gaulislam edisi 363/tahun ke-7 (12 Dzhulhijjah 1435 H/ 6 Oktober 2014)
Sobat gaulislam, Hari Raya Idul Adha baru saja berlalu. Alhamdulillah, Allah Ta’ala masih berkenan melimpahkan nikmat-Nya sehingga kita dipertemukan dengan hari besar itu. Sampai detik ini pun kita masih bisa menghirup segarnya oksigen, menikmati birunya langit dengan gumpalan awan putih, beraktivitas dan beramal sholih. Eits, ngomongin soal Idul Adha. Apa sih yang ada di benak kalian? Apa saja yang dilakukan saat hari itu tiba? Hmm, Idul Adha itu bulan haji, ada sholat Id, kumpul di lapangan untuk motong atau sekedar melihat hewan qurban disembelih. Oya, nyate daging kambing rame-rame dll. Wiih, nyate, Bro. Mantap!
Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang cukup penting bagi umat Islam. Kenapa? Karena ada peristiwa-peristiwa yang bisa dibilang historis. Tanggal 9 Dzulhijjah jutaan kaum Muslimin baik pria atau wanita, dari ras dan negara yang berbeda melakukan wukuf di Arafah yang merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah haji. Esoknya, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari Raya Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak merefleksi bahwa tidak ada yang agung dan patut disembah kecuali Allah Ta’ala. Di hari raya inilah penyembelihan hewan qurban dilakukan. Sik, asik!
Seputar syariat Qurban
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, kata qurban berasal dari bahasa Arab yaitu qoroba atau yaqrobu yang artinya dekat. Melaksanakan qurban tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Hukum berqurban itu sunnah muakkad loh. Sangat dianjurkan. Ini menurut pendapat mayoritas ulama. Berqurban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berqurbanlah.” (QS al-Kautsar [108]: 2)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bagi tiap-tiap umat, telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah (Allah) rezekikan kepada mereka. Maka Rabb kalian ialah Rabb yang Maha Esa. Oleh karena itu, berserah dirilah kalian kepada-Nya.” (QS al-Hajj [22]: 34)
Sobat gaulislam, tentu sudah tidak asing lagi bukan dengan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam yang dalam mimpinya melihat beliau menyembelih anaknya, yakni Nabi Isma’il ‘alaihi sallam? Allah Ta’ala telah mengabadikannya di dalam al-Quran surat ash-Shaffat ayat 102-109. Silahkan dicek ya. Selama bertahun-tahun Nabi Ibrahim menunggu kehadiran buah hatinya. Setelah dikaruniai anak ternyata Allah menguji keikhlasan dan ketaatan Nabi Ibrahim. Allah Ta’ala memerintahkan agar ia menyembelih Nabi Ismail as, anaknya sendiri. Namun, karena ketakwaannya Nabi Ibrahim memilih untuk tetap melaksanakan perintah Allah hingga akhirnya anaknya tidak jadi disembelih. Allah Ta’ala menggantikan dengan seekor domba. Subhanallah!
Itulah buah dari ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah Ta’ala. Beliau sangat mencintai anaknya. Namun kecintaan terhadap anaknya tidak menghalanginya untuk taat kepada Allah Ta’ala. Hal ini patut kita teladani. Sebesar apa pun kecintaan terhadap sesuatu jangan sampai membuat kita lalai dari perintah-Nya. Seseru dan semenarik apa pun tayangan di televisi jangan sampai membuat kita menunda waktu sholat. Musik dan lagu yang didengarkan bahkan hampir tiap hari jangan sampai melupakan kita untuk membaca al-Quran. Tegakah jika al-Quran hanya dipajang dan dibiarkan terkurung di lemari ruang tamu? Jangan biarkan sertifikat taqwa lari menjauh dari kita. Jangan sampai deh!
Sobat gaulislam, perintah berqurban yang sudah disyariatkan–terutama bagi mereka yang mampu- menunjukkan bahwa Islam itu adalah agama yang peduli dan menghormati fakir miskin dan kaum dhuafa. Nah, dengan disyariatkannya qurban, kaum Muslimin dilatih untuk memperkuat rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial dan mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama. Itu sebabnya, akan menjadikan kita seorang yang peduli kepada saudaranya. Mana mungkin kita tega melihat orang lain kesusahan, kelaparan atau kehausan. Sementara kita hidup enak dan berkecukupan. Lalu, bagaimana dengan remaja saat ini? Apakah mereka peduli?
Remaja terjebak hedonisme
Bro en Sis, rahimakumullah pembaca setia gaulislam, di zaman sekarang ini remaja mudah sekali terjerumus dan melakukan hal buruk bahkan sampai melampaui batas koridor yang sudah ditetapkan Islam. Pergaulan bebas merajalela. Pacaran, narkoba, dan seks bebas sudah menjadi hal yang tidak aneh di negeri ini. Geng motor yang bikin resah masyarakat, fenomena cewek cabe-cabean atau terong-terongan (kalau tomat-tomatan dan garam-garaman serta gula-gulaan ada nggak ya? Sekalian bikin sambal deh. Hihihi… ). Bayangin coba, ada loh anak SD dan SMP yang tidak malu melakukan hubungan seks dengan teman sekolahnya. Malah tidak sedikit yang menjadi PSK di usia sekolah. Bagaimana dengan anak SMA atau kuliahan? Beuh pastinya jauh lebih banyak. Sudah putus kali ya urat malunya. Astaghfirullah.
Belum lagi pengaruh blantika musik dan hiburan lain. Coba perhatikan teman kalian, lagu apa sih yang biasanya mereka dengar? Rock, Metal, K-pop, Kroncong atau dangdut? Mending kalau nasyid atau murottal. Yee, ini mah malah lagu galau atau free love yang didengarkan. Padahal lirik lagunya belum tentu berisi tentang kebaikan. Malah mengajak kepada kemusyrikan. Ih, na’udzubillah!
Lebih aneh lagi, banyak remaja yang asal mendengarkan lagu tanpa tahu isi dari lagu tersebut. Pokoknya enak didengar, sedang booming, kan cuma dengerin aja. Mungkin itu contoh pembelaan mereka saat ‘diinterogasi’. Parahnya nih, nggak sedikit remaja yang karena keasyikannya dengerin lagu sampai melalaikan kewajiban lain. Contohnya sholat. Berapa banyak teman kalian yang menunda waktu sholat karena sedang asik dengerin lagu?
Tidak beda jauh dengan televisi. Acara-acara televisi kebanyakan tidak bermanfaat, malah dampak negatifnya yang besar. Pornoaksi dan pornografi yang ada pada tayangan sinetron, film atau iklan. Kekerasan, kejahatan, gaya hidup hedonis dan lainnya. Hal ini akan sangat berbahaya. Gara-gara nonton film tinju seorang anak bikin babak belur teman sekolahnya. Atau gaya bicara alay seperti di sinetron-sinetron yang akhirnya ditiru oleh anak-anak. Bukan tidak mungkin, adik atau keponakan kalian bisa melakukan hal serupa. Harus kudu mesti ekstra hati-hati (widiw, nih nulisnya pemborosan kata ya? Hehehe). Jangan biarkan anak kecil yang masih unyu-unyu nonton televisi sendirian tanpa bimbingan orang tua dan kakaknya.
So, nggak bisa dipungkiri bahwa remaja mudah sekali terbawa arus apalagi di zaman serba hedonis dan permisif sekarang ini. Tanpa aqidah yang kuat seseorang tidak akan mampu membendung arus paham liberal tersebut. Aqidah yang menancap kuat pada seseorang tidak akan mudah hanyut. Aqidah menjadi benteng baginya. Namun sayang, remaja saat ini masih banyak yang enggan mempelajari dan mendalami ilmu agama. Bagaimana aqidahnya mau kuat? Malah, untuk ibadah semisal sholat saja masih malas-malasan. Disuruh ibunya ke warung saja ogah. Pengennya duduk depan televisi nonton sinetron atau mantengin acara musik pagi. Kalau ditanya mau masuk surga atau nggak, pasti jawabnya mau. Tapi bagaimana mau masuk surga wong diajak ngaji saja masih mikir-mikir? Masihkah kita berdiam diri membiarkan hal ini?
Kalau dipikir-pikir nih, memang apa sih untungnya nonton sinetron, acara musik atau dengerin lagu yang tidak islami? Ada yang sampai berjam-jam pula. Aneh, segitu betahnya ya. Atau kumpul bareng geng motor dan teman cabe-cabeannya. Padahal cuma nongkrong saja dan gaya-gayaan di jalanan. Coba deh, lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat. Sesuatu yang bernilai pahala. Sebagai remaja Muslim kita harusnya berusaha menjadi pribadi yang bertakwa. Berusahalah melakukan apa yang telah diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Apa beratnya sholat 5 waktu? Satu kali sholat wajib paling cepat 5 menit. Ini belum yang sunnah. So, mending sholat daripada nonton televisi, nongkrong atau dengerin lagu free love sampai berjam-jam.
Hidup di dunia hanya sekali
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, hidup di dunia fana ini hanya sekali. Kita semua pasti akan mati. Kelak, malaikat maut akan datang dan menjemput kita. Ketika saat itu tiba, kita tidak bisa berkutik atau meminta agar ditunda. Apa jadinya jika kita tidak mempersiapkan bekal untuk hari esok? Berfoya-foya selama hidup di dunia atau terlalu sibuk mencari kesenangan duniawi hingga melupakan kehidupan di akhirat kelak. Ketahuilah Bro en Sis, kekayaan atau jabatan di dunia tidak akan langgeng. Ada batas waktunya. Nggak akan selamanya dimiliki. Bahkan, kalo kita meninggal dunia pun, harta itu nggak bakalan dibawa ke lubang kubur.
Kesenangan di surga jauh lebih besar. Jika ingin sukses dan menjadi penghuni surga kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk beribadah, berbakti kepada orang tua, belajar dan beramar ma’ruf nahi munkar. Tebarkanlah kebaikan di mana pun kalian berada. Berkorbanlah demi kebaikan kita dan kaum Muslimin lainnya. Maka, dengan berdakwah kita mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan dana. Tak mengapa. Jika kita ikhlas semata-mata ingin mendapat ridho Allah akan menjadi bekal. Raihlah ‘sertifikat’ takwa. Salah satunya dengan berkurban dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah Ta’ala. Semangat! [Muhaira | @az_muhaira]