauh di lubuk terdalam, Yerusalem adalah sebuah manifestasi kemerdekaan beribadah, suatu wujud akhir dari perjuangan, kesyahidan, dan bagi setiap Muslim terobsesi untuk mencapai surga melalui jalan suci itu. Jihad.
Kamu siap menjadi generasi pembebas Baitul Maqdis? Palestina, yang di dalamnya ada Baitul Maqdis, adalah urusan kita, urusan seluruh kaum muslimin, di seluruh dunia. Bukan sekadar urusan saudara kita yang tinggal di Palestina saja. Itu sebabnya, butuh kesatuan pemikiran dan mesti ada yang memimpin untuk bisa melakukan perubahan di sana. Jika pun belum bisa bersatu seluruh kaum muslimin dalam agenda bersama ini, setidaknya atau minimal banget, kita empati dan peduli dengan saudara kita di Palestina. Yuk, mumpung Ramadhan, gelontorkan doa dan dukungan agar kaum muslimin di sana mendapatkan kemenangan. [O. Solihin | IG @osolihin]