gaulislam edisi 413/tahun ke-8 (7 Dzulhijjah 1436 H/ 21 September 2015)
Alhamdulillah, kita masih diberikan kehidupan oleh Allah Ta’ala. Masih diberikan kesempatan untuk merasakan kenikmatan dunia. Bisa mewujudkan agenda hari ini di sekolah, bisa berharap mencapai cita-cita yang diinginkan, dan masih banyak hal lain yang sudah kita rencanakan untuk meraihnya. Sudah tercapai, bersyukurlah. Jika belum tercapai dan masih diupayakan, tetaplah bersabar dan cari cara terbaik untuk mendapatkannya. Ya, inilah hidup. Tugas kita adalah berjuang untuk mengupayakan semua keinginan kita. Namun, jangan lupa bahwa sebagai makhluk ciptaan Allah Ta’ala, kita wajib untuk beribadah kepada-Nya, dan juga mengikuti apa yang Allah Ta’ala tetapkan dalam aturan-aturan-Nya. Ini juga termasuk dalam bagian perjuangan dan tentu saja tak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Setuju? Harus!
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kalo ngomongin soal berkorban, apalagi menjelang Idul Adha nih, biasanya identik dengan hewan kurban. Hehehe.. ada sapi dan ada kambing. Nggak salah juga sih, biasanya orang kan berpikir sesuai konteks. Lagi dekat-dekat Idul Adha, lalu orang banyak ngomongin tentang kurban, ya identik dengan ibadah kurban. Padahal, sepanjang hidup kita pun tak jauh dari istilah berkorban. Khususnya terkait dengan upaya yang kita lakukan. Mau belajar di sekolah aja kan butuh pengorbanan. Ortu kita kan udah ngasih makan, ngasih uang jajan, ngasih tahu supaya memanfaatkan waktu dan agar jangan menyia-nyiakan kesempatan belajar. Nah, semua itu dilakukan sebagai bentuk perjuangan ortu demi kebaikan anaknya. Tentu saja, untuk melakukannya butuh pengorbanan tak sedikit, baik harta maupun tenaga.
Itu sebabnya nih, sebenarnya pengorbanan yang dilakukan biasanya sebanding dengan perjuangan yang sudah dikerahkan. Berbahagialah kalo kamu bisa dapetin keberhasilan dari upaya yang kamu lakukan. Misalnya aja pengen jadi juara umum di sekolah. Perjuangan yang kamu lakukan adalah belajar dan terus belajar. Untuk mendapatkan belajar yang maksimal, jelas butuh pengorbanan uang, tenaga, dan juga waktu. Ini bukti bahwa perjuangan memang tak lepas dari sebuah pengorbanan yang diberikan. Bersyukurlah jika hasilnya sesuai yang kamu harapkan, tetapi jika tak sesuai meski sudah berjuang keras, tetaplah bersabar. Evaluasi lagi ikhtiarmu, lalu berjuang lagi. Kadang, untuk mendapatkan sesuatu tak langsung sekali perjuangan. Bisa saja membutuhkan berkali-kali berjuang dan berkali-kali berkorban. Selama niatnya ikhlas dan caranya benar, Allah Ta’ala akan menghargai perjuangan dan pengorbananmu. In sya Allah.
Beragam bentuk perjuangan
Sobat gaulislam, banyak orang berjuang dalam kehidupannya. Ada yang berjuang agar bisa mendapatkan harta yang sesuai keinginannya, ada yang berjuang karena ingin mendapatkan pasangan hidup yang akan dinikahinya, ada yang berjuang agar bisa tetap hidup meski menderita sakit berat, ada yang berjuang demi mempertahankan keluarganya, ada banyak yang berjuang demi menyelamatkan diri dari gangguan orang atau pihak lain, dan masih banyak lagi ragam perjuangan.
Pada 2 September 2015 dunia dikejutkan dengan foto seorang anak di bibir pantai Bodrum, Turki. Foto Aylan dengan wajah tersungkur ke pasir. Celana pendek biru dan kaos merah yang dikenakannya mengguncang dunia. Foto yang memilukan. Diketahui kemudian, nama anak itu adalah Aylan. Anak pengungsi Suriah. Bersama Abdullah, ayahnya, mereka sekeluarga (dan ribuan keluarga lainnya) ingin mengungsi dari Suriah. Berharap pagar-pagar di tepian negara-negara Eropa bisa dibuka dan menampung mereka. Ribuan pengungsi Suriah berusaha menerobos tepi-tepi Eropa. Namun, apa daya, Aylan dan ibunya menjadi korban dari sekian korban lainnya dari para pengungsi yang kapalnya karam dan tubuh mereka terhempas hingga ke Semenanjung Bodrum, Turki dalam perjalannya menuju Pulau Kos, di Yunani. Hanya Abdullah, sang ayah yang selamat dari keluarga itu. Sementara Aylan, dan Galip kakaknya, serta Rehan ibunya ikut tewas dalam perjuangan yang memang mengorbankan nyawa mereka pada akhirnya.
Kaum muslimin di Palestina pun tak kunjung merasakan kebebasan. Sebab, Zionis Israel masih menguasai wilayah tersebut sejak 1948. Perjuangan mereka terus dilakukan, dan tentu saja banyak korban bertumbangan demi perjuangan tersebut. Jika kita mau menjelajahi informasi dan fakta perjuangan kaum muslimin di negeri lainnya (termasuk di negeri kita), niscaya kita akan mendapatkan banyak pengetahuan dan menumbuhkan empati kita. Di semua benua (Asia, Eropa, Afrika, Australia, Amerika) ada saudara kita, lengkap dengan masalahnya, perjuangannya, dan tentu saja pengorbanannya. Inilah kehidupan, pasti ada perjuangan yang membutuhkan pengorbanan.
Sejak kecil saya sendiri sudah diajarkan untuk berjuang dalam meraih harapan. Ibu saya mengajarkan juga tentang konsekuensi sebuah perjuangan, yakni pengorbanan. Walau saat itu yang dicontohkan adalah meraih cita-cita dan untuk mendapatkannya saya harus belajar lebih giat sebagai bentuk pengorbanan. Saya sendiri mulai berpikir lebih jauh tentang kepedulian kepada orang lain dan pentingnya perjuangan adalah ketika masa SMA di awal tahun 1990-an. Saya dikenalkan tentang Islam dan perjuangannya oleh para alumni rohis. Diberikan pemahaman bagaimana peduli dengan sesama melalui dakwah. Selain belajar al-Quran dan hadits, nasyid islami juga marak saat itu. Menjadi seru karena ada banyak juga kawan yang terinspirasi dengan kegiatan islami.
Salah satu nasyid yang terkenal waktu itu judulnya “Berkorban Apa Saja” yang disenandungkan Nada Murni, grup nasyid asal Malaysia. Mau tahu liriknya? Sedikit aja ditulis di sini, sisanya silakan kamu searching di internet ya. Nih, sebagian liriknya, “Di dunia ini tiada undang-undang mulia/ Selain mengambil panduan al-Quran/ Sunnah Rosululloh/ Mari bersama kita memperjuangkannya/ Agar kita berjaya dunia dan akhirat/ Moga Alloh yang pengasih meredhoi kita/ Berkorban apa saja agar Islam mulia/ Tingkatkan iman dan takwa/ Nilai hamba di sisi Alloh/ Tingkatkan iman dan takwa/ Nilai hamba di sisi Alloh”
Ya, berkorban demi Islam mulia adalah bagian dari perjuangan kita. Seharusnya begitu, memang. Bagaimana dengan kita saat ini? Semoga kita tak melupakan berjuang untuk Islam dan berkorban dalam mendapatkannya, disamping tentu banyak hal lain yang ingin kita perjuagkan dan siap berkorban karenanya, seperti: menjadi pelajar muslim sukses, mendapatkan tempat pendidikan terbaik, pekerjaan terbaik, bisa bekeluarga kelak, menjadi pribadi unggul dan sukses, dan lain sebagainya. Siap?
Rela berkorban
Sobat gaulislam, ada baiknya kita menyimak firman Allah Ta’ala, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS al-Baqarah [2]: 214)
Dalam ayat ini menunjukkan bahwa perjuangan itu memang berat, dan sudah pasti menanggung berbagai bentuk penderitaan sebagai konsekuensi dari pengorbanan dalam perjuangan. Itu sebabnya, ketika berjuang seharusnya kita udah siap menghadapi segala bentuk ancaman dan penderitaan dan itu artinya siap dan rela berkorban (harta, tenaga, waktu, dan bahkan nyawa).
Namun jangan khawatir, bagi orang-orang yang beriman dan istiqomah dalam kebenaran Islam, juga yang berjuang mempertahankan keimanannya dengan sabar, akan berbuah surga. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian (istiqomah) mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushshilat [41]: 30)
So, berbahagialah, bersyukurlah dengan karunia yang Allah Ta’ala berikan dari hasil perjuangan dan pengorbanan kita. Nggak ada yang sia-sia, kawan. Selama kita berjuang dengan ikhlas karena Allah Ta’ala dan caranya benar sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga buat kita yang di Idul Adha ini bisa melaksanakan ibadah menyembelih hewan kurban, diterima amal shalihnya karena ikhlas dan benar caranya. Niatnya ikhlas hanya mengharap ridho Allah Ta’ala, bukan karena ingin disanjung oleh manusia. Semoga juga bisa berkorban dalam bentuk lainnya. Misalnya bersedekah, berdakwah, syukur-syukur bisa berjihad. In sya Allah.
Begitu juga, buat kita yang udah biasa bersedekah, menyantuni anak yatim, dan juga berdakwah, semoga bisa juga melaksanakan ibadah menyembelih hewan kurban. Seru banget kali ya? Sebab, pengorbanan itu bisa berarti luas. Jangan sampe, kamu bela-belain ibadah kurban, tapi yang wajib seperti menutup aurat dan shalat lima waktu malah ditinggalkan. Itu aneh namanya. Sunnah dikejar tapi kewajiban ditinggalkan. Harusnya, kewajiban dilaksanakan, sunnah diupayakan. Itu baru bener. Catet ya, Bro en Sis!
Oya, menahan hawa nafsu itu berat. Buktinya banyak di antara teman kita yang malah pacaran. Menahan hawa nafsu itu berat, buktinya banyak di antara teman kita yang malas bangun pagi untuk shalat shubuh, apalagi malas berjamaah di masjid. Menahan hawa nafsu itu berat, buktinya banyak di antara teman kita yang muslimah malah tak menutup aurat karena petimbangan malu atau takut disangka baik (kok?). Menahan hawa nafsu itu berat, buktinya banyak juga kan di antara teman kita malah asik main gim ketimbang belajar dan ibadah. Harus lakukan mujahadah, yakni mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala hal yang menghambat pendekatan diri terhadap Allah Ta’ala, baik hambatan yang bersifat internal maupun eksternal. Tuh, ayo berjuang dan berkorban demi mengharap ridho Allah Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala memudahkan dan memberkahi perjuangan dan pengorbanan kita. Semangat! [O. Solihin | Twitter @osolihin]