Friday, 22 November 2024, 08:15

gaulislam edisi 395/tahun ke-8 (29 Rajab 1436 H/ 18 Mei 2015)

 

Hiks, masa SMA udah mau beres! Masa-masa yang katanya adalah masa-masa paling berkesan dalam hidup seseorang ini, pengakhirannya sudah tampak di depan mata. Sebentar lagi, teman-teman kita semasa SMA selama tiga tahun ini akan lulus dan meneruskan hidup masing-masing.

Omong-omong tentang hidup, apakah kalian udah menentukan masa depan kalian bakalan seperti apa? Lho, memangnya kita bisa menentukan masa depan kita sendiri? Bukannya itu udah jadi takdir ya?

Jawabannya adalah bisa diupayakan! Masa depan kita nanti nasibnya akan seperti apa, adalah ditentukan dari tindakan kita pada hari ini. Nah permasalahannya, sudahkah tindakan kita hari ini bakalan bisa membawa kita pada masa depan yang cerah?

Aduh, pertanyaan berat nih. Masih muda woy, ngapain juga mikirin soal itu? Mumpung masih muda, seharusnya dipakai buat seneng-seneng dulu! Eits, tunggu dulu. Pernyataan tadi bener-bener sesat deh. Nggak tahu mana yang lebih sesat; Ahmadiyah dan Syi’ah digabung jadi satu atau pernyataan barusan (jiah, lebay!). Tapi serius nih! Masa muda itu adalah masa ketika kita sedang kuat-kuatnya, sedang semangat-semangatnya dalam melakukan segala sesuatu. Seharusnya masa ini dimanfaatkan sebaik mungkin agar masa yang nggak akan terulang lagi ini tidak berlalu dengan sia-sia! Kalau masa muda cuma dipakai buat seneng-seneng aja, ya rugi dong! Anak tikus yang baru lahir kemarin aja tahu!

Sobat gaulislam, kembali lagi ke pertanyaan tadi, sudahkah tindakan kita pada hari ini bakalan bisa membawa kita pada masa depan yang gemilang kelak? Hmm, bagaimana, sudahkah kamu pede dan punya nyali untuk menjawabnya?

Faktanya nih, banyak banget remaja kita (remaja muslim) yang masih pada bingung bakal mau ke mana, masih bingung pada mau ngapain setelah lulus SMA nanti. Ada yang mau nerusin kuliah, bener, tapi masih bingung milih jurusannya. Atau malah ngasal aja milih jurusan. Ada juga yang langsung mau merit. Kalau kamu udah siap secara fisik dan batin sih, it’s okay, coz it’s your choice. Ada juga yang memutuskan langsung bekerja, namun ada pula yang memutuskan untuk menganggur saja di rumah. Lho?

Apa pun pilihan yang kalian buat, itu terserah kalian karena bagaimanapun, itu hidup kalian. Terserah mau dipakai buat apa kan? Tapi masalahnya, apakah pilihan itu dapat membawa kalian menjadi orang yang lebih baik? Nah, yang terpenting, apakah pilihan itu dapat membuat kalian selamat di dunia dan akhirat? Yup, ini nih yang musti dipikirin!

Mulai saat ini, kita harus dewasa dalam bersikap. Salah satu sikap kedewasaan itu adalah bagaimana kita menyikapi masa depan kita dan berusaha menentukan arah tujuannya. Intinya adalah, kalian harus punya sesuatu untuk kalian wujudkan. Kalian harus punya tujuan yang pasti agar di akhirat kelak tidak berakhir dengan sengsara. Rugi kalo sengsara!

 

Bahagia, wajibkah?

Sobat gaulislam, kalau ditanya tentang kebahagiaan, siapa sih yang nggak mau bahagia? Setiap manusia yang normal, pasti ingin mendapatkan sesuatu yang disebut dengan kebahagiaan. Kebahagiaan di dunia, dan yang terpenting adalah kebahagiaan di akhirat.

Kalau sudah begini, maka kebahagiaan itu wajib. Kenapa? Karena kebahagiaan di akhirat (surga) itu harus kita raih, karena kalau di akhirat nggak bahagia, itu artinya nyemplung ke api neraka. Mau? Ih, amit-amit dah!

Sebagai remaja muslim, sudah sepantasnya kita mengerahkan seluruh daya dan upaya kita untuk mengejar kebahagiaan di akhirat kelak, serta bonus kebahagiaan dunia kita di masa depan nanti. Lalu ada yang bertanya, kenapa sih harus bahagia? Gini deh. Kalau dengan menjadi bahagia kalian bisa menjadi pribadi yang lebih produktif, kenapa nggak? Orang bahagia adalah orang yang tidak murung, kerjanya optimal, dan pasti bisa lebih menghasilkan manfaat buat orang lain.

Nah, untuk mewujudkan semua kebahagiaan itu, maka diperlukan usaha untuk meraihnya. Kita tidak bisa bersantai-santai saja kalau mau sukses di masa depan nanti. Kita juga tidak bisa mengharapkan akhirat kalau beribadah saja juga malas-malas. Haduh! Bagaikan punuk merindukan Neptunus!

Antara dunia dan akhirat kita, harus diseimbangkan lho. Jangan timpang. Terus raih prestasi yang gemilang dan terus berkarya yang baik, tapi jangan lupa pula ibadah harus kenceng. Seorang muslim adalah pribadi yang bisa bahagia di dunia, dan bahagia juga di akhirat kelak. Kalau bisa menggapai kebahagiaan dunia sekaligus akhirat, kenapa tidak, kan guys?

 

Mau ngapain di masa depan?

Masa remaja adalah masa yang paling tepat untuk menentukan masa depan kita. Keberhasilan atau kegagalan kita di masa depan dapat dilihat dari tindak dan tanduk kita pada masa kini. Kalau kita malas-malasan sekarang, ya sudah, kesuksesan juga akan malas-malasan mendatangi di masa depan, hehe. Begitu juga sebaliknya.

Sobat gaulislam, untuk itu kamu harus punya rancangan yang jelas untuk masa depan. Seorang remaja nih, apalagi yang ngaku remaja muslim, harus punya visi dan misi yang jelas dalam kehidupannya. Udah tahu kehidupannya itu mau diapain dan selama hidup mau ngapain.

Jangan sampai deh, kamu dianggap beban masyarakat. Hidup terkatung-katung nggak jelas, nggak punya penghasilan, pendidikannya cetek, kesehariannya cuma ngupil di teras sambil nyiulin cewek yang lewat. Apa sih yang bisa dibanggakan dari itu semua?

Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa bangkit, mulai berubah menjadi sosok remaja yang memiliki visi dan misi jelas, serta tahu hidupnya mau dibawa ke mana?

Pertama, membebaskan diri dari segala kotoran, penyakit, dan beban dari kehidupan, alias menjauhi kemaksiatan. Why? Karena dengan kemaksiatan, manusia akan menjadi pribadi yang murung, galau, cemas, khawatir, dan hatinya selalu gelisyah gundah gulanah (halah nulisnya aja sampe lebay gini!). Awal-awalnya aja sih, maksiat rasanya nikmat. Pacaraan, aah nikmat. Mbolos sekolah, aah nikmat. Nyontek pas ulangan, aah nikmat yum yumm! Tapi setelah itu, wah! Semuanya jadi berubah seiring berjalannya waktu.

Kemaksiatan-kemaksiatan itu akhirnya numpuk dan jadi kotoran yang menghalangi cahaya masuk ke dalam hati. Kalau cahayanya nggak mau masuk ke dalam hati, hatinya jadi gelap dong! Akhirnya, kemaksiatan-kemaksiatan tadi bikin orang jadi gelap pikiran, selalu ragu-ragu, galau, dan hatinya keras. Waduh!

Kata Ibnu Qayyim al-Jauziyah nih, penyebab utama tumbuhnya bibit keputusasaan, kesedihan, nggak siap menghadapi masa depan, itu karena keterkurungan manusia dari berbagai kemaksiatan dan kesalahan-kesalahan. Wow, ternyata memang kemaksiatan itu momok dari segala keburukan yang menimpa kita, ya guys!

Kedua, yaitu menumbuhkan kesadaran. Kesadaran itu penting! Kalau kita menyadari secara jelas dan sesadar-sadarnya bahwa kemaksiatan serta kesalahan-kesalahan itu hanya akan menghalangi kita, maka kita pasti akan segera meninggalkannya. Kesadaran itu harus ditanamkan dari diri sendiri, kamu nggak bisa menuntut orang lain untuk menyadarkanmu kalau kamu nggak mau sadar-sadar. Pikirkanlah! Hidup itu cuma sekali.

Mumpung masih hidup, maka pergunakanlah waktu yang masih tersisa ini untuk taat beribadah kepada Allah Ta’ala, supaya entar kalau nyawa dah dicabut, nggak super duper nyesel! Apalagi pas nanti di akhirat. Coba bayangkan apa yang terjadi kalau hidup kamu cuma dipakai buat maksiat? Meloncat indah deh ke neraka. Kalau sudah begitu, kita cuma bisa merasakan penyesalan yang sangat sangat dalam karena telah menyiakan kehidupan kita yang sebentar. Akhirnya jadi masuk neraka. Nauzubillahi min zalik.

 

Sukses dunia-akhirat bersama Islam

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Hanya dengan Islam, kemuliaan bisa kita raih. Kalau kamu merasa hidup udah nggak ada harapan, kamu jangan bersedih, Bro en Sis! Masih luas banget kok, pintu taubat dari Allah Ta’ala. Masih ada kesempatan juga untuk memperbaiki diri supaya di masa depan nanti nggak KO. Ingat, tidak pernah ada kata terlambat sebelum nyawa kita dicabut.

Kesuksesan, baik itu di dunia maupun di akhirat, hanya bisa benar-benar diraih dengan hakiki jika kita berada di jalur yang benar, yakni jalur Islam. Ini semua sudah dijanjikan sama Allah Ta’ala lho! Dalam surat Thaha ayat 123-124, Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” Catet baik-baik dalam otak kalian.

So, mulai sekarang kita harus menyadari sebenarnya apa makna kehidupan ini. Mengapa manusia ini diciptakan? Apa tujuan Allah Ta’ala menciptakan semua ini, dan semua pertanyaan-pertanyaan lainnya yang jawabannya sudah disediakan secara lengkap dalam al-Quran. Jadi remaja muslim, jangan malas menuntut ilmu, dong! Tanpa ilmu, kita bisa sesat dalam menjalani hidup ini. Nah, yang namanya tersesat dalam kehidupan itu lebih nggak enak daripada sekadar tersesat pas nyari warteg terdekat. Manfaatkan masa muda dengan mencari ilmu sebanyak-banyaknya.

Jika kita mengerti banyak ilmu, terutama ilmu agama Islam ini, maka kita akan lebih banyak berpikir dan merenung, serta memperbanyak zikir dan ibadah. Karena dengan ilmu, kita bisa membuka jendela-jendela pengetahuan secara lebih luas. Orang yang nggak punya ilmu biasanya maunya cuma senang-senang aja. Itu karena nggak ada yang dipikirkannya kecuali sekadar memenuhi hawa nafsunya!

Mulai sekarang, tinggalkanlah hal-hal remeh dan nggak penting dalam hidupmu, lalu mulailah fokus pada hal-hal yang mungkin akan berguna untuk masa depanmu nanti. Tetapkan impianmu setinggi-tingginya, dan berjuanglah untuk itu. Jangan lupa, teruslah berdoa meminta kepada Allah Ta’ala agar diberikan dua kebahagiaan, yakni di dunia serta di akhirat.

Akhirnya, tulisan ini saya tutup dengan sebuah pantun: Mendirikan tenda di tengah hutan, pada malam hari lentera dihemat. Jadi remaja muslim yang beriman, harus bahagia di dunia dan di akhirat. Semangat! [Hawari | Twitter @hawari88]

1 thought on “Tentukan Masa Depanmu!

  1. tamat sekolah saya sudah punya tujuan mau apa selanjutnya, saaya ingin kuliah di luar kota mengambil jurusan animasi. tapi tidak kesampaian, jadi semua itu tidak semudah itu

    Ya, memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi jika sudah dicita-citakan, dan diupayakan semaksimal yang mampu dilakukan, jika pun gagal tetap berusaha sehingga suatu waktu Allah Ta’ala mengizinkan. Jangan hanya mengandalkan pada keyakinan diri, tetapi yg utama adalah keimanan kepada Allah Ta’ala. Sehingga ketika gagal bukan berarti selesai semuanya. Bisa mencoba belajar yg lain. Selain itu, cita2 utk kehidupan akhirat jauh lebih baik utk dicita-citakan dan diupayakan. Sehingga, jangan sampai gagal di akhirat. Gagal di dunia masih bisa mencoba lagi. Lalu, bagaimana jika gagal di akhirat? Rugi selamanya.

    redaksi gaulislam

Comments are closed.