Sunday, 24 November 2024, 21:16

 gaulislam edisi 283/tahun ke-6 (13 Jumadil Awal 1434 H/ 25 Maret 2013)

 

Ngomongin soal keren-kerenan, siapa sih di dunia ini yang nggak kepengen dianggap keren? Setiap orang pasti punya keinginan ini. Apalagi ‘makhluk’ bernama remaja. Konon, darahnya masih panas. Masih mengalir deras. Kurang sreg rasanya jika hidupnya dibilang datar alias biasa-biasa saja. Apalagi jika dibilang hidupnya monoton dan kaku. Biasanya langsung mencak-mencak.

Maka segala cara ditempuh untuk menjadi keren. Tanpa menghiraukan lagi apakah cara yang ditempuh itu bisa mengantarkannya menjadi orang yang benar-benar keren atau tidak. Misalnya, kawan-kawannya di sekolah mengajaknya untuk pacaran dengan berbagai alasan. Atau, kawan-kawannya bilang bahwa remaja yang tidak pernah mencicipi rasanya pacaran adalah salah satu jenis makhluk terkolot di dunia. Sebaliknya, dibilang bahwa mereka yang pacaran atau bahkan berkali-kali gonta-ganti pacar adalah makhluk terkeren di dunia. Malah, semakin banyak mantannya, semakin kerenlah ia. Entah itu keren karena bisa menaklukkan banyak hati, karena bisa ngajak jalan banyak cewek, kerena bisa pegang-pegang banyak cewek, atau bahkan keren karena bisa berzina. Naudzubillah.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, biasanya nih, kebanyakan remaja langsung termakan dengan alasan-alasan murahan seperti ini. Dengan alasan menjomblo itu lambang dari ketertinggalan dan rendahnya harga diri, akhirnya ia memutuskan untuk pacaran. Juga karena tergiur akan kenikmatan sesaat, ia pun menjerumuskan diri dalam lembah dosa ini.

 

Banyak cara agar disebut keren

Sobat muda muslim, selain itu ada juga remaja yang menganggap dirinya keren dengan ramalan-ramalan masa depan. Percaya pada ramalan bintang semisal Aries, Libra, Scorpio, dan lain semacamnya. Bagaimana rejekinya minggu ini, bagaimana jodohnya, bagaimana kesehatannya, semuanya diramalkan di sana. Bahkan, ada beberapa remaja yang saking fanatiknya dengan hal-hal semacam ini, mereka pun menggunakan berbagai lambang bintangnya untuk keren-kerenan. Misalnya saja, ditempel di jidat, eh di kamar, dibuat gantungan kunci, nempelin di motor dan sebagainya.

Ada pula remaja yang demi menutupi kesalahan dan menjaga pamornya, seringkali melakukan kebohongan. Ia rela berbohong demi mendapat pujian dan sanjungan. Misalnya, berbohong telah melakukan sebuah kebajikan. Menolong orang. Padahal, apa yang dikatakan tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Bisa juga berbohong guna menutupi kesalahan-kesalahannya. Karena takut akan dipandang sebelah mata alias dianggap tidak keren ketika jujur mengungkapkan sebuah kesalahan, akhirnya ia berbohong. Taruhlah ia mengikuti ujian. Berhasil lulus dengan modal mencontek. Ketika ditanya, apa yang membuatnya berhasil menjalani ujian? Jangankan mengakui dan menyesali perbuatan menconteknya, ia malah berbohong, mengatakan bahwa ia lulus ujian karena belajar dengan keras.

Ada juga remaja yang merasa keren ketika dirinya menjadi jagoan. Menjadi tukang onar. Ia merasa lebih tinggi derajatnya ketika menghina dan merendahkan teman-temannya yang lain. Ngomongnya selalu saja menusuk. Melukai hati. Belum lagi tindak tanduknya yang selalu berpotensi merugikan dan membahayakan orang lain secara fisik.

 

Jadi muslim sejati, baru keren!

Bro en sis rahimakumullah, fakta-fakta yang dipaparkan di atas tidak bisa kita pungkiri terjadi di sebagian besar remaja saat ini. Coba saja lihat di lingkungan sekolah misalnya. Berapa banyak teman kita yang pacaran. Atau setidaknya meskipun jomblo, masih juga mendukung pacaran. Itu sih namanya nggak pacaran karena emang belum dapat kesempatan. Halah!

Biasanya jumlahnya mayoritas. Plus lagi ada dukungan dari guru-gurunya untuk pacaran. Padahal kalau dilihat lebih jauh lagi, tidak ada kebaikan yang ada di dalam pacaran selain potensi kehancuran moral dan masa depan remaja itu sendiri. Jadi, jangankan menjadi keren, dengan melakukan pacaran, berarti kita secara sengaja ikut serta dalam barisan perusak itu.

Allah Swt., sebagai pencipta manusia yang tentunya juga paling tahu tabiatnya telah melarang aktivitas pacaran ini. Allah swt berfirman, yang artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Isra [17]: 32)

Memang, pacaran masih belum terkategori zina. Tapi perbuatan yang mendekati zina. Dimana zina sendiri adalah suatu kondisi bertemunya kelamin pria dengan wanita yang belum sah dalam ikatan perkawinan. Tapi, bukankah zina umumnya diawali dengan pacaran? Mungkinkah zina masih akan terjadi jika muda-mudi saling menjaga diri? Jadi jelas, pacaran adalah pintu zina dan Allah melarang mendekati zina.

Lalu bagaimana dengan percaya pada ramalan bintang? Apakah ini perbuatan yang keren? Sama sekali nggak. Justru aktivitas mempercayai ramalan ini adalah dosa besar. Allah Swt. sangat murka terhadap manusia yang memercayai ramalan-ramalan termasuk ramalan bintang ini.

Ramalan bintang biasanya berisi prediksi—itu pun iseng-iseng bin ngasal—tentang rejeki, jodoh, kesehatan, dan berbagai hal lain yang akan terjadi selama rentang waktu tertentu di masa depan. Cobalah kita lihat misalnya majalah remaja. Biasanya di dalamnya disisipkan ramalan-ramalan berdasarkan bintang tertentu. Ada bintang Aries, Scorpio, Libra, dan seterusnya. Pembagian bintang biasanya berdasarkan tanggal lahir seseorang. Misalnya saja, orang yang lahir antara antara tanggal 20 Maret hingga 19 April akan mendapatkan Aries sebagai bintangnya.

Sebagai seorang muslim, tidak ada tempat bagi kita menggantungkan diri kecuali hanya pada Allah Swt. Hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib manusia semisal rejeki, jodoh, dan masa depan. Allah swt berfirman, yang artinya: “Katakanlah, “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS an-Naml [27]: 65)

Dengan memercayai ramalan, itu sama saja dengan menduakan Allah alias syirik. Sedangkan syirik adalah salah satu dosa besar. Allah Swt. berfirman, yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman [31]: 13)

Lalu bagaimana dengan berbohong, apakah kelakuan ini bisa mengantarkan seseorang remaja menjadi keren? Jawabannya tidak sama sekali. Justru masalah akan datang seiring dengan kebohongan yang dilakukan. Semakin banyak seseorang berbohong maka akan semakin rumit masalah yang didapatkan di kemudian hari.

Bro en Sis rahimakumullah, kayaknya sebagian besar dari kamu nggak asing dengan kisah seorang pengembala yang suka berbohong. Suatu ketika dia menceritakan bahwa saat ini, domba-dombanya sedang terancam, hendak dimakan oleh kawanan serigala. Para penduduk pun mengambil langkah cepat. Mereka mengambil senjata dan bersama-sama mendatangi padang gembala. Namun, begitu tiba di sana, apa yang mereka temui? Tidak ada satu pun serigala di sana. Yang ada hanyalah sekumpulan domba yang sedang merumput.

Hari kedua, si pengembala. Ia pun melakukan kebohongan itu lagi. Pergi ke kampung itu lagi. Mengabari dan meminta pertolongan warga guna membantunya menghalau kawanan serigala yang mengancam domba-dombanya. Untuk kedua kalinya, tidak ada satu pun serigala yang ditemukan.

Sudah dua kali si pengembala berbohong. Itu sudah cukup bagi penduduk kampung untuk tidak lagi mempercayai si pengembala. Maka, ketika hari ketiga si pengembala domba datang ke kampung guna memberitahu bahwa ada kawanan serigala yang mengincar domba-dombanya, tidak ada lagi yang mau membantu. Mereka semua sudah terlanjur mencap si pengembala pembohong. Padahal di hari ke tiga itu, kawanan serigala benar-benar datang. Maka, habislah seluruh dombanya dimakan serigala.

Sobat muda, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya: “Pertanda orang yang munafiq ada tiga: apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw juga bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada kelaliman, dan kelaliman itu akan menghantarkan ke arah neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sobat muda pecinta gaulislam, melanggar larangan-larangan Allah bukan hal yang sepele. Lagian, hal itu nggak bakalan membuat kita dipandang keren. Sebaliknya, ia akan mengundang kerusakan dan murka manusia dan juga Allah Ta’ala. Waspadalah!

Maka, yuk kita semua berusaha untuk menjadi remaja yang keren sebenar-benarnya keren. Keren karena melaksanakan syariat Allah dengan benar dan baik. Sehingga terpancarlah dari diri kita nur Ilahi, yang memancarkan rahmat bagi lingkungan sekitar.

Itu sebabnya, mari kita pelajari, pahami, amalkan dan dakwahkan dengan sungguh-sungguh senjata untuk menjadi keren ini, yaitu syariat Islam. Karena dengan syariat Islam, kita tidak hanya dipandang keren di mata manusia, tapi juga di mata Allah Swt. Mau? Pasti mau! [Farid Ab | Twitter @faridmedia]

 

1 thought on “Remaja Keren, Remaja Taat Syariat

  1. assalamu’alaikum admin gaulislam…

    mau tanya nih, maaf tidak menjerumus ke artikel.

    bagaimana hukumnya mereka yg menyukai musik reggae? dan membanggakan rastafara rastafara…
    setahu ku rastafari itu agama… bagaimana itu?
    mohon pencerahanya.

    ..wassalamu’alaikum…wr..wb…

    ‘alaikumussalam wr wb

    Hehehe.. mungkin maksudnya “menjurus” bukan “menjerumus” 🙂
    Ok. Sekarang jawabannya nih. Hukum terhadap musik menurut Islam ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang mengharamkan, ada pula yang membolehkan. Namun demikian, musik tentunya bisa identik dengan gaya hidup tertentu. Sehingga, rasanya nggak layak tuh seorang muslim menyukai jenis musik reggae–apalagi sembari mengikuti gaya hidup mereka yang umumnya dekat dengan narkoba–apalagi membanggakan gaya hidupnya. Waspadalah! Khawatir nanti jadi tidak memiliki akidah dan menolak syariat Islam. Sebaiknya, tinggalkan kesukaan tersebut.

    Salam,
    redaksi gaulislam

Comments are closed.