Sunday, 24 November 2024, 15:13

gaulislam edisi 432/tahun ke-9 (22 Rabiul Akhir 1437 H/ 1 Februari 2016)
 

Cinta, cinta, dan cinta. Kalo ngomongin ini bawaannya pengen senyum-senyum. Kadang juga jadi sedih, pernah juga malah jadi kesel. Lah, kok bisa gitu? Iya, bisa aja. Suka-suka saya, dong. Orang ini hati, hati saya. Kenapa situ yang repot? Eh, nggak gitu deng… selauw kali, Bro en Sis. Iya, jadi kenapa sih kok saya bisa sedih kalo ngomongin cinta, alasannya: orang sekarang banyak banget yang salah gunain kata ini. Mereka menganggap bahwa cinta itu, ya perasaan suka antar lawan jenis aja. Abis itu, mereka juga harus mengutarakan perasaan itu. Kalo kata temen saya sih ‘nembak’ (mati dong?). Ujung-ujunganya jadilah mereka pacaran.

Sobat gaulislam, kalo yang bikin kesel itu, banyak juga orang yang mengatasnamakan cinta untuk hal-hal yang merusak akidah, naluri, dan mendzalimi diri mereka sendiri, termasuk orang yang dicintainya. Masih inget kan selebritis yang heboh dengan gosip kalau dirinya pindah keyakinan setelah menikah dengan laki-laki non-muslim? Tadinya, si laki-laki ini mualaf dan mereka menikah dengan cara Islam. But, tiba-tiba kabar mengejutkan, si suaminya malah balik lagi ke agamanya dan ngajak istrinya buat ikutan murtad. Mau aja diajak murtad. Naudzubillah.

Are you fallin’ in love, sis?

Hey, Sis. Iya, kamu. Kamu yang lagi fallin’ in love. Ciyee… yang lagi berbunga-bunga. Pasti bahagia ya. Nggak jarang, menurut temen-temen saya yang kayak kamu, Sis, mereka bakal jadi semangat ’45 (perjuangan banget ya kesannya? Tapi orangnya sih bukan generasi tahun 1945, tentunya) ngelakuin banyak hal, kalo lagi jatuh cinta sama incerannya. Mulai dari yang males belajar, jadi rajin karena ada semangat biar si dia tertarik. Ada juga yang jadi rajin sholat sunnah, bahkan sampai yang tadinya nggak pernah bangun malem, buat sholat tahajud, eh langsung bisa melek buat sholat tiap malem. Cuma karena satu hal, biar si dia terkagum-kagum karena kita cewek baik-baik. Rela berkorban duit, dan waktu buat mewujudkan apa yang dia suka, ada pada dirinya. Sesuai sih, sama istilah cinta yang katanya rela berkorban demi apa yang dicintainya.

Tapi, apa yang kayak gini bener, menurut Islam? Kan jatuhnya ngelakuin kebaikannya nggak ikhlas dong. cuma pengen dipandang sama pacarnya. Bukan karena pengen dapetin ridhonya Allah Ta’ala. Terus nih, kan cinta itu bagian dari keimanan. Kalo kamu beriman sama Allah, kamu emang beneran cinta sama Allah? Kok aturan-aturan dalam Quran dan Sunnah dilanggar, sih. Apanya yang dilanggar? Lha, itu kamu malah pacaran. Itu kan melanggar. Artinya, kalo kamu jatuh cinta alias fallin’ in love, tetep kudu tahu aturan, khususnya aturan dalam ajaran agama kita. Setuju ya? Harus!

 

Horror story

Sobat gaulislam, Islam itu keren banget. Mengatur banyak aspek kehidupan, termasuk yang sedang kita obrolin sekarang. Apa? Tentang pergaulan cowok-cewek. Nah, itu dia. Soal cinta dan ekspresinya kudu sejalan dengan aturan Islam. Ekspresi dari rasa cinta itu, ada yang mengaitkannya dengan aktivitas pacaran, maka jadilah banyak remaja yang melakukan pacaran karena menganggap bagian dari ekspresi dari rasa cintanya kepada lawan jenis. Sayangnya, pacaran itu bagian dari mendekati zina. Ini mendekatinya saja dilarang, apalagi berzina. Iya, kan?

Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina. (Karena zina) itu sungguh adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa’ [17]: 32)

Tapi, kenapa banyak yang melarang dan ngejauh dari status ini (termasuk saya sendiri), karena di dalamnya itu loh, banyak banget kemungkinan mudharat yang bakal dialami atau bahkan sampai didapet.

Zaman sekarang ini, banyak terjadi ‘kecelakaan’ karena aktivitas dalam status pacaran. Kecelakaan gimana? Hmm.. kamu belum ngeh ya. Maksudnya karena pacarannya hot sampe berzina, bukan tak mungkin yang cewek akhirnya hamil di luar nikah. Kalo udah kayak gini, horor banget kan? Mau nikah eh masih sekolah, akhirnya tuh janin digugurkan daripada ketahuan sama orang lain jadi bikin malu (pembunuhan tuh!). Meski, ada juga sih ortu yang nekat nikahin anaknya karena udah ketahuan hamil setelah ‘digarap’ sama pacarnya. Kalo dinikahin sama yang menghamilinya sih, habis perkara walau tetap dapat dosa. Tetapi kalo dinikahin sama lelaki lain? Aduh, tambah runyam tuh urusan!

Belum lagi tekanan yang bakal didapet anaknya kelak. Dikatain ‘anak haramlah’ atau apalah itu, ya. Jangan nekat. Kalo kamu baca lagi surat al-Israa ayat 32 di al-Quran, mestinya bakalan hati-hati. Sayangnya, mereka yang pacaran kan bukan saja nggak baca al-Quran, tetapi mereka umumnya nggak ngerti ajaran Islam. Hidupnya ya cuma ngandelin hawa nafsu aja terhadap segala perbuatan yang disukainya. Bahaya banget!

Bagi cowoknya sih gampang, dia bisa kabur tanpa bawa jejak, bahwa dia udah ngehamilin anak orang. Kalaupun memang dia dijebak untuk ngelakuin itu, dia cukup taubatan nasuha, dan kalaupun dia menikah, nggak perlu diungkit-ungkit bahwa dia pernah melakukan zina. Dan masalah, clear.

Sedangkan, kalo si cewek. Nah, ini dia masalahnya. Ok, kalo misalnya dia nggak hamil, masalah bisa dengan gampang ditutupi. Tapi, kalo hamil? Perut makin lama, makin membesar, dan bakal terjadi fitnah di mana-mana. Kalaupun digugurkan, nggak bisa dijamin si bayi aja yang bakal meninggal. Kalo si janin dan cewek ini yang meninggal? Wassalam, deh. Nggak ada kesempatan buat taubat, and finally, dia bakal tanggung hukumannya di akhirat, yang mana bakal jauh lebih pedih daripada hukuman cambuk di dunia.

 

One direction for love

Sobat gaulislam. Cinta or suka sama lawan jenis sih, it’s okay wae. Tapi, menjadikan cinta itu sebagai sesembahan, yang buat kamu sampai bertekuk lutut, rela ngabisin waktu belajar kamu, waktu istirahat kamu, apalagi tugas kamu buat berbakti sama ortumu di rumah, sampe dilalaikan, itu yang nggak boleh. Sama sekali.

Jatuh cinta, dari segi jatuh cinta itu sendiri bukan aib atau dosa, kok. Jatuh cinta itu hal yang manusiawi dan menjadi naluri yang ada secara alamiah buat setiap manusia normal. Nabi, orang suci, orang shalih, dan ulama ngalamin jatuh cinta sama lawan jenis sebagaimana manusia pada umumnya.

Kamu perlu tahu penjelasannya. Dalam sebuah riwayat disampaikan bahwa, “Dari Ibnu Abbas bahwasanya suami Bariroh adalah seorang budak.  Namanya Mughits. (setelah keduanya bercerai) Sepertinya aku melihat ia selalu menguntit di belakang Bariroh seraya menangis hingga air matanya membasahi jenggot. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abbas, tidakkah kamu ta’ajub akan kecintaan Mughits terhadap Bariroh dan kebencian Bariroh terhadap Mughits?” Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “andai saja kamu mau meruju’nya kembali (menikah dengannya).” Bariroh bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau  menyuruhku?” beliau menjawab, “Aku hanya menyarankan.” Akhirnya Bariroh pun berkata, “Sesungguhnya aku tak butuh sedikit pun padanya.” (HR Bukhari)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sendiri bahkan mengajarkan kepada kita bahwa menikah adalah obat yang paling mujarab bagi dua insan yang saling mencintai. Ibnu Majah meriwayatkan; Dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kami belum pernah melihat (obat yang mujarab bagi ) dua orang yang saling mencintai sebagaimana sebuah pernikahan.” (HR Ibnu Majah)

Nash-Nash inilah, dan yang semakna dengannya menunjukkan bahwa menikah adalah solusi syar’i bagi mereka yang jatuh cinta. Tetapi buat kamu yang kini masih sekolah dan emang belum siap, ya jangan coba-coba. Tetapi pacaran pun tetap nggak boleh. Nah!

Inilah cara yang lebih tegas, syar’i, solutif, dan terhormat. Jangan berpikiran bahwa seorang muslimah yang menawarkan diri untuk dinilkahi, adalah perbuatan tercela atau rendah, ya Sis. Justru wanita yang menawarkan dirinya sama seorang lelaki adalah wanita yang ngerti solusi syar’i terhadap problemnya, tegas ngambil keputusan, terhormat karena tahu cara menjaga kehormatannya dengan ikatan pernikahan yang suci, dan mulia karena tahu kepada siapa dia harus mempersembahkan bakti.

Khadijah contohnya. Wanita mulia yang tahu persis kepada siapa beliau mempersembahkan bakti, dan siapa yang pantas jadi imamnya dalam rumah tangga. Dengan ketegasan sikap beliaulah, maka Khadijah bisa bersanding dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Justru sikap yang menjauhi ketakwaan jika seorang wanita mencintai seorang lelaki, lalu perasaan tersebut dipendamnya seraya mengotori hatinya dengan angan-angan tercela. Karena sesungguhnya angan-angan hati ada yang terkategori dosa, loh.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis dibawah ini; Dari Ibnu Abbas dia berkata; ‘Saya tidak mengetahui  sesuatu yang paling dekat dengan makna Lamam (dosa dosa kecil) selain dari apa yang telah dikatakan oleh Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam: “Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla telah menetapkan pada setiap anak cucu Adam bagiannya dari perbuatan zina yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari. Maka zinanya mata adalah melihat, zinanya lisan adalah ucapan, sedangkan zinanya hati adalah  berangan-angan dan berhasrat, namun kemaluanlah yang (menjadi penentu untuk) membenarkan hal itu atau mendustakannya.” (HR Muslim)

Nah, namun balik lagi kepada nilai aulawiyat’, bahwa cinta pada lawan jenis itu baiknya nggak melebihi cinta pada manusia terbaik sepanjang masa, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (HR Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Sekarang, pertanyaan adalah, “Siapakah di antara mereka (Rasulullah dan manusia lainnya) yang lebih sering terlintas di pikiran?”Jawabannya adalah yang ‘paling dicintai’. Kalo kamu siapa? Perbaiki diri, jangan tergoda hawa nafsu, jangan nodai cintamu dengan berbuat maksiat bernama pacaran. Catet ya! [Nisa | Twitter @nissaniza98]

2 thoughts on “Akhwat Fallin’ in Love

  1. Salam, isinya sangat bagus dan sesuai dengan realita kehidupan teman- teman saya. Setiap hari jumat ada dakwah siswa bergilir. Bolehkah saya mengutip beberapa paragraf dari artikel ini dan mencantumkan sumbernya? Teima kasih sebelumnya, Wassalam.

    ‘alaikumussalam,
    Terima kasih atas apresiasinya. Silakan. Semoga bermanfaat.
    Redaksi gaulislam

  2. assalamualaikum kak,maaf bolehkah saya share buletin ini soalnyakata-katanya bagus
    kak

    ‘alaikumussalam. Boleh. Silakan. Tolong cantumkan sumbernya ya. Semoga bermanfaat.
    Redaksi gaulislam

Comments are closed.