gaulislam edisi 462/tahun ke-9 (26 Dzulqa’dah 1437 H/ 29 Agustus 2016)
Kembali, sosok Ulil Absar Abdala si dedengkot JIL (Jaringan Islam Liberal) mengoceh di akun Twitter miliknya. Seperti diberitakan, ia merasa resah dengan fenomena jilbab yang sudah mengalahkan kerudung nusantara. Hah? Memang ada ya kerudung nusantara? Kata Ulil sih kerudung nusantara itu seperti yang dipake Sinta Nuriyah, istrinya Gus Dur. Itu loh kain selendang yang ditaro di kepala ala kadarnya sehingga rambut dan lehernya masih kelihatan. “Gara-gara gelombang ‘Islamisasi’ model Timur Tengah era 80-an, jenis jilbab nusantara itu tergusur. Amat disayangkan.” Tulis Ulil di akun Twitter miliknya, Kamis (18/8/2016).
Seorang pemilik akun @natul_aina menanggapi isi Twitt Ulil dengan menunjukkan foto kerudung wanita Sumatera zaman dulu yang menutupi rambut dan leher. Menurutnya, kerudung versi Ulil –yang selendang tadi- mungkin hanya di Jawa sedangkan di Sumatera berbeda. Jadi, istilah kerudung nusantara nggak tepat. By the way, Ulil Absar itu memang sudah dikenal sebagai pentolannya JIN, eh JIL. Gencar membuat pernyataan kontroversi, sesat dan berbahaya karena nyeleneh dari ajaran Islam. Akibatnya, nggak sedikit juga yang terpengaruh dan termakan omongannya. Sebelumnya, Musdah Mulia si tokoh liberal juga mengatakan bahwa jilbab itu budaya Arab dan bukan kewajiban.
Sobat gaulislam, pendapat Ulil dan Musdah Mulia tentu saja salah. Inget ya, jilbab dan kerudung itu beda. Nggak bisa disamain. Persamaannya, keduanya untuk menutup aurat wanita. Kerudung yang dalam bahasa Arab disebut khimar adalah kain penutup kepala yang menutupi sampai dada. Kalo jilbab mah gamis yaitu baju terusan panjang yang menutupi sampai kaki. Sampai sini sudah paham kan? Catet ya! Awas loh kalo sampai salah bedain mana jilbab dan kerudung.
Soal kain selendang tadi juga nggak bisa dibilang kerudung nusantara. Sejak zaman baheula jilbab dan kerudung sebenarnya sudah dikenal di beberapa daerah Indonesia. Seperti pada masyarakat Aceh, Minangkabau dan Bima. Hanya saja, nggak banyak tulisan yang memuat sejarahnya sehingga informasinya sedikit. Tapi ada beberapa situs yang memuat tentang kerudung yang sudah dipakai oleh wanita zaman dulu. Bahkan di antaranya pejuang kemerdekaan, loh. Oya, sempat juga beredar kabar yang mengatakan bahwa Kartini dan Cut Nyak Dien aslinya berkerudung. Wallaahu a’lam.
Jilbab bukan budaya Arab. Walaupun wanita Arab sudah lebih dulu memakainya, kita nggak bisa asal nyebut itu budaya mereka. Sebelum Islam datang, malah mereka nggak tahu dan memang nggak ada. Yang ada mereka suka memakai dan memamerkan anting dan perhiasan di tubuhnya. Kerudung dan jilbab adalah perintah Allah Ta’ala kepada wanita muslimah di belahan dunia manapun. Firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Ahzaab [33]: 59)
Tuh kan, jelas banget bahwa Allah Ta’ala memerintahkan kepada wanita muslimah secara umum. Nggak ada kan kata-kata wanita Arab di ayat tadi? Masih mau bilang kalo jilbab budaya Arab? Berarti sudah membantah firman Allah tuh. Taubat aja deh.
Jilbabin hati dulu?
Bro en Sis rahimakumullah pembaca setia gaulislam. Kamu sudah nggak asing kan dengan kalimat jilbabin hati? Iya, masih sering terdengar di telinga. Nggak tahu darimana asalnya tuh kalimat. Yang jelas, itu sering dijadikan dalih oleh kebanyakan wanita ketika diajak berjilbab. Siapa tuh? Temennya ngajak pake jilbab eh bilang nggak berjilbab itu nggak apa-apa. Mau jilbabin hati dulu. Gitu katanya. Eh, memang ada ya jilbab buat hati? Ngawur banget alasannya. Berarti nggak pake celana juga ora popo, nggak pake baju juga nggak apa-apa? kan jilbabin hati dulu. Mau nggak tuh? Nah, kalo yang laki-laki ketika diajak manjangin jenggot mungkin bilang gini, mau jenggotin hatinya dulu. Hahaha. Bisa aja, kan?
Alasan lain yang membuat orang enggan berjilbab karena ngelihat yang berjilbab pun masih ada yang belum bener hidupnya. Masih pacaran, jarang sholat, ngelawan ortu, suka ngegosip dll. Malu-maluin agama. Sekalian aja nggak usah pake. Mending yang nggak berjilbab tapi perilakunya baik. Jilbabin hati dan perbaiki diri dulu lah! Waduh, kok perbandingannya gitu? Banyak juga kan wanita berjilbab dan perilakunya baik? Kenapa nggak dibandingin sama mereka? Hayo..
Oya, kenyataan ini kadang membuat andilau alias antara dilema dan galau. Sudah kepengen berjilbab tapi jadi takut nanti tetap maksiat. Jadinya milih perbaikin diri dulu. Sholatnya yang digiatin, puasa sunnah dilakuin tapi belum juga pake jilbab. Ini sih namanya sudah nyerah sebelum perang. Belum juga nyoba sudah takut duluan. Gimana sih? Justru kalimat jilbabin hati itu membuat kamu menunda-nunda dan lalai dengan perintah Allah Ta’ala. Berjilbab itu wajib. Sholat juga wajib. Patuh sama ortu, apalagi.
Ibarat sebuah rumah mewah yang bertingkat. Perabotannya bagus dan mahal. Di dalamnya ada perhiasan yang harganya miliaran rupiah. Tentu saja kan pemiliknya akan ngasih perlindungan ekstra. Rumahnya dikasih pagar, dijaga sama satpam bahkan dipasang CCTV. Tapi gimana jadinya kalo rumah itu nggak dikunci, nggak dipagar, nggak ada pintu, nggak ada Pak Satpam apalagi CCTV? Bisa lebih mudah dibobol maling, kan? Gimana harta bisa terlindungi kalo rumahnya saja nggak ada pintu, jendela atau pagar? Nah, hati kita itu ibarat harta di dalam rumah. Gimana mungkin mau jilbabin hati, melindungi hati dari perbuatan maksiat kalo kita sendiri belum melindunginya dari luar yaitu dengan berjilbab? Let’s think!
Seorang wanita yang sudah menyadari kewajiban berjilbab lalu melaksanakannya maka dia akan berusaha menjadi lebih baik. Berjilbab pun adalah cara untuk menjadi pribadi baik di mata Allah Ta’ala. Tapi inget ya, bukan berjilbab karena asal ikutan tren saja dan berharap pujian dari manusia. Rugi banget deh! Masih mau bilang belum siap berjilbab? Terus kapan siapnya? Memang tahu hidup di dunia sampai kapan? Kalo keburu dicabut ajal gimana? Rugi pastinya. Nah, sudah tahu kewajiban berjilbab harusnya segera melaksanakannya. Jangan menunggu hati jadi baik. Nggak ada lagi kalimat jilbabin hati dulu. Mau hatinya baik ya jilbabin juga tubuhnya. Oke?
Melawan dengan jilbab
Sobat gaulislam, sampai sini mungkin kamu belum paham apa sebenernya maksud judul buletin kali ini. Soal jilbab adalah perlawanan. Apa sih yang dilawan? Memang bisa ya melawan sesuatu dengan jilbab? Penasaran ya, hehe. Sampai hari ini masih banyak kan wanita yang dengan santai mempertontonkan auratnya? Rela mengurai rambutnya, berpakaian serba mini sehingga lekuk tubuhnya pun bisa dinikmati orang lain. Yang berkerudung tapi baju dan celananya ketat, pake rok tapi ada belahan pinggirnya dll. Pengen kelihatan cantik dan menarik. Gaya-gaya hijaber yang nggak syari pun diikuti. Asal tahu saja Bro en Sis, kenyataan seperti ini nggak lepas dari pengaruh budaya asing Barat.
Orang Barat memandang bahwa pakaian adalah bagian dari kebebasan. Siapa pun bebas berpakaian semaunya (termasuk tidak berpakaian). Wanita yang mengikuti budaya mereka diagungkan. Mereka menyerang pemahaman para muslimah dengan mengatakan bahwa jilbab itu kuno dan membatasi gerak wanita dalam berkarya. Kaum feminis pun bersuara sama. Berbagai model pakaian ala Barat yang serba kekurangan bahan dikenalkan untuk menjauhkan muslimah dari jilbab. Celakanya, banyak yang tergoda dan mengikuti mereka. Nggak heran di masyarakat kita ada wanita yang memakai rok mini, hot pants, tank top dll. Andai mereka tahu, sebenarnya mereka korban karena jadi objek pemuas nafsu belaka. Hampir setiap hari terjadi pelecehan seksual terhadap wanita.
Maka, kita sebagai kaum muslimin harus melawan dan menolak pandangan tersebut. Jilbab adalah salah satu bentuk perlawanan kita. Bagi muslimah pakailah jilbab. Buktikan bahwa kita merasa nyaman dan aman berjilbab. Jilbab nggak menghalangi berbagai aktivitas yang dilakukan. Yakinlah, Allah Ta’ala pasti akan menolong hamba yang menolong agama-Nya. Firman-Nya (yang artinya): “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7)
Berjilbab syar’i
Nah, sobat gaulislam. Sekarang sudah saatnya kita belajar dan perdalam ajaran Islam. Sudah ada standar pakaian wanita dalam Islam. Begitu mulianya Islam sampai hal pakaian pun diaturnya. Tentu saja semua itu untuk kebaikan para wanita muslimah. Memberikan identitas keislamannya, melindungi dari tindak kejahatan, mencegah zina, memberikan rasa aman, nyaman dan ketenangan. Firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS al-A’raaf [7]: 26)
Pakaian takwa itu adalah kerudung dan jilbab. Dipakai ketika berada di luar rumah seperti ke pasar, sekolah, jalan dll. Inget, jilbab syar’i itu baju kurung yang longgar, nggak ketat, nggak tipis dan menutupi kaki. Sebelum pake jilbab, kita pake pakaian rumah dulu alias pakaian mihna seperti daster, kaos, celana atau rok. Bagian kepala lengkapi dengan kerudung yang menutupi sampai ke dada ya. Oya, untuk bagian kaki kita bisa pake kaos kaki. Meskipun jilbab sudah panjang tapi dalam kondisi tertentu mengharuskan kita mengangkatnya loh misalnya saat naik angkutan umum.
Nah, sudah tahu hukum berjilbab sekarang tinggal kamu amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Siap nggak siap yang namanya kewajiban harus dilaksanakan. Jangan lagi bilang belum siap apalagi kalo mau jilbabin hati dulu. Oke girls? Yuk, berjilbab! [Muhaira | email: iraazzahra28@ymail.com]