Thursday, 12 December 2024, 09:55
taim

gaulislam edisi 894/tahun ke-18 (7 Jumadil Akhir 1446 H/ 9 Desember 2024)

Heboh soal olok-olok ini dimulai saat Miftah Maulana tampil di acara Magelang Bershalawat. Bukannya bikin hati adem dengan ceramahnya, pria berambut gondrong itu malah bikin heboh netizen gegara diduga ngece alias menghina pedagang es teh. Netizen? Auto ngamuk, dong. Mereka ngamuknya nggak nanggung-nanggung sampai menyeret nama besar Partai Gerindra ke pusaran badai kontroversi ini. Oya, soal orang ini, ada juga yang ngasih gelar Gus, yakni para pendukungnya—walau ada juga kalangan yang secara satire bilang, “Itu mah Gus Naturalisasi”. Eh?

Tepat di tanggal 4 Desember 2024, Partai Gerindra nggak tinggal diam. Lewat akun Instagram resminya, @gerindra, mereka kasih teguran ke Miftah. Bukan dengan nada tinggi ala debat politik, tapi sopan santun ala emak-emak minta maaf kalau anaknya numpahin jus.

“Dengan segala kerendahan hati, mimin minta Gus @gusmiftah untuk minta maaf ke bapak Penjual Es. Apa yang Gus lakukan tidak sesuai dengan apa yang Pak @Prabowo inginkan dan ajarkan. Terima kasih,” tulis akun itu, lengkap dengan caption bijak ala peace maker. Netizen? Langsung serbuuu komentar.

Drama ini makin plot twist ketika akun tersebut juga unggah video Presiden Prabowo Subianto. Dalam video itu, Prabowo terlihat serius banget ngomong soal betapa hormatnya beliau ke para pejuang rejeki halal, mulai dari ojol, tukang bakso, sampai pedagang es. Bahkan di tengah pidatonya, ada angin segar kayak suara “krak” es batu di siang bolong. Gokilnya, pedagang es yang diduga kena olok-olok Miftah juga muncul di video itu.

Miftah akhirnya gercep klarifikasi. Dia ngaku udah ditegur habis-habisan, bahkan sampai Seskab Mayor Teddy ikut turun tangan. Dari pihak Istana, katanya Presiden Prabowo sendiri yang langsung kasih teguran, bak guru BP panggil murid ke ruangannya.

Dan boom! Sehari setelah itu, 5 Desember 2024, muncul petisi di change.org minta Miftah dicopot dari jabatan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Petisi itu nggak main-main, lho, karena udah berhasil kumpulin 47.838 tanda tangan dari target 50.000! Kayak nonton sinetron, tiap refresh ada aja tanda tangan baru.

Sekadar ngasih saran aja, sih. Sebaiknya kalau lagi bercanda, mungkin perlu mikir ulang sebelum ngomong, apalagi kalau konteksnya soal profesi orang. Dark humor  sih boleh aja, tapi jangan sampai bikin orang merasa diremehkan. Ingat Om Miftah alias Taim (nama ini didapat netizen katanya itu nama aslinya), Anda pejabat publik dan punya pengaruh besar. Kesalahan kecil bisa jadi bola salju yang terus berguling dan menggelinding besar.

Bagus banget kalo masyarakat peka terhadap hal-hal yang dianggap tidak pantas. Apalagi dia udah sering banget bercanda tapi menghina, bahkan udah banyak banget tersebar video yang isinya obrolan dia di atas panggung yang seringnya urusan asusila bin pornografi, termasuk menghina orang. Ngeri. Wajarlah, kalo akhirnya netizen murka.

Respons tegas Pak Prabowo juga menunjukkan sisi positif pemimpin yang melindungi rakyat kecil. Tapi, semoga ini nggak cuma jadi langkah politis. Ada baiknya bikin aturan etik lebih jelas untuk pejabat publik, biar kejadian kayak gini nggak terulang. Intinya, kalo lagi bercanda, jangan lupa pasang filter sopan-santun, ya.

Bercanda itu ada remnya, Bro!

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Gimana kabarnya? Masih pada sehat? Semoga tetap on fire dalam kebaikan, ya. Oke, kita bahas yang serius tapi santai, nih. Soal bercanda. Nah, siapa di sini yang suka bercanda? Kayaknya hampir semua, ya. Tapi ingat, bercanda tuh ada aturannya. Bukan bebas sebebas burung terbang di angkasa. Jangan asal bikin orang ketawa tapi nyakitin, apalagi pake bumbu bohong plus hinaan. Canda kok bohong? Canda kok menghina?

Kalo orang yang sehat iman dan pikirannya, pasti sadar kalau candaan yang nggak sehat tuh cuma ngundang masalah. Beneran, nggak keren banget kalo demi dibilang lucu, kita malah jadi nyebar bad vibes. So, yuk kenali the rules of joking biar candaan kita halal, berkah, dan nggak bikin dosa tambahan. Nih, saya spill ya! 

Pertama, jangan repotkan orang. Canda itu buat ngilangin penat, ngusir rasa bosan, dan bikin suasana lebih segar. Sudah jelas kebayang reaksinya pas lagi tegang tiba-tiba ada jokes receh yang bikin semua ketawa—tapi jangan sampai bikin suasana jadi awkward bin nggak nyaman, ya. Candaan yang sehat bisa jadi mood booster alias penguat suasana hati, bukan mood buster alias penghancur suasana hati.

Kedua, jangan bablas, stay elegan. Bercanda itu kayak garam di masakan. Pas takarannya, jadi lezat. Kebablasan? Wih, langsung jadi asin! Kalo kelewatan, bukannya bikin seneng, malah bikin orang lain ilfeel. Nggak mau, kan?

Ketiga, lihat targetnya, jangan salah sasaran. Nggak semua orang suka bercanda, lho. Ada yang serius banget hidupnya, ada yang bawaannya gampang baper. Jadi, sebelum ngelempar jokes, pastiin dulu lawan bicaramu tipe yang mana. Jangan-jangan dia lebih suka ngobrol deep talk daripada becandaan receh.

Keempat, jangan prank di situasi serius

Bro, please. Kalau lagi di forum penting, kayak sidang, pengajian, atau pas lagi zoom meeting kerja, jangan tiba-tiba ngejokes receh, apalagi sampai nyinggung hal sensitif. It’s not the right time and place. Nanti bukannya bikin suasana cair, malah bikin suasana berantakan. Ya, kayak candaannya Miftah alias Taim, itu. Begitulah contohnya.

Kelima, hindari jokes haram. Ini penting banget. Ada forbidden jokes yang nggak boleh disentuh sama sekali, kayak menakut-nakuti orang, bohong, atau nyinggung kelompok tertentu, termasuk menghina orang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam udah jelas melarang yang beginian. Candaan semacam ini tuh nggak cuma bikin dosa, tapi juga bikin hati orang lain luka. No! No! No!

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Keenam, hindari kata-kata toxic. Ayo dong, bercanda yang sehat. Nggak perlu pake kata kasar, hinaan, atau sindiran. Allah Ta’ala berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS al-Israa’ [17]: 53)

Kalo candaanmu malah jadi racun buat orang lain, mending diem aja deh. Kadang, sunyi itu lebih baik daripada joke toxic.

Ketujuh, jangan kelewatan ketawa. Aduh, jadi inget di video yang bikin heboh itu. Orang yang kini jadi sticker dalam format gif di Instragam dengan keyword “ketawa”. Itu, yang pas Miftah Maulana menghina penjual es, dia paling ngakak ketawanya. Tahu nggak, kebanyakan ketawa tuh bisa mematikan hati? Nah, ini serius, lho. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam udah wanti-wanti soal ini, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR Ibnu Majah)

Ketawa boleh, tapi jangan sampai lupa diri. Gimana mau khusyuk kalau isi kepala cuma ketawa-ketawa mulu?

Kedelapan, jangan lecehkan agama. Ini fatal banget, Bro en Sis. Bercanda dengan mempermainkan ayat suci, simbol agama, atau syiar-syiar Islam tuh nggak cuma salah, tapi bisa jatuh ke jurang kemunafikan, bahkan kekufuran. Hati-hati, ya. Jangan sampe niat becanda malah bikin iman kita rontok.

So, Bro en Sis, bercanda tuh boleh aja, tapi inget, ada remnya. Jangan sampai candaan kita jadi dosa tambahan yang nggak perlu. Kalo mau bercanda, bercandalah yang sehat, yang bikin orang lain seneng tanpa harus bikin mereka sakit hati. Kita ini muslim, udah seharusnya jadi trendsetter dalam segala hal, termasuk bercanda. Jangan bikin candaan kita jadi alasan Allah murka. Scary banget, kan?

Canda yang baik itu canda yang meninggikan akhlak, bukan menjatuhkan. So, bercandalah dengan candaan yang santun dan berfaedah!

Pelajaran berharga

Sobat gaulislam, kasus Miftah Maulana ini, apalagi dengan posisi dia sebagai (konon katanya tokoh agama) sekaligus Utusan Khusus Presiden, mestinya jadi teladan dalam menjaga ucapan. Ketika bercanda berubah jadi penghinaan, apalagi menyasar profesi seseorang, itu bukan cuma mencoreng nama dia, tapi juga bisa mencederai kepercayaan masyarakat terhadap peran penting seorang yang oleh sebagian besar pendukunganya diberikan gelar sebagai tokoh agama. 

Itu sebabnya, meski sudah meminta maaf, Miftah perlu memperkuat klarifikasinya dengan menunjukkan aksi nyata bahwa dia benar-benar menyesali ucapan tersebut dan jangan ngulangi lagi. Kudu bertaubat. Selain itu, sebagai tokoh publik dia harus menyadari bahwa setiap kata punya konsekuensi besar. Jadikan ini pelajaran agar lebih berhati-hati ke depannya. Mungkin perlu juga dia mengadakan pelatihan komunikasi atau public speaking yang lebih empatik untuk pejabat publik. 

Sanksi moral dari publik sudah lumayan keras, tapi untuk menegaskan pentingnya tanggung jawab seorang pejabat publik, jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden perlu dievaluasi, karena emang nggak layak. Sebenarnya pengunduran diri belum cukup, tapi kudu dipecat. Maka pencopotan bisa jadi langkah untuk menjaga kepercayaan publik. Tapi mungkin pilihan dia mengundurkan diri juga udah lumayan menggembirakan bagi kita. Dan, yang penting kudu menyesal, jangan diulangi. Kalo diulangi? Ya, itu namanya tidak menjadikan pelajaran bagi dia. Bebal namanya. Kita lihat saja nanti.

Selain itu, sebagai orang yang udah kadung dianggap sebagai tokoh agama, Miftah harus mengingat bahwa kata-katanya bukan hanya mencerminkan pribadi, tapi juga nilai-nilai Islam yang dijunjung tinggi. Umat Islam (terutama yang menjadi pendukungnya) memandang dia sebagai panutan, dan setiap tindakan serta ucapan dia akan jadi sorotan. Jadi, kalo mau bercanda, pastikan itu mendidik, menyenangkan, dan tidak merendahkan martabat orang lain. Seperti kata pepatah, “Lidah itu lebih tajam dari pedang”. Sekali salah ucap, luka yang tercipta bisa susah sembuhnya.

Itu artinya, kudu jaga lisan. Nggak boleh sembarang digunakan. Ada aturan mainnya. Ada rulebook-nya, lho! Kalo dipakai buat kebaikan, langsung dapet pahala. Tapi kalau buat nyebar vibes negatif alias maksiat, siap-siap aja ditagih dosa. Begitu. Catet, jangan cuma lewat kuping! Upps… [O. Solihin | IG @osolihin]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *