gaulislam edisi 842/tahun ke-17 (27 Jumadal Awwal 1445 H/ 11 Desember 2023)
Akhir-akhir ini berseliweran di media sosial tentang pro-kontra opini terkait perilaku pengungsi muslim Rohingya. Video yang menggambarkan beberapa kelakuan pengungsi yang diberikan narasi bahwa mereka tidak bersyukur, dikasih tempat malah kelakuan ngawur, diberikan makan gratis tapi menampakkan gestur tidak suka karena dinilai porsi makanannya terlalu sedikit. Karuan aja memancing komentar netizen. Maka orang yang sumbu pendek langsung menghamburkan caci maki dan segala sumpah serapah melalui kolom komentar di berbagai platform media sosial. Ngeri dan sekaligus prihatin.
Ada beberapa yang terlihat berusaha untuk obyektif dengan mengingatkan bahwa jangan asal tuduh dan termakan hoax. Mereka yang seperti ini berpendapat bahwa jika muslim yang baik, maka pastinya bersyukur. Nggak mungkin melakukan sesuatu yang jauh dari adab seorang muslim. Artinya, jangan mudah percaya dengan potongan video yang disebar akun anonim yang malah diamplifikasi (disebarluaskan lagi) oleh netizen yang nggak melakukan cek dan cek ulang. Bahaya. Siapa tahu kan justru itu udah di-setting pihak tertentu yang ingin mengadu domba umat Islam di negeri ini. Akhirnya, ukhuwah islamiyah putus sudah.
Ini memang soal kedatangan pengungsi muslim Rohingya. Paling banyak kedatangan pengungsi baru-baru ini adalah di Aceh. Awalnya diberitakan menerima, tetapi kemudian menolak. Beragam alasan. Dua alasan di antaranya adalah tempat yang tidak memadai dan tidak bisa menjamin biaya hidup bagi para pengungsi. Dikutip dari laman serambinews.com, yang melaporkan bahwa masyarakat Aceh sebelumnya menerima pengungsi Rohingya ini dengan penuh kehangatan.
Namun ketika gelombang kedatangan terjadi pada pertengahan November 2023, masyarakat Aceh mulai menyuarakan penolakan.
“Masyarakat Aceh di Indonesia sebelumnya menerima pengungsi, ketegangan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kedatangan,” laporan Al Jazeera yang diposting pada Minggu (10/12/2023).
Diketahui, sebanyak 315 orang lebih tiba dalam dua gelombang pada Minggu (10/12/2023) di Aceh.
Satu kapal berisi 135 muslim Rohingya mendarat di kawasan Pantai Kreung Raya, Aceh Besar.
Sementara kapal lainnya mendarat di pantai Blang Raya, Kecamatan Muara Tiga, Pidie dengan jumlah 180 orang.
Kedatangan ini menambah rentetan jumlah kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh sejak November 2023. Jika ditotalkan, sudah ada 8 gelombang kedatangan pengungsi Rohingya sejak pertengahan November 2023 di Aceh, dengan jumlah hampir mencapai 2000 pengungsi.
Perilaku buruk?
Sobat gaulislam, jika alasannya perilaku buruk, sebenarnya banyak juga di antara kita di sini yang juga berperilaku buruk. Kalo ada muslim yang berperilaku buruk, jangan fokus pada yang berperilaku buruk lalu menilai bahwa semua muslim berperilaku buruk. Lihatlah perilaku muslim lainnya yang justru malah banyak yang baik. Sebenarnya para netizen yang gemar komentar buruk di media sosial ketika mengomentari pengungsi Rohingnya, justru dia sedang mempertontonkan keburukannya yang diketahui seantero dunia. Buruk dalam kata-katanya, buruk dalam sikapnya, buruk adabnya. Fokus pada informasi yang diberikan orang lain terhadap pengungsi Rohingya yang katanya berperilaku buruk. Ibaratnya, udah dikasih hati malah minta jantung. Padahal informasi itu belum tentu benar. Jika pun benar, ya jangan fokus pada perilaku buruknya, tetapi mengedepankan kepedulian dan perhatian kepada sesama muslim. Utamakan ukhuwah islamiyah, apalagi kondisi saudara kita tersebut yang sedang kesusahan. Jika di negerinya aman, ngapain juga pergi dari daerahnya untuk ngungsi ke negeri lain. Iya, kan?
Sejarawan Muslim yang juga influencer, Nicko Pandawa SHum mengatakan, banyak akun media sosial yang saat ini gencar menyebarkan disinformasi atau informasi salah tentang Rohingya.
Salah satu yang disinformasi yang disebarkan yakni pengungsi Rohingya melakukan demo penuntutan hak atas tanah di Malaysia.
Padahal itu adalah aksi demonstrasi yang dilakukan di depan Kedutaan Besar Myanmar di Malaysia.
“Itu tahun 2017 ketika Junta Militer Myanmar membantai habis-habisan orang-orang Rohingya di Arakan,” ujarnya ketika menjadi narasumber dalam acara Islamic Civilization in Malay Archipelago Forum (ICOMAF) Edisi 23 di Aula Hotel Masjid Oman Al-Makmur, Banda Aceh, Sabtu (9/12/2023) malam. (serambinews.com)
Ibaratnya begini. Kalo ada orang Sunda atau orang Jawa yang muslim, tetapi perilakunya buruk, bukan berarti seluruh orang Sunda dan seluruh orang Jawa itu buruk perilakunya. Nggak gitu cara berpikirnya. Tetap aja dinilai oknum. Sebab, bukan semuanya. Memangnya kamu suka disebut berperilaku buruk (padahal kamu berperilaku baik) hanya karena kena imbas ada saudara kita yang berperilaku buruk? Sikapi sesuai faktanya. Jangan gebyah uyah alias pukul rata atau menyamaratakan sesuatu yang berbeda.
Oya, yang terpenting lagi, sesama muslim jangan saling membenci. Kalo ada perilakunya yang buruk, ya nasihati dan perbaiki. Jangan dibenci, apalagi disertai caci maki. Nggak boleh.
Saling cinta dan saling peduli
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.” (QS al-Hujurat [49]: 10)
Sobat gaulislam, sesama mukmin itu bersaudara. Orang-orang yang beriman itu bersaudara. Jadi, jangan saling membenci atau malah mencaci maki. Dari Ibnu Mas‘ud Radhiyall?hu ‘anhu ia berkata, “Ras?lull?h shallall?hu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Mencaci maki orang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari)
al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah menjelaskan, “Dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu terdapat dalil yang menunjukkan bahwa seorang mukmin akan senang terhadap segala sesuatu yang menyenangkan saudaranya yang mukmin. Dia akan menginginkan berbagai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana dia menginginkan untuk dirinya. Ini semuanya bersumber dari hati yang selamat dari penyakit khianat, iri, dan dengki. Sebab, penyakit hasad (iri dan dengki) akan mengajak pemiliknya untuk membenci orang yang mengungguli dia dalam kebaikan atau menyamainya. Dia ingin menjadi orang yang berbeda dengan orang lain dengan keutamaan-keutamaan yang dia miliki. Adapun keimanan menuntut perkara yang bertolak belakang dengan hal tersebut. Dia justru ingin seluruh saudara-saudaranya yang beriman sama-sama mendapatkan kebaikan yang Allah subhanahu wa ta’ala telah berikan kepada dirinya, tanpa mengurangi haknya. Allah subhanahu wa ta’ala memuji hamba-Nya yang tidak menginginkan kesombongan dan kerusakan di muka bumi, “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.” (QS al-Qashash [28]: 83) (dalam Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hlm. 217)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang shahih, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)
Jadi nih, kalo di ada di antara kita sesama muslim justru saling benci dan saling menghina, maka perlu dipertanyakan keimanannya. Beneran. Kalo yang komen pedes di berbagai media sosial ketika menyikapi pengungsi muslim Rohingya, patut dilihat apakah selama ini dia berperilaku sama terhadap sesama muslim lainnya hanya karena berbeda pilihan politik, misalnya. Kalo terbukti dia mencaci maki ke sesama muslim yang sesama orang Indonesia, maka apa yang dilakukannya terhadap muslim Rohingya memang udah karakter aslinya. Sungguh aneh jika dilakukan seorang muslim.
Mestinya sesama mukmin itu saling mendukung, sesama muslim itu saling peduli. Jangan malah nggak suka satu sama lain, hanya karena faktor kedudukan dan kekayaan materi. Nggak baik. Kalo ada yang lebih baik akhlaknya dan agamanya, mestinya dia berusaha untuk seperti saudaranya tersebut. Merasa senang dan berusaha untuk mendukungnya.
Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah menjelaskan, “Seorang mukmin hendaknya merasa sedih saat kebaikan agama terlewat darinya. Karena itu, dia dianjurkan untuk melihat kepada orang yang lebih baik keagamaannya dan menyainginya dalam kebaikan semaksimal kemampuannya.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Dan pada yang demikianlah (kebaikan) hendaknya manusia saling berlomba.’ (QS al-Muthaffifin: 26).”
“Dan janganlah seorang mukmin merasa benci ketika ada orang lain yang menyainginya. Justru seharusnya senang ketika semua orang berlomba dalam kebaikan, bahkan menyemangati mereka.” (dalam Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, syarah hadits ke-13)
Kalo ada kesalahan yang dilakukan saudara kita sesama muslim, ya kita nasihati dan kita maafkan. Kalo ada yang berperilaku buruk, kita nasihati dan dakwahi demi kebaikannya. Jangan dijadikan alasan untuk membencinya. Kalo pun melakukan kesalahan fatal, tetap diberikan sanksi, tetapi tidak membenci individunya. Hanya benci perilakunya yang kemudian menasihatinya untuk memperbaikinya.
Ibnu Mazin rahimahullah menjelaskan, “Seorang mukmin pasti akan mencari uzur (dari kesalahan) saudaranya, sedangkan seorang munafik akan mencari-cari ketergelinciran saudaranya.” (dalam Adabul ‘Isyrah, hlm. 14)
Maksudnya, kalo ada saudara sesama muslim yang berbuat salah, akan dinasihati dan kita memaafkan perbuatannya. Kalo nggak mau dinasihati dan nggak mau diajak kepada kebaikan? Ya, sementara ditinggalkan, tetapi jangan dibenci. Cari waktu untuk tetap bisa menasihatinya dan mengajaknya kepada kebaikan. Sambil berdoa dan berharap pertolongan Allah Ta’ala agar dimudahkan dalam mengajak saudara kita agar berbuat baik.
Kalo sekarang banyak di antara sesama muslim yang malah membeberkan keburukan-keburukan (yang belum tentu faktanya begitu), maka itu patut dipertanyakan keimanannya. Mestinya ditutupi aibnya, dan jangan disebarkan ke banyak orang.
Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hukuman bagi orang yang menyebarkan kejelekan terhadap saudaranya yang mukmin, mencari-cari berbagai kekurangannya, dan menyingkap sesuatu yang tertutupi dari saudaranya; ialah bahwa Allah akan mencari-cari kekurangan-kekurangan dirinya dan mempermalukannya walaupun dia berada di dalam rumahnya.” (dalam al-Farqu Baina an-Nashiihati wat Ta’yiir, hlm. 20)
Tuh, perlu kita renungkan. Kelak, semua akan diminta tanggung jawabnya oleh Allah Ta’ala. Yuk, kita fokuskan pada ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam), ketimbang mengomentari perilaku buruk (itu pun jika memang benar buruk, bukan karena fitnah). Maafkan saudara kita, nasihati mereka agar memperbaiki perilakunya. Jangan malah membencinya, jangan mencaci makinya, dan jangan memfitnahnya. Nggak boleh. Kita juga belajar memperbaiki diri dan menumbuhkan kecintaan kepada sesama muslim. Jangan sampe muslim benci muslim. Nggak baik. [O. Solihin | IG @osolihin]