Sunday, 24 November 2024, 22:48

gaulislam edisi 343/tahun ke-7 (20 Rajab 1435 H/ 19 Mei 2014)

 

Hari Selasa, 20 Mei 2014, tinggal satu hari lagi. Sobat gaulislam, rasa-rasanya, jika tak ada halangan, sesuai rencana yang bulan lalu ditetapkan Kemdikbud, inilah hari yang ditunggu-tunggu, atau mungkin juga membuat merinding kamu para pelajar SMA/MA/SMK (termasuk Paket C dan Paket C Kejuruan) yang telah melewati ‘pertarungan’ hebat melawan ‘brigade’ soal-soal Ujian Nasional beberapa waktu yang lalu. Inilah hari yang akan segera manjadi sejarah penting dalam timeline hidupmu. Karena di hari tersebut, kamu akan tahu keputusan apa yang tertulis dalam lembaran takdirmu; lulus, ataukah sebaliknya.

Mungkin bagi kamu yang melewati UN kemarin dengan lancar alias jauh dari bingung, menghadapinya dengan segudang penuh amunisi, rasa-rasanya, tidak ada alasan untuk khawatir berlebihan. Seharusnya, kamu bisa menjalani hari-hari dengan perasaan ringan. Toh kamu bisa mengerjakan soal-soal UN dengan mudah dan lancar, bukan? Kalau sudah demikian, apalagi yang hendak dikhawatirkan?

Beda halnya seandainya kamu menghadapi UN kemarin dengan ‘amunisi’ seadanya, contek sana contek sini, clingak-clinguk, menyandarkan nasib hanya pada kecurangan orang-orang di sekitarmu, detik-detik menanti hasil pengumuman kelulusan, tentulah menjelma menjadi menjadi sebuah penantian yang menyesakkan. Semakin dekat dengan hari itu, semakin sesak rasanya rongga dadamu. Tak ubahnya menanti sebuah kematian. Berdebar-debar bahkan hingga tidak enak makan, tidur pun tak nyenyak, galau, atau mungkin uring-uringan, serta segenap perasaan tidak enak lainnya. Rawan galau, deh!

Namun, apa pun yang terjadi nanti, lulus atau pun sebaliknya, persoalan ini seharusnya tidak membuatmu gundah gulana. Kenapa? Karena baik yang lulus maupun tidak, semuanya akan memikul beban masing-masing yang sama-sama tidak ringan. Janganlah kamu berpikir bahwa dengan lulus UN itu adalah akhir dari segalanya. Puncak dari semua kebahagiaan. Tidak. Sekali lagi saya katakan tidak.

Justru setelah lulus nanti, kamu akan merasakan bahwa perjuangan hidup itu akan semakin berat saja. Ibarat kamu bermain sebuah game dan kamu berhasil melewati satu level tertentu, maka untuk selanjutnya, kamu akan dihadapkan pada level berikutnya yang tentunya memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Lebih susah untuk ditaklukkan.

Maka setelah lulus SMA atau SMK nanti, kamu akan segera dihadapkan pada sebuah persoalan baru; ke manakah alur kehidupanmu kamu arahkan? Ini bukan persoalan mudah. Terutama bagi kamu yang mungkin belum memiliki rencana bahwa setelah lulus nanti, kamu akan ke mana dan mau ngapain.

 

Kuliah atau kerja, atau…?

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Bagi mereka yang sudah punya rencana, mungkin akan memikirkan untuk kuliah atau bekerja. Namun tak sedikit juga yang bingung mau ngapain setelah lulus nanti. Belum sempat atau mungkin sengaja abai dari memetakan rencana-rencana hidup ke depannya itu bagaimana. Kuliah nggak, kerja pun ogah. Waduh!

Nah, bagi kamu yang masih bingung mau ngapain setelah lulus nanti, ada satu hal yang perlu kamu renungkan. Apa itu? Cobalah kamu keluar rumah. Lihatlah sekitar. Carilah kaleng-kaleng bekas, batok kelapa, selokan-selokan mampet, dan lain sebagainya yang mana di dalamnya terdapat air yang menggenang alias ‘enggan’ mengalir. Amatilah dan renungkanlah baik-baik.

Sobat gaulislam, kita semua pasti sepakat, bahwa air yang terlalu lama menggenang, lama tidak mengalir, pastilah menjadi tempat yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Kita ambil contoh selokan yang mampet misalnya. Pastilah ia menjadi tempat ideal bagi nyamuk-nyamuk pembawa penyakit untuk berkembang biak di sana. Pastilah ia akan mengeluarkan bau tak sedap yang membuat mual dan pusing mereka yang mendekatinya. Bakteri-bakteri merugikan juga pastilah senang berada di sana.

Maka seperti itu jugalah hidup jika dibiarkan berhenti mengalir. Hidupmu itu akan ‘penyakitan’ jika dibiarkan berhenti begitu saja. Jangan biarkan hari-hari setelah lulus nanti kamu isi dengan hanya makan – tidur – nongkrong – makan – tidur – nongkrong, menghabiskan waktu hanya dengan kegiatan tak berarti. Jangan! Karena itu sama saja kamu membuat hidupmu – dalam tanda kutip – berhenti mengalir. Hidupmu akan penyakitan, Sobat. Kamu akan ringan saja; main game melulu, ngegosip melulu, main gaple melulu, nonton sinetron melulu, dan banyak lagi ‘melulu-melulu’ lainnya.

Maka hidup harus terus bergerak maju, apa pun yang terjadi. Jika tidak, maka sebenarnya, tinggal menunggu waktu untuk patah dan jatuh. Cobalah perhatikan ketika kita naik sepeda. Tak ada pilihan lain supaya tidak jatuh selain terus mengayuh, bukan? Membuat sepeda itu terus bergerak maju. Maka sekali kaki enggan mengayuh dan sepeda berhenti, maka sebenarnya, di sanalah akhir dari cerita naik sepeda itu sendiri.

Maka jangan ragu untuk membuat hidupmu terus mengalir. Rencanakan segera apa saja yang akan kamu lakukan setelah lulus sekolah nanti. Jangan sampai bingung mau ngapain. Segera tentukan, kuliah atau bekerja. Tentukan segera target, kelak kamu ingin menjadi apa. Maka ketika tujuan sudah ada dan target hidup sudah dipancangkan, maka insya Allah, jalan hidupmu akan mengalir teratur. Hidupmu akan senentiasa terarah untuk mengejar segenap target yang telah ditetapkan. Jauh dari kesia-siaan.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Mungkin ada di antara kamu yang mengalami kondisi seperti ini: nggak kuliah karena tak punya biaya, terus nyari kerja juga susah karena lamaran ditolak melulu. Bagaimana dong?

Maka saya katakan di sini, jangan pernah berhenti berusaha hanya karena hal ini. Jika surat lamaran kerjamu ditolak lagi dan lagi, maka kamu harus berprinsip, buat serta kirim, lagi dan lagi. Ditolak lagi, cari lowongan lagi, kirim lagi. Begitu seterusnya. Jangan pernah jadikan halang rintangan ini sebagai pembenaran untuk berhenti berusaha. Kesulitan ada untuk dihadapi. Bukan untuk ditakuti dan dihindari. Lihatlah, bahkan Allah Ta’ala menjanjikan bahwasanya akan selalu ada kemudahan di balik sebuah kesulitan.

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS al-Insyirah [94]: 6)

Juga jangan lupa untuk mengiringi setiap usaha dengan doa. Karena setiap persoalan yang ada di hadapan kita, sejatinya semuanya berada dalam genggaman Allah Ta’ala. Mudah saja bagi Allah untuk mengubah setiap jalan cerita. Membentangkan jalan kemudahan di tengah kesulitan. Oleh karenanya, hendaknya setiap harapan itu seharusnya senantiasa bertumpu pada-Nya melalui doa-doa yang dipanjatkan.

Allah Ta’ala berfirman dalam surat yang sama, yang artinya: “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS al-Insyirah [94]: 8)

Itu sebabnya, selain mencari pekerjaan dan membuat surat lamaran kerja, sebenarnya ada banyak hal-hal lain yang bisa dilakukan untuk membuat hidupmu terus mengalir. Misalnya, menambah dan mengasah keterampilan yang kamu miliki dengan mengikuti kursus-kursus. Entah itu kursus komputer, menjahit, macam-macam. Atau jika kamu punya saudara atau kenalan yang berkecimpung dalam dunia wirausaha, kamu bisa mencoba untuk ikut di dalamnya. Sekalian belajar dan menimba pengalaman di sana. Percayalah, semuanya ini tak akan pernah sia-sia.

Oya, mungkin juga kamu bisa menjajal sejauh mana kreativitas yang terpendam dalam dirimu dengan mencoba membuat usaha baru. Tidak harus dengan usaha yang membutuhkan modal besar. Membuat kerajinan dari barang-barang bekas misalnya. Siapa tahu itu semua bisa mengantarkanmu menjadi seorang pengusaha baru yang tidak hanya menopang kehidupanmu sendiri, tapi juga bisa mencukupi nafkah orang lain yang bekerja padamu.

 

Perjalanan belum berakhir

Sobat gaulislam, tak dapat dipungkiri bahwa lulus UN adalah salah satu bentuk kesuksesan hidup di dunia. Kita tentulah bergembira atas itu. Bangga atas keberhasilan yang telah diraih. Namun tahukah kalian, ada lagi sebenarnya jenis kesuksesan yang jauh lebih membahagiakan daripada hanya sekedar kesuksesan dunia. Mau tahu?

Jawabannya adalah kesuksesan hidup di akhirat. Seindah apa pun kesuksesan hidup di dunia berhasil kita raih, ketahuilah, itu semua tak akan bertahan lama. Paling banter ia akan bertahan sepanjang jatah umur manusia. Begitu umur manusia berakhir, maka berakhirlah segenap kesuksesan hidup di dunia itu.

Namun, lain halnya dengan kesuksesan hidup di akhirat. Sekali kamu bisa meraihnya, maka kamu akan terus menikmatinya, selamanya. Sebuah kesuksesan yang kekal abadi. Ketika kamu sudah berhasil menjejakkan kaki di surga, maka kamu akan terus merasakan kenikmatan yang ada di dalamnya, selamanya. Tak ada lagi batasan usia, batasan umur.

Perlu kamu ketahui, bahwa kesuksesan hidup di akhirat, tidak akan kamu dapatkan kecuali dengan mempelajari dan mentaati ajaran Islam. Itu sebabnya, penting bagi kamu ketika nanti sudah lulus sekolah, kuliah atau kerja, atau sedang dalam proses mencari kerja, atau apa pun yang kamu lakukan, untuk senantiasa ngaji alias belajar dan memperdalam Islam, mentaati apa yang telah kamu pelajari tentang Islam, syukur-syukur bisa ikut mendakwahkan pengetahuan keislaman yang kamu dapatkan dalam lingkungan di mana kamu tinggal (termasuk di kampus dan tempat kerja)

So, apalah artinya kesuksesan dunia jika harus mengorbankan kesuksesan akhirat. Apalah artinya jika ketika nanti kamu lulus sekolah, berhasil mendapatkan pekerjaan, namun pekerjaan yang kamu dapatkan adalah pekerjaan yang dimurkai oleh Allah Ta’ala. Bekerja dalam institusi ribawi misalnya. Untuk apa? Jika kesuksesan dunia itu hanya akan mengantarkanmu ke dalam api neraka.

Yuk, jangan terlalu khawatir dengan persoalan rezeki. Karena sebenarnya yang terpenting adalah melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan Allah kepada kita serta menjauhi segala apa yang dilarangNya.

Maka setelah setelah pengumuman hasil UN nanti, siapkah kamu untuk kembali ‘bertarung’ dalam ronde kehidupan selanjutnya? Mengejar dua jenis kesuksesan ini dengan segenap kemampuan yang ada? Saya yakin, kamu (seharusnya) pasti siap. Kalo belum siap harus disiapkan dengan bekal iman, takwa, ikhlas, ilmu dan kerja keras. Semangat! [Farid Ab | abfarid.blogspot.com]