Saturday, 23 November 2024, 19:49

gaulislam edisi 458/tahun ke-9 (27 Syawal 1437 H/ 1 Agustus 2016)

 

Sobat gaulislam, meski pro-kontra game Pokemon Go udah nggak anget lagi untuk dibahas, tetapi kita perlu juga ngobrolin dan memberikan opini, serta lebih keren lagi kalo bisa bikin solusi. Ini sekadar melengkapi saja dari apa yang pernah saya bahas untuk edisi lisan berupa talkshow melalui media radio (Program Voice of Islam di MediaIslamNet yang disiarkan di lebih dari 200 radio seluruh Indonesia) dan televisi (di Program Salam Remaja, Wesal TV). So, kalo ingin ada tambahan lebih banyak, kamu bisa nyambangi media yang udah saya sebutin di atas ya. Semoga tambah manfaatnya.

Oya, kalo soal pro-kontra sebenarnya biasa, maen game juga biasa, tetapi kenapa Pokemon Go bisa begitu heboh dibahas? Bahkan media mainstream sekelas majalah Tempo (edisi 18 Juli 2016) saja membahas seputar kegilaan game-mania dalam bermain Pokemon Go. Sekadar sebuah fakta saja, saya kutip tulisan tersebut yang dikemas dalam gaya news feature khas majalah tersebut. Berikut kutipannya:

Berhentilah bermain Pokémon. Dilarang berburu Pokémon di sini. Berbagai imbauan seperti itu kini tersebar di dunia maya dan dunia nyata dalam dua pekan terakhir. Sejak aplikasi game Pokémon Go dirilis pada 6 Juli lalu, tingkah laku orang yang memainkannya memang aneh-aneh. Meme menyindir dan lucu tentang orang memainkan game berbasis augmented reality ini pun bertebaran di media sosial.

Pokémon Go secara resmi baru dirilis di tiga negara: Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Tapi virus kegilaannya sudah menyebar ke mana-mana, termasuk di Indonesia. Cerita keluhan seorang driver Go-Jek yang mengantarkan penumpangnya hanya untuk berburu karakter monster imut Pokémon dan menjadi viral di dunia maya adalah contoh konkret.

“Customer gak jelas order gojek cuma mau nyari permainan yg di aplikasi gak tau mainan apaan, emon emon begitu… gue berhenti di titik b eh bang ayo majuan dikit lg ayo bang.. busett gak tau nangkap apaan tp gpp dpt 73 ribu.. tuh org gua tinggal sambil nyengir2 seneng bgt P’A hahaha,” tulis pemilik akun Panji Vidiantoro II di grup Facebook “Koran Go-Jek Keluhan Driver Customer”.

Screen capture lain yang juga ramai diperbincangkan di kalangan netizen adalah curahan hati seorang pengemudi Uber Motor bernama Fajar Agustus Putra. Di grup “Komunitas Uber Motor Indonesia”, Fajar mengungkapkan pengalaman yang mirip dialami Panji.

“Gue rider uber, abis maghrib gue dapet order call. Pas gue pick up ternyata yg gue pick up orangnya masih remaja. Terus gue starttrip dan di ubermap tidak ada arah tujuan. Pas gue tanya mau kemana eh tu bocah bilang mau nyari POKEMON. Dalam hati gue ngomong “WHAT THE F*** THIS YOUNG!!!” setelah keliling nyari pokemon di bsd city apesnya lagi batrenya abis terus gue minta maaf ama tu bocah. Alhamdulillah itu bocah ngasih uang ke gue cepek,” tulis Fajar mengungkapkan kekesalannya.

Demam Pokémon juga dialami Amalia Utami, 24 tahun. Pegawai bank swasta di kawasan Thamrin, Jakarta, ini bisa menghabiskan waktu sampai lima jam hanya untuk bermain Pokémon Go. “Setiap 15 menit saya buka ponsel untuk lihat Pokémon, siapa tahu ada di sekitar meja kerja,” katanya pekan lalu. Hanya lima hari bermain, dia sudah mencapai level 11 dan mengumpulkan 59 Pokémon. Monster terkuat yang didapatnya adalah Pinsir dengan nilai Combat Poin mencapai 669.

Dunia memang tengah dilanda demam berburu monster virtual dalam game Pokémon Go. Belum seumur jagung keberadaannya, popularitas aplikasi game untuk telepon seluler berbasis Android dan iOS buatan Niantic Labs untuk perusahaan game Jepang, Nintendo, itu langsung meledak. Harga saham perusahaan ini bahkan melambung hingga 25 persen hanya dua hari sejak game tersebut diluncurkan. Jika ditotal, kenaikan harga saham Nintendo mencapai US$ 7 miliar atau setara dengan Rp 91,9 triliun.

Lantas apa yang membuat orang tergila-gila pada Pokémon Go? Kata kuncinya adalah augmented reality. Berkat teknologi ini dan dipadukan dengan kamera ponsel, karakter fiktif Pokémon muncul di alam nyata, bisa di bawah meja, di pohon, atau di jalan raya. Untuk menangkap Pokémon sebanyak-banyaknya, pemain bahkan harus berjalan hingga puluhan kilometer. Dalam menentukan lokasi monster kecil ini, para pemain dipandu global positioning system (GPS) di peta online.

Sobat gaulislam, kutipan di atas cukup menggambarkan bahwa demam Pokemon Go bagi beberapa orang termasuk bikin gila. Lucu ya, untuk sebuah permainan saja, banyak orang serius untuk melakukannya. Di sisi lain, justru untuk banyak hal serius, malah main-main melakukannya. Pokemon Go udah menyihir banyak orang untuk serius dalam permainan, dan membuat mereka main-main dalam pekerjaan yang serius.

 

Perlu kesadaran

Sebagai seorang muslim, tentu saja hidup ini bukan cuma untuk mencari hiburan semata. Kita harus bisa memilih dan memilah setiap perbuatan yang bakal kita lakukan. Jangan sampai kita melaku­kan aktivitas yang tak banyak manfaatnya. Apalagi kalo harus melakukan perbuatan yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.

Bermain game memang tak sampai jatuh kepada perbuatan haram. Alias nggak berdosa main game melalui berbagai media yang ada saat ini. Hanya saja, bila hal itu dilakukan sampai melupakan aktivitas yang lain, terlebih bila main game itu menyedot perhatian kita dari kewajiban, bisa berabe!

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

 

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

 

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976)

Jangan sampai kita diganjar dosa oleh Allah Ta’ala gara-gara asik main game sampai lupa sholat, misalkan. Atau kita betah berjam-jam sampai lupa sekolah. Wuih, keterlaluan banget! Makanya, perlu kesadaran dalam diri kita dalam menyikapi persoalan ini. Nggak bisa main-main.

Kesadaran seperti apa? Nah, ini baru pertanyaan. Begini sobat. Sebagai seorang remaja muslim kita dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik dalam hidup ini. Berperilaku sopan, menjaga kehormatan dan kesucian diri.

Memang, bukan hanya remaja yang dituntut kesadaran tinggi, tapi semua orang. Kita pribadi, orangtua, masyarakat, dan negara harus bekerja sama untuk menciptakan kondisi yang baik. Bukan malah menciptakan situasi yang bikin nggak karu-karuan. Soalnya, kalo ini terjadi secara massal alias meng­global, maka akibatnya juga lebih besar dan lebih gawat. Kita menjadi masyarakat malas dan tidak produktif! Ih, serem amat!

Main game, melalui media apapun, termasuk via smartphone, dikategorikan sebagai permainan atau lahwun dalam bahasa Arab. Kata lahwun diartikan dalam bahasa Indonesia dengan hiburan dan permainan. Dalam al-Quran dan al-Hadits telah menggunakan kata lahwun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah kalian senantiasa berlatih memanah, karena ia sebaik-baik lahwun”. (HR al-Bazzar dan athThabarani dari Sa’ad). Arti lahwun di sini adalah permainan.

Dan arti yang mencakup seluruh makna lahwun di dalam al-Quran dan al-Hadits adalah: Menyibukan diri dalam mengerjakan sesuatu yang dilarang (haram/makruh) atau melakukan permainan yang mubah yang mengakibatkan seseorang menjauh dari aktivitas melakukan perkara yang wajib dan sunnah.

Sementara itu Imam asy-Syathibi menyatakan: “Hiburan, permain­an, dan bersantai adalah mubah atau boleh asal tidak terdapat suatu hal yang terlarang.” Selanjutnya beliau menambahkan, “Namun demikian hal tersebut tercela dan tidak disukai oleh para ulama. Bahkan mereka tidak menyukai seorang lelaki yang dipandang tidak berusaha untuk memperbaiki kehidupannya di dunia dan tempat kembalinya di akhirat kelak, karena ia telah menghabiskan waktu­nya dengan berbagai macam kegiatan yang tidak mendatangkan suatu hasil duniawi dan ukhrawi.”

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dengan sanad shahih: Setiap permainan di dunia ini adalah bathil, kecuali tiga hal; memanah, menjinakkan kuda, dan bermain dengan istri… Yang dimaksud bathil di sini adalah sia-sia atau yang semisalnya, yang tidak berguna dan serta tidak menghasilkan buah yang dapat dipetik (lihat alMuwâfaqât, Jilid I, hal 84).

Sobat gaulislam, yuk benahi diri kita. Jangan sampe kita ketagihan permainan yang nggak ada manfaatnya. Ajak juga kawan-kawan lainnya untuk sadar diri. Salah satunya, silakan kamu sebarin deh isi buletin kesayangan kamu ini. Semoga berbuah pahala dan banyak teman kita yang sadar. Semangat! [O. Solihin |Twitter @osolihin]