Saturday, 23 November 2024, 18:40
kebangkitanislam

gaulislam edisi 838/tahun ke-17 (29 Rabiul Akhir 1445 H/ 13 November 2023)

Kalo kamu mager, yakin deh nggak bakalan bisa maju. Bagaimana mau maju, bergerak aja ogah, apalagi bangkit, lalu melangkah dan melaju kencang. Jangan sampe kamu lumutan akibat nggak pernah bergerak. Itu artinya, kalo kamu pengen melakukan sesuatu atau mengejar sesuatu untuk mendapatkan apa yang kamu mau, mestinya memang ada upaya, ada usaha. Jauh sebelum ada upaya, agar apa yang dilakukan nggak asal-asalan dan nggak sia-sia, tentu kudu punya niat, tujuan, strategi, dan target. Jangan sampe kalo urang Sunda bilang, “Cape gawe teu kapake” alias capek kerja tapi nggak dianggep, nggak dinilai. Bisa karena salah mengerjakan atau hasilnya nggak memuaskan. Itu namanya rugi besar. Tenaga abis, hasil nol atau malah minus jauh. Bisa dibilang dapet zonk, deh. 

Sobat gaulislam, ngomongin soal kebangkitan Islam, sebenarnya ini sudah lama banget kita ngobrolin, mendiskusikan, mengerjakan yang kita bisa kerjakan, mengedukasi umat, menulis, membuat tayangan video, bikin film, bikin apa aja yang sekiranya bisa dijadikan sarana dakwah untuk edukasi masyarakat. Namun, sampai saat ini kok rasanya masih jauh-jauh aja, ya? Beneran nggak gerak maju dan bangkit nih kaum muslimin? Kalo diam banget sih, nggak. Cuma memang terasa lambat. Eh, tapi sebentar. Baru kepikiran. Sebulan ini sebenarnya udah mulai kerasa hawanya sih. Ada semangat yang menggelora.

Ya, sejak serangan Hamas ke Israel yang dimulai pada 7 Oktober 2023, kini membawa suasana hangat dan terus menyala hingga bisa membakar semangat kaum muslimin untuk menunjukkan keberpihakannya kepada Islam, peduli kepada saudara seiman di Gaza, Palestina. Bukankah ini salah satu modal untuk meraih cita-cita kebangkitan Islam? Setidaknya, ada semangat dulu deh. Sebab, kalo masalah sepenting ini, menyangkut hidup dan mati kaum muslimin saja sebagian besar umat Islam tidur, ya bisa dikatakan bahwa kebangkitan itu masih jauh panggang dari api. Jadi, memang kudu ada semangat dukungan dan pembelaan terhadap saudara sesama muslim. 

Semoga juga bukan semangat “anget-anget tahi ayam” alias awalnya doang menggebu-gebu, begitu hitungan hari atau bulan, malah melempem kayak kerupuk kena air. Itu sebabnya, perlu bahan bakar yang memadai. Apa bahan bakar untuk perjuangan ini? Tentunya nggak cuma modal semangat, ya. Ada ilmu yang kudu dipelajari, ada sisi penguatan akidah, membiasakan membaca al-Quran, mulai kerja keras memahami bagaimana seharusnya berdakwah. Jangan dilupakan juga untuk menyiapkan fisik agar tenaga tetap prima untuk mendukung perjuangan. Kekuatan iman dan bagusnya jiwa akan memberikan efek yang nggak kaleng-kaleng. Iman akan mengokohkan tekad, bagusnya jiwa akan memberikan dorongan dan sikap mental yang nggak gampang nyerah. Itu semua kudu diisi, disiapkan dan tetap dinyalakan dengan niat mengharap ridha Allah Ta’ala. 

Seruan boikot produk Israel dan negara pendukungnya, untuk tahap awal ini, cukup menjadi pemicu kesadaran untuk berpihak kepada kebenaran dan Islam. Meski belum semua produk bisa diboikot, setidaknya ada upaya yang sudah digerakkan. Ini penting menyadarkan dan memberikan keyakinan tentang bagaimana seharusnya bersikap kepada saudara sesama muslim. Perlu juga diatur agar tindakan boikot tidak ngawur. Tidak mengalihkan dari mulut buaya ke mulut harimau. Iya, maksudnya udah semangat gembosin produk penyokong Israel supaya mereka rugi, tetapi dalam waktu bersamaan malah mengalihkan dukungan dengan belanja ke produk milik Cina kapitalis. Ini memang perlu ada peran dari ulama dan cendekiawan muslim. Kalo rakyat ngikut aja. Sehingga nanti tepat sasaran meski belum menjadi solusi yang signifikan. Setidaknya, sudah ada ghirah. Ini bagus. Ada semangat pembelaan dan keberpihakan kepada Islam dan kaum muslimin. 

Donasi yang mengalir deras untuk mendukung perjuangan kaum muslimin di Palestina, juga patut disyukuri. Berarti kaum muslimin masih ada yang peka dan peduli. Meski belum semuanya, tetapi setidaknya banyak yang sudah menentukan sikap, yakni mendukung dan membela saudara seiman yang sedang dizalimi musuh agama. Kalo belum bisa ngirim donasi, dan masih setengah hati memboikot produk yang pemiliknya mendukung Israel, setidaknya jangan sampe putus doa. Doakan terus di setiap shalatmu, di setiap kesempatan yang kamu bisa, untuk terus mendoakan agar saudara seiman di sana diberikan kesabaran, dikuatkan akidahnya, diberikan kemudahan dalam menghadapi situasi tersebut, dan tentunya berdoa agar Allah Ta’ala memberikan kemenangan kepada mujahidin (para pejuang) di sana. Semoga menjadi wasilah kebangkitan Islam kian mendekat. Semoga kita tetap istiqamah berjuang dan mendukung perjuangan kaum muslimin di Palestina dan di belahan dunia mana pun.  

Tahu, belajar, dan berpikir 

Sobat gaulislam, mengetahui siapa diri kita, siapa saudara kita, dan siapa saja yang berdiri bersama kita dalam perjuangan akan menentukan sikap kita. Gampangnya gini, kita bisa berhati-hati terhadap seseorang karena kita tahu tentang orang tersebut. Misalnya, tahu bahwa dia orang baik, maka kita akan berhati-hati dalam berkomunikasi dengannya. Memilih kata-kata yang pas supaya tidak bikin salah paham, atau berhati-hati agar tidak membuatnya tersinggung dengan sikap buruk kita. Begitu pula sebaliknya, kita akan berhati-hati kepada orang yang kita tahu kalo orang tersebut berperangai buruk. Sikap hati-hati kita tunjukkan saat bergaul dengannya. Tidak mudah percaya, tidak memberikan amanah kepadanya, dan mungkin saja akan menjaga jarak. Itu bukti kehati-hatian karena kita tahu karakter orang tersebut.  

Nah, mengetahui sesuatu itu penting. Namun perlu diingat, kalo salah input yang didapat, maka akan salah pula respon dan sikap kita. Itu sebabnya, penting untuk mengetahui informasi yang benar dan akurat. Kita mendukung Hamas dan kaum muslimin di Palestina karena kita tahu informasi yang benar tentang saudara muslim kita tersebut. Sehingga kita akan bersikap hati-hati terhadap orang-orang di sini yang memusuhi Hamas dan kaum muslimin Palestina. Bila perlu jaga jarak, walau pun dia mengaku muslim.  

Itu sama halnya dengan kita tahu bahwa umat Islam ini kudu bangkit, agar Islam tampil kembali sebagai aturan yang diterapkan oleh negara dan menjadi penyelamat bagi umat manusia di seluruh dunia, asalkan mereka mau bergabung bersama Islam, menjadi muslim dan mukmin. Selain itu, tak segan untuk menunjukkan identitasnya, dan berani menjadi pejuang dan pembela Islam, serta pelindung kaum muslimin. Mengetahui kondisi umat Islam saat ini, faktor penyebabnya dan bagaimana solusinya, akan mendorong kita untuk belajar. Pelan tapi pasti, kita bisa tukar pikiran dan diskusi untuk mencari solusi. Proses belajar akan memberikan kita efek menjadi lebih baik. Berwawasan luas, dan tahu akan keutamaan ilmu. Belajar menjadi solusi untuk membuat kita lebih baik dalam menjalani kehidupan. 

Kalo sudah tahu dan suka belajar? Teruskan saja. Itu bagus. Nanti pada titik tertentu kamu akan bisa berpikir. Memikirkan gimana cara untuk menyelesaikan persoalan ini, bagaimana cara agar bisa membantu kaum muslimin yang sedang dizalimi. Contoh mudah: suatu hari kami melewati jalan yang baru ketika hendak menuju suatu tempat. Di perjalanan ada lubang besar dan kamu tahu karena melihatnya. Ketika melewati jalan itu (apalagi jadi sering melewatinya), maka kamu pasti akan berhati-hati, nggak sembarang jalan atau melakukan sesuatu agar tak terjerumus ke lubang tersebut. Belajar gimana caranya agar bisa terhindar dari lubang tersebut, apalagi usai turun hujan lebat sehingga jadi ada genangan. Jadi ekstra hati-hati. 

Lalu kapan terjadi proses berpikir? Itu terjadi saat kamu mulai memikirkan bagaimana agar bukan diri sendiri aja yang selamat, tetapi juga orang lain bisa selamat dan tidak masuk ke lubang besar di jalan tersebut. Bisa memberikan tanda, misalnya pakai banner, bahwa semua pengguna jalan kudu hati-hati karena ada lubang besar. Bisa juga upload foto lubang besar itu lalu kamu posting di media sosial dengan memberikan informasi dan narasi yang dikemas menarik dan memberikan warning. Nah, inilah kategori sudah bisa berpikir. Awalnya, tetap dari pengetahuan, kesadaran, belajar, dan berpikir. Memang begitu idealnya. 

Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Setiap perkara yang dipandang dengan cara yang benar, dapat menyelamatkanmu dari tipu muslihat. Berpikir matang adalah kunci keselamatan dari keteledoran dan penyesalan. Ketegasan dan kecerdasan seseorang terlihat dari cara dia berpikir dan melihat persoalan. Sering bertukar gagasan dengan para bijak bestari menambah keteguhan bersikap dan wawasan yang luas. Itu sebabnya, berpikirlah sebelum berkehendak, rancanglah dengan baik sebelum bertindak, dan mintalah pertimbangan sebelum beranjak!” (dalam Ihya ‘Ulûm ad-Din, cetakan Dar al-Khair, jilid 6, hlm. 46) 

Maka, kalo ingin gelombang kebangkitan Islam ini melaju terus menyapu setiap penentangnya, maka kita harus tahu apa yang seharusnya kita kerjakan. Bisa belajar mandiri, bisa belajar kepada ustaz dan ulama. Kerjasama berbagai pihak juga diperlukan. Sebab, ini bukan perjuangan biasa. Kudu ada niat yang kuat, tujuan, strategi, dan targetnya.  

Dakwah adalah salah satu cara untuk membangkitkan semangat belajar dan berjuang. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS an-Nahl [16]: 125) 

Selain itu, tumbuhnya kecintaan kepada sesama muslim, sebagaimana dijelaskan di awal tulisan ini, adalah juga salah satu modal untuk perjuangan dan semoga menjadi pemantik kebangkitan dan persatuan kaum muslimin. Al-Imam Abdurrahman bin ‘Amr Al-Auza’i menulis surat kepada Qatadah bin Di’amah as-Sadusi yang berasal dari Bashrah, “Jika negeri memisahkan kami dan Anda, sesungguhnya kecintaan Islam menyatukan orang-orang yang berpegang teguh dengannya.” (dalam Siyar A’lamin Nubala’, juz 7, hlm. 121) 

Gelombang kebangkitan Islam pasti datang. Namun bukan berarti tak diupayakan untuk mewujudkannya. Maka, siapkan diri untuk menyambutnya. Kamu sudah siap? Mulai dari ngaji, lho. Lalu belajar banyak ilmu islami. Siapkan diri untuk terjun dalam dakwah. Mumpung momennya pas, saat kita semangat mendukung perjuangan saudara seiman di Palestina, melawan Yahudi Zionis Israel. Yuk, di sini kita siapkan diri. Jangan malas belajar dan jangan ogah untuk beramal shalih serta jangan disia-siakan dalam amal shalih sekecil apa pun. Sembari berupaya menyusun kekuatan untuk tegaknya Islam sebagai ideologi negara sebagai wujud kebangkitan Islam. Harapannya, seluruh kaum muslimin di seluruh dunia bisa menyatukan pikiran dan perasaannya demi mewujudkan kebangkitan Islam. Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]