Friday, 22 November 2024, 10:00

gaulislam edisi 364/tahun ke-7 (19 Dzhulhijjah 1435 H/ 13 Oktober 2014)

 

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Edisi 364 ini sengaja bahas lagi soal cinta, dengan judul 5 huruf itu. Tak ada embel-embel lain. Cukup satu kata. Ngomongin cinta tiada habisnya. Selama tujuh tahun penerbitan buletin gaulislam, tema ini termasuk sering dibahas. Bosen? Kadang. Tetapi ketika banyak yang bertanya seputar cinta melalui rubrik “curhat dong” di buletin edisi cetak, selalu memunculkan semangat dan gairah untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang masuk. Biasanya langsung dijawab via SMS. Ada pula yang diperjelas dan dibahas panjang lebar di buletin gaulislam. Oya, mohon maaf pula bagi kamu yang kirim SMS untuk rubrik “curhat dong”, tetapi sampai sekarang nggak sempat dibahas. Selain banyak SMS serupa yang masuk, juga ada sebagian SMS lenyap saat ponselnya error dan datanya nggak keburu di-backup.

Kembali ke tema pekan ini. Apa itu cinta? Kamu bisa dapatkan penjelasannya di banyak buku dan pendapat orang. Saking seringnya dibahas (entah itu di majalah, buletin, tabloid dan termasuk di televisi), anak SD aja sampe ada yang kenal istilah cinta namun soal maknanya ternyata masih belum bisa dipahami. Jangankan anak SD, yang SMP, SMA dan yang udah kuliah aja masih bingung makna cinta itu apa. Seringnya kalo ditanya apa itu cinta, jawaban standarnya adalah: perasaan kepada lawan jenis. Sayang-sayangan, mesra-mesraan dan akhirnya pacaran. What? Cuma itu? Adduuuh gagal paham deh.

Tetapi kamu yang menjawab itu, ada benarnya juga kok. Cuma kalo dibilang cinta hanya itu, ya kebangetan. Sekarang kita buka kamus rame-rame yuk. Nih, saya ambil dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) daring (dalam jaringan alias online). Kalo kamu masukkin kata ‘cinta’ di kolom pencarian maka akan keluar kata tersebut yang bisa diklik. Ketika diklik, muncullah penjelasan lengkap dari kata tersebut. Saya ringkas ya (karena panjang banget). Saya tuliskan saja formatnya sesuai dengan yang ada di kamus tersebut ya:

cin·ta a 1 suka sekali; sayang benar: orang tuaku cukup – kpd kami semua; — kpd sesama makhluk; 2 kasih sekali; terpikat (antara laki-laki dan perempuan): sebenarnya dia tidak — kpd lelaki itu, tetapi hanya menginginkan hartanya; 3 ingin sekali; berharap sekali; rindu: makin ditindas makin terasa betapa — nya akan kemerdekaan; 4 kl susah hati (khawatir); risau: tiada terperikan lagi — nya ditinggalkan ayahnya itu;

bebas hubungan antara pria dan wanita berdasarkan kemesraan, tanpa ikatan berdasarkan adat atau hukum yg berlaku; — monyet (rasa) kasih antara laki-laki dan perempuan ketika masih kanak-kanak (mudah berubah); ber·cin·ta v menaruh (rasa) cinta: yg muda yg ~; ber·cin·ta-cin·ta·an v bersuka-sukaan; berpacar-pacaran; ber·cin·ta·kan v 1 kasih sayang kpd; berahi kpd: krn banyaknya lelaki yg ~ dia, dia menjadi sombong; 2 berharap-harap (ingin) akan; merindukan: dia sakit krn ~ anaknya yg sedang merantau; 3 kl bersedih hati (akan); berduka cita (akan); men·cin·ta v 1 kasih (kpd); 2 kl bersedih hati; selalu mengingat (akan); menyesal; men·cin·tai v menaruh kasih sayang kpd; menyukai: dia sangat ~ adikku; aku ~ negeriku dan menghormatinya;

Tuh, betapa banyak penjelasan dari cinta. Itu artinya, memang tak selalu berurusan dengan kasih sayang antar lawan jenis. Cinta ortu kepada anaknya adalah bagian dari naluri. Cinta anak kepada ortunya juga bagian dari naluri. Manusia mencintai suatu benda juga bagian dari naluri (tapi nggak ada benda mati mencintai manusia). Intinya, cinta itu luas. Nggak sekadar membahas hubungan antar lawan jenis.

 

Atas nama cinta, padahal nafsu

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kamu pasti tahu bahwa pacaran dalam pandangan Islam diharamkan. Apa? Belum tahu? Waduh, ke mana aja selama ini Bro en Sis? Begini, sebagai muslim, seharusnya sudah paham bahwa masalah ini adalah malumun minaddini bi adh-dharurah (perkara yang diketahui umum dalam agama). Ya, seorang muslim seharusnya sudah tahu bahwa menjalin hubungan antar lawan jenis yang bukan mahrom adalah tindakan dosa. Pacaran hanya satu contoh. Sesehat apapun pacaran itu, tetap dosa. Hah? Emang ada pacaran yang sehat? Sambil olahraga kali ya? Ada-ada aja. Kalo yang dimaksud seperti yang kini lagi rame dibahas di sosmed: bahwa pacaran sehat itu tanpa seks bebas (note: seorang kawan ngasih tahu itu ada di buku pendidikan jasmani dan kesehatan alias penjaskes–sekarang PJOK–untuk kelas 11 SMA/MA/SMK terbitan Kemdikbud Semester 1 halaman 128-129—dengan ilustrasi bermasalah karena menampilkan gambar remaja putri berkerudung dan remaja putra berpeci, jenggotan dan mengenakan baju koko). Yee.. seks bebas itu episode lanjutan dari pacaran, sobat. Emang ada yang ujug-ujug ketemu langsung ngeseks? Kucing aja kayaknya nggak langsung tubruk deh.

Nih, pacaran itu meskipun dilakukan di dalam masjid, pelakunya yang cowok pake baju koko, jenggotan dan berpeci kalo berkhalwat (tanpa seks bebas) dengan cewek yang berkerudung tetap saja itu maksiat dan berbuah dosa.

Kalo cuma pegangan tangan? Hah? Pegangan tangan dibilang cuma? Waduh, sebaiknya kamu segera istighfar karena udah kesambet setan tuh. Perkara keharaman itu nggak ada cuma. Pacaran itu udah diharamkan, jadi nggak pake cuma ini dan itu. Apakah kalo kamu minum khamr cuma satu seloki (tutup botol) dan nggak teler lalu dianggap nggak dosa? Sori Masbro, itu salah besar. Emangnya kalo judinya cuma pake duit serebu perak lalu judi ditolerir sebagai ‘sekadar maen-maen’? Aduh, nggak banget deh. So, pacaran itu sejatinya dilarang total, nggak pake cuma. Pacaran itu pintu gerbang menuju perzinaan. Padahal, Allah Ta’ala sudah menegaskan bahayanya zina. Seperti dalam firman-Nya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa [17]: 32)

Sobat gaulislam, memiliki rasa cinta itu wajar. Amat wajar. Itu naluriah. Sudah dikasih sama Allah Ta’ala. Sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya): “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali ‘Imran [3]: 14)

Ayat ini, selain menunjukkan bahwa rasa cinta itu anugerah yang diberikan Allah Ta’ala, juga cinta itu bisa luas maknanya (yakni, semua yang diingini). Namun, ketika semua kesenangan itu tak dijadikan sebagai sarana untuk mengharap keridhoan Allah Ta’ala, maka akan berbuah petaka. Memiliki rasa cinta itu fitrah manusia, tetapi mengekspresikannya menjadi ada nilai: baik atau buruk. Bisa menjadi baik ketika mengekspresikannya sesuai tuntunan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Itu artinya, akan menjadi buruk ketika diekspresikan sesuai keinginan hawa nafsu semata. Bahkan melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya.

So, pacaran itu bukan ekspresi cinta yang benar. Meski awalnya dari cinta tetapi dilanjutkan dengan dominasi hawa nafsu buruk. Kalo kamu orang yang beriman, maka tak akan sekali-kali melakukan pacaran, yang akan berlanjut pada pergaulan bebas dan bermuara di kubangan seks bebas. Naudzubillah mi dzalik!

Bagaimana dengan pernikahan? Yup! Itu sih emang solusi bagi muslim dan muslimah yang saling menyukai untuk mengikat hubungannya dalam pernikahan. Hubungan yang sah dan halal. Tetapi, untuk kamu saat ini, yang masih sekolah, belum saatnya dibahas lebih lanjut. Nanti saja kalo udah pada lulus ya. Sekarang fokus belajar dulu. Jadi, tinggalkan pacaran sesegera mungkin.

Cinta sejati

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Jangan bilang cinta kalo kamu dan kekasih gelapmu majang foto berdua dengan berbagai pose di facebook atau twitter. Sadarlah, itu hawa nafsu buruk yang sedang dihembuskan setan kepada kalian berdua. Lebih parah lagi yang majang fotonya itu kamu yang muslimah pake kerudung. Aduh, malu-maluin aja. Walaupun sebetulnya memang itu fakta, tetapi kalo banyak yang begitu citra Islam jadinya dikotori dengan aktivitas begituan. Kamu yang ngelakuin itu juga kudu bertanggung jawab untuk meminta maaf kepada seluruh kaum muslimin yang berakhlak baik, karena gara-gara kelakuanmu, mereka kebawa jelek. Mereka yang membenci muslim—baik orang kafir maupun orang munafik—akan bersorak gembira lalu membuat generalisasi alias memukul rata bahwa semua remaja muslim, ya memang kayak gitu. Hadeeeuhh… jangan pada bertingkah ye!

Hayo, kamu mau nyari alasan lagi? Hehehe bukan nuduh, tetapi kenyataannya memang ada yang begitu. Nyari alasan bahwa pacarannya LDR-an lah. Jarak jauh. Sehingga nggak kontak fisik. Well, itu sama aja Bro en Sis. Mau yang tiap hari ketemu secara fisik atau yang jauh di mata tapi dekat di SMS dan di email, tetap aja statusnya pacaran. Hubungannya itu yang nggak dibolehin dalam Islam, Masbro en Mbaksis. Bukan caranya. Sumpah!

Sekarang gini aja deh. Kamu kan masih pada sekolah. Usia juga masih belia. Mendingan kamu belajar yang benar, curi perhatian orang lain dengan prestasi baikmu di sekolah. Jangan nyari perhatian orang lain melalui aksi gila bernama pacaran meski awalnya kamu ngaku-ngaku atas nama cinta. Pret! Kamu kudu nyadar. Sori ini bukan menggurui atau menghakimi, karena kelakuan kamu (yang emang parah—yang nggak parah jangan kesinggung ye) sudah layak digurui dan dihakimi.

Raihlah cinta sejati, yakni cinta kepada Allah Ta’ala, cinta kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada ortumu, kepada dirimu sendiri, kepada kaum muslimin secara umum. Semua itu harus diniatkan untuk mengharap ridho Allah Ta’ala.

Begitu pula jika suatu saat nanti kamu bertemu dan menyukai seseorang yang mampu mencairkan dinding es yang selama ini dibangun di hatimu, jangan diekspresikan melalui pacaran. Tetapi bersabarlah dengan menjauhi maksiat bernama pacaran itu, sampai kamu siap segalanya untuk menikah kelak. Ok? Semangat! [solihin | Twitter @osolihin]