gaulislam edisi 827/tahun ke-16 (12 Shafar 1445 H/ 28 Agustus 2023)
Betul. Kalo kita lagi banyak masalah, mestinya teman kita itu nguatin. Bikin semangat, menghibur. Jangan malah nyiutin alias bikin ciut nyali. Bukannya jadi tandem harmonis, eh malah jadi beban kronis. Jangan sampe begitu, ya. Berteman itu termasuk penting. Gimana pun juga sosialisasi itu perlu. Kalo ngadem doang di rumah pastinya bete banget. Awalnya mager, lama-lama jadi baper, ujungnya laper. Gara-gara males gerak, akhirnya cuma rebahan. Pas stalking akun media sosial teman lain kok mereka pada happy banget, kamu malah lagi melow. Gara-gara gituan doang, kamu jadi baper. Males ngapa-ngapain, ya ujungnya laper karena nggak ada makanan. Eh, nyambung nggak, ya?
Teman yang baik itu nguatin, jangan nyiutin. Gimana pun juga, masing-masing kita mestinya udah siap baik dan jadi teman baik. Artinya, jangan sampe cuma pengen dapetin teman yang baik, tetapi kitanya nggak siap jadi baik. Itu bikin susah nyari teman. Kamu perlu tahu juga bahwa teman kamu yang bakalan diajak jadi teman juga berpikir sama: pengen nyari teman yang baik. Nah, kalo sama-sama pengen dapetin teman yang baik, yang bisa bikin happy, saling support, saling dukung, dan nguatin diri kita yang lagi nge-drop, ya kita juga kudu jadi baik. Jangan cuma sepihak doang. Halu aja kalo pengen dapetin teman yang baik, but kita sendiri nggak mau jadi baik buat teman kita.
Itu sebabnya, jangan galak sama temanmu. Jadikan teman itu sebagai saudara seperjuangan. Meski bukan sedarah, tetapi pastikan searah dalam menempuh jalan kebaikan. Teman sekolahmu, atau teman di pondok pesantren, adalah asetmu. Apalagi kamunya baik, temanmu juga baik. Maka, jangan sia-siakan teman yang model gitu. Jangan digalakkin, apalagi dimusuhi. Jangan saling mengecewakan. Itu bakalan bikin kalian rugi banyak. Beneran.
Berteman memang adakalanya bergesekan. Ada hal yang bikin bentrok. Namun, selama masih bisa diatasi sebenarnya nggak masalah, tetapi kalo udah jalan buntu, ujungnya marahan. Nggak terima dan nggak saling mengalah. Jadinya musuhan. Ini bisa membahayakan pertemanan, bisa bubar di tengah jalan.
Oya, ada satu lagi yang perlu kamu tahu, bahwa berteman itu saling mendukung dalam kebaikan. Bukan malah mengajak kepada keburukan. Teman yang baik itu adalah teman yang menjadikan dunia ini surga sebelum surga sebenarnya. Saling mengingatkan untuk beramal shalih, saling mendukung dalam kebaikan, saling percaya dan saling memahami. Teman yang baik nggak akan pernah ngajak bandel. Memang kalo jadi bad boy atau bad girl itu keren? Nggak sama sekali! So, jangan ngajakin teman kamu untuk bandel bersama. Sebaliknya, kamu kudu sadar diri, mengapa kok jadi bandel?
Jadi teman yang baik
Sobat gaulislam, emang sih ada tipe teman yang nggak peduli dan nggak punya empati. Bisa karena memang dasarnya nggak suka, bisa juga karena nggak bisa. Kalo nggak suka agak susah nyadarinnya, tetapi kalo nggak bisa kita perlu ngajarin. Bisa jadi dia bingung harus ngapain. Empati minim, caranya juga nggak tahu. Model begini, berteman jadi merepotkan.
Ada beberapa hal teknis yang semoga bisa menjadi solusi agar bisa memberikan dukungan kepada teman dalam hal kebaikan. Beberapa di antaranya:
Pertama, dengarkan dengan empati. Ya, dengarkan teman kamu dengan sepenuh hati. Cobalah untuk benar-benar memahami perasaan dan pengalaman mereka tanpa menginterupsi atau menghakimi. Tunjukkan empati dengan menganggukkan kepala, mengakui perasaan temanmu, dan bertanya pertanyaan yang menunjukkan bahwa kamu benar-benar tertarik. Ini pelajaran penting, apalagi kalo kita sering berinteraksi dengan teman-teman kita.
Kedua, jangan langsung menilai. Jadi, hindari memberikan penilaian atau saran tanpa diminta. Adakalanya, teman kita hanya ingin memiliki pendengar yang baik daripada seorang penasihat. Tanyakan apakah mereka ingin mendengar pendapat kamu atau hanya ingin berbicara. Jadi perlu tuh kamu ngerti kondisi temanmu.
Ketiga, tanyakan pertanyaan terbuka. Maksudnya, bantu teman kamu untuk merenung dan memproses perasaan mereka dengan bertanya pertanyaan terbuka. Ini dapat membantu temanmu mengklarifikasi pemikiran dan perasaannya sendiri. Nantinya kamu bisa nguatin, bukan malah nyiutin.
Keempat, memberikan dukungan emosional. Sampaikan bahwa keberadaanmu adalah untuk mereka dan bahwa kamu peduli. Ungkapkan dukungan dan kepedulianmu dengan kata-kata seperti “Aku di sini untukmu” atau “Aku mendukungmu sepenuhnya.” Kata-kata seperti ini, dukungan emosional model gini, bikin temanmu kembali percaya diri.
Kelima, tawarkan bantuan konkret alias nyata. Misalnya, jika teman kamu menghadapi masalah tertentu, kamu bisa menawarkan bantuan praktis atau berbagi sumber daya yang mungkin berguna bagi temanmu. Teman baik itu saling peduli dan sering berkomunikasi.
Keenam, hargai privasi temanmu. Gimana pun juga, sama seperti kita. Butuh privasi. Jangan malah sering datengin teman lalu ngobrol ngalor ngidul nggak jelas. Jadi, pastikan kamu menjaga privasi temanmu. Jangan membocorkan informasi pribadi yang mereka bagikan kepada orang lain tanpa izin. Beneran. Jangan jadi ember air yang bocor ke mana-mana. Bikin rugi.
Ketujuh, jangan membandingkan. Ini penting banget. Betul. So, hindari membandingkan pengalaman atau masalah mereka dengan yang kamu alami. Setiap orang memiliki pengalaman yang unik, dan membandingkan bisa membuat teman kamu merasa diabaikan. Walau demikian, masih memungkin jika memandingkan itu untuk tujuan memberikan teladan kebaikan, sehingga diharapkan akan ada perubahan dalam diri temanmu, ke arah kebaikan.
Kedelapan, berikan dukungan jangka panjang. Dukungan bukan hanya tentang memberikan reaksi instan. Pastikan kamu tetap tersedia untuk temanmu dalam jangka panjang, terutama jika mereka sedang menghadapi situasi sulit yang memerlukan waktu untuk pulih. Pada posisi kayak gini, kudunya nguatin, jangan malah nyiutin.
Kesembilan, berikan umpan balik positif. Jadi, ketika teman kamu mengambil langkah positif untuk mengatasi masalah, berikan umpan balik positif. Ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi temanmu. Coba aja.
Kesepuluh, alias yang terakhir, jaga komunikasi terbuka. Betul. Ini kudu terus berkomunikasi dengan teman kamu untuk memastikan bahwa kamu tetap mendukung mereka sepanjang perjalanan hidupmu atau dakwahmu. Tanyakan bagaimana perkembangannya dan apakah ada cara lain di mana kamu bisa membantu.
Silakan tips-tips tadi dipahami dan dipraktikkan. Seru, kok. Intinya, kalo pengen dapetin teman yang baik, maka kita kudu baik terlebih dulu. Kalo sama-sama baik, selain setara, juga bisa saling mengisi kekurangan masing-masing. Supaya jika ada keruwetan hidup, bisa saling menguatkan, bukan malah saling melemahkan alias menciutkan. Nguatin, seharusnya. Jangan malah nyiutin.
Teman dalam Islam
Sobat gaulislam, teman yang baik itu nggak selalu yang menuruti keinginan kita. Bikin asyik dan happy. Nggak selalu begitu. Namun, teman yag baik menurut Islam, adalah yang mengajak kepada kebaikan dan berani memberikan nasihat. Kalo teman kita ada kekeliruan langkah, maka menasihati itu lebih baik, ketimbang membiarkan dengan alasan solidaritas. Itu ngawur.
Al Imam al-Auzâ’iy rahimahullah berkata bahwa beliau mendengar Bilal bin Sa’ad rahimahumallahu berkata, “Saudaramu yang setiap berjumpa denganmu ia mengingatkan tentang hakmu terhadap Allah, lebih baik dari saudaramu yang setiap kali ia berjumpa denganmu ia menaruh satu dinar di telapak tanganmu.” (dalam Hilyatul Auliyâ wa Thabaqâtul Ashfiyâ, jilid 5, hlm. 225).
Selain itu, kalo ada kebaikan dari teman kita, kita bisa dukung. Kalo ada aib, dia akan menutupi, atau kita menutupi aib teman kita. Imam Ibnul Atsir rahimahullah berkata, “Seorang teman sejati, jika melihat keburukan dari saudaranya, dia akan menginjak (menutupi) keburukan tersebut dengan kaki. Jika dia melihat kebaikan, dia akan mengangkat kebaikan tersebut di atas gunung.” (dalam al-Matsal as-Saa`ir fii Adab al-Kaatib wa asy-Syaa’ir, jilid 1, hlm. 125).
Nasihat pertemanan lainnya disampaikan oleh Imam Ibu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah, yang menjelaskan, “Bergaul dengan teman ada dua macam. Pertama, pergaulan berdasarkan kecocokan dalam hal tabiat dan menghabiskan waktu. Pergaulan semacam ini kejelekannya lebih dominan daripada manfaatnya. Paling tidak, hal ini akan merusak kalbu dan menyia-nyiakan waktu. Kedua, pergaulan berlandaskan upaya untuk saling membantu dalam menempuh sebab keselamatan dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Pergaulan seperti ini merupakan salah satu keberuntungan terbesar yang sangat bermanfaat.
Namun, ada tiga hal yang bisa membuatnya cacat. Pertama, saling berbasa-basi. Kedua, obrolan dan berkumpul berlebihan di luar batas kebutuhan. Ketiga, berubah niat menjadi sekadar mencari kesenangan dan kebiasaan saja sehingga menghalangi dari tujuan utama.” (dalam al-Fawaid, hlm. 71).
Nah, sekarang kamu introspeksi. Kira-kira kamu masuk kategori yang mana. Namun, tentu kita berharap bahwa mestinya jadi teman yang baik. Teman yang membuat kuat temannya. Jangan malah membuat ciut nyali. Betul. Mestinya nguatin, jangan malah nyiutin.
Nah, berarti kita kudu waspada juga dengan teman duduk kita. Jangan sampe berteman dengan orang yang fasiq, karena mereka hendak menjerumuskan kepada keburukan. Ada nasihat bagus, bisa menjadi bahan renungan.
Syaikh al-Fudhail bin Iyyadh rahimahullah berkata, “Siapa saja yang bergaul dengan orang lain maka dia tidak akan selamat dari dua hal; bisa jadi dia akan ikut membicarakan kebathilan bersama mereka, atau dia akan diam saja jika melihat sebuah kemungkaran atau mendengarnya dari teman-teman duduknya, lalu dia tidak berusaha mengubahnya sehingga dia pun ikut berdosa bersama mereka.” (dalam az-Zuhd karya al-Baihaqy, hlm. 130, dan al-Uzlah karya al-Khaththaby, hlm. 41)
Nasihat lainnya dari Imam asy-Syafi’i rahimahullah. Beliau memberi wasiat panjang kepada muridnya, al-Hafizh Yunus bin Abdil A’la rahimahullah. Di antara isinya adalah sebagai berikut, “Wahai Yunus, apabila engkau memiliki sahabat, genggamlah dia erat-erat. Sebab, mencari sahabat itu sulit. Namun, berpisah dengannya itu mudah.” (dalam Hilyatul Auliya, jilid 9, hlm. 121)
Maksud beliau adalah, bersemangatlah untuk mencari sahabat yang dapat membantumu untuk taat kepada Allah. Jadi, teman yang baik itu bukan yang selalu bersama mengikuti kemauanmu. Namun, yang berani menegurmu ketika kamu salah, dan siap menguatkan hatimu saat lemah, serta mendukungmu ketika kamu berada dalam kebaikan. Ingat, ya. Kudu nguatin, jangan malah nyiutin, apalagi nyalahin dan ngerugiin. [O. Solihin | IG @osolihin]