Wednesday, 4 December 2024, 02:04

gaulislam edisi 476/tahun ke-10 (5 Rabiul Awwal 1438 H/ 5 Desember 2016)

 

Sobat gaulislam, yang insyaAllah muslim dan muslimah sejati. Wih, wih, pasti lagi pada nyiapin buat ujian, yah, sekarang? Cie, yang lagi hafalan, ngerjain soal, ngitung-itung dan yang cuma baca-baca aja.

Dulu, waktu masih di sekolah umum aku juga sama kok kayak kalian, pas mau ujian entah itu harian, semester atau kenaikan kelas pasti kelimpungan buat belajar. Apalagi pas mau UN. Ugh, pusingnya tuh, tujuh keliling. Yang dipikirin cuma belajar, belajar, belajar. Siang malem cuma belajar, malah ada yang sampe begadang. Walau nggak semua pelajar pas ujian sibuk mempelajari materi sih, sebab ada aja yang masih bersantai-ria karena udah punya jalan pintas masing-masing.

Duh, duh, kadang aku sering iri sama temen-temen aku yang setiap ujian keliatannya santaaai banget. Nggak pusing pertanyaan ini jawabannya apa, soal ini rumusnya kayak gimana jawabannya apa, dan sejenisnya. Biasanya orang yang santai pas ujian itu ada dua tipe. Yang pertama santai karena memang sudah belajar dari jauh-jauh hari banget dan percaya diri sama kemampuannya. Yang kedua santai karena udah ada rencana buat mintain jawaban.

Pernah tuh, iseng banget aku merhatiin seisi kelas waktu ujian. Awal-awalnya heniiing banget, tawon lewat aja diabaikan. Fokus sama urusan masing-masing. Di pertengahan, keributan-keributan aneh mulai kedengaran dari siulan, suara bisikan sampe barang jatoh. Kalo pengawas keluar ruangan, suasana makin ramai tapi hening lagi kalo pengawas udah masuk. Detik-detik waktu ujian mau abis, suasana lebih ramai lagi. Bahkan ada yang sampai jalan ke sana ke mari buat dapetin jawaban.

Padahal tiap sebelum ujian dimulai, guru agama dengan sabar dan rajin ngingetin supaya berbuat jujur dan hanya mengandalkan kemampuan sendiri. Dan Allah, Maha Mengetahui apa saja yang manusia kerjakan. Tapi tetep aja, nggak sedikit siswa yang mengabaikannya.

Bro and sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Aku mau nanya, kenapa sih kalian belajar sampe segitunya bahkan bela-belain nyontek pas mau ujian? Jawaban sederhananya sih, takut nilainya jelek. Jadi, gimanapun caranya pengen nilai yang bagus dan bisa ngebanggain orang tua dan nggak malu karena dapet nilai jelek.

Awalnya aku juga punya pendapat yang sama. Buat dapetin nilai yang bagus aku sampe bela-belain nyontek ke temen karena ragu jawaban aku bener atau nggak. Sampe kelas satu SMP aku masih belajar giat waktu mau ujian dan tetep nyontek walaupun udah belajar.

Waktu hasil ujian dibagiin, aku kesel sendiri karena hasilnya nggak memuaskan. Belajar udah, nyontek ke temen yang lebih pinter udah, tapi tetep aja dapet nilai jelek. Dari situ aku bertanya-tanya sendiri, kok bisa nilai aku jelek?

Satu-satunya jawaban yang aku temuin adalah, mungkin Allah marah sama aku karena nggak jujur waktu ngerjain ujiannya. So, sejak saat itu, setiap ujian entah harian, semesteran, kenaikan kelas dan UN, aku mengandalkan kemampuan sendiri buat ngejawab soal. Dan tiap ada niatan mau nyontek aku selalu bisikin dalam hati supaya nggak ngelakuin itu, karena takut nanti Allah marah sama aku.

Dan . . . jeng, jeng, setiap hasil ujian dibagiin, meskipun nilainya jelek tapi entah kenapa aku seneng karena ngerjainnya dari usaha sendiri.

 

Bukan segalanya

Sobat gaulislam yang inyaAllah muslim dan muslimah sejati. Tahu nggak kalo sebenernya ujian yang kita namakan ulangan setiap harinya itu bukanlah segalanya? Untuk ulangan harian, itu cuma mengulang materi yang sebelumnya sudah dipelajari dan agar tahu, apakah kita sudah mengerti dan paham betul tentang materi itu atau belum. Dan yang paling penting itu cuma batu loncatan apakah kita sudah bisa masuk ke materi selanjutnya atau belum.

Ulangan semester juga begitu. Hampir semua materi yang sudah dipelajari diulas kembali lewat ulangan semester supaya bisa masuk ke semester selanjutnya. Walaupun nilai kita di bawah KKM tapi lewat remedial-remedial kita langsung masuk ke semester berikutnya.

Sama halnya dengan ulangan harian dan semester, ulangan kenaikan kelas nggak cuma ngulang pelajaran yang udah dipelajari dan sebagai tolak ukur udah sampe mana kemampuan kita dalam belajar, tapi juga sebagai batu loncatan untuk naik ke kelas selanjutnya.

Tiap-tiap ulangan yang kita lakukan di sekolah hanyalah batu loncatan untuk masuk ke taraf-taraf selanjutnya. Nilai yang diterima dari tiap ulangan dimasukkan ke rapot dan selesai UN, semua nilai yang kita dapatkan dari ulangan-ulangan digabungkan dan mendapatkan ijazah. Yang nantinya ijazah ini akan mengantar kita ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Setuju? Kudu!

Pada dasarnya, nilai dibuat hanya untuk mendapatkan ijazah. Apa gunanya ijazah? Ijazah SD didapetin buat masuk ke SMP, setelah itu ijazah SD tidak diperlukan lagi. Ijazah SMP buat masuk ke SMA, setelah itu ijazah SMP nggak dipake lagi. Ijazah SMA buat masuk perguruan tinggi atau kerja. Yang nantinya belum tentu pula mendapatkan pekerjaan, walau sebagus apapun nilai yang didapat. Setelah lulus dari perguruan tinggi dan mendapat gelar? Belum tentu juga bisa mendapat pekerjaan atau sukses dunia-akhirat. Buktinya, banyak para sarjana yang malah tidak punya pekerjaan padahal mereka punya gelar. Duh, duh, jangan sampe deh Bro en Sis kayak gitu juga.

Well, well, ujian yang biasa kita lakukan di sekolah itu bukanlah segalanya. Jangan khawatir nilai kita jelek lalu nggak bisa ngebanggain orang tua karena nilai yang jelek. Apalagi merasa malu karena mendapatkan nilai yang jelek. Biasa aja, Bro en Sis.

Masih banyak cara kok buat ngebanggain orang tua selain nilai yang bagus. Mereka juga pastinya bakal lebih bangga kalo anak-anaknya sholeh dan sholehah, rajin ibadah, baca al-Quran dan taat pada orang tua dari pada nilai bagus (apalagi kalo hasilnya dari nyontek!).

 

Ujian yang sesungguhnya

Bro en Sis yang insyaAllah muslim dan muslimah sejati, mau nggak aku kasih fakta yang mengejutkan?

Jadi, sebenernya ujian yang kita biasa lakuin di sekolah dengan kertas itu bukanlah ujian yang sesungguhnya. Kok bisa gitu? Karena, Allah memberikan kita ujian sesungguhnya saat kita mengerjakan soal. Kalau kita memilih untuk berbuat kecurangan saat itu, maka kita gagal dalam ujian. Tapi kalau kita mengabaikan bisikan setan dan percaya dengan kemampuan sendiri, dan bersabar terus agar tidak tergoda untuk mencontek, maka kita sudah lulus dari ujian yang Allah berikan. Beneran, lho.

Dijelaskan dalam al-Quran surat Muhammad ayat 31, “Dan sesungguhnya, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu.”

So, Bro en Sis yang insyaAllah muslim dan muslimah sejati. Ujian yang Allah berikan kepada kita bisa terjadi di mana saja tanpa ada penetapan waktu yang pasti kayak ulangan di sekolah. Tahu apa ujian yang Allah kasih? Biasanya sih cobaan, dari mulai hal yang paling kecil sampai besar. Dan kepada setiap orang Allah memberikan cobaan yang berbeda-beda. Meskipun begitu, Allah tidak akan membebani hamba-Nya kecuali yang memang sesuai kesanggupannya. Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS al-Baqarah [2]: 286)

Oya, ujian yang Allah kasih ke kita tujuannya jelas dan hasilnya lebih memuaskan dari pada ijazah yang cuma buat masuk ke jenjang selanjutnya. Sabda Rasulullah salallahu alaihi wassalam, “Tidak ada satupun musibah (cobaan) yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, melainkan dengannya Allah akan mencatat untuknya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahnnya.” (HR Muslim)

See? Eh, salah salah, maksudnya, read? Ujian yang Allah kasih menggiring kita ke surga-Nya karena dapat menambah pahala atau malah menghapus dosa.

Sobat gaulislam, kalau mau ujian, jangan tegang dan panik sendiri sampe-sampe belajar dua puluh empat jam buat ujian. Apalagi sampe bela-belain nyontek supaya dapet nilai bagus. Ujian yang kita sebut ulangan di sekolah itu bukan segalanya dan jangan dijadiin problem yang menjemukan. Cukup santai dan jalani, kalo Allah aja memberikan ujian yang pasti bisa dilalui hamba-Nya, apalagi guru. Betul, kan?! Lagian kalo kita nyontek saat ujian, itu terkategori nggak jujur.

Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta.  Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Muslim no. 2607)

For the end, salam semangat buat yang lagi ujian, santai dan tetap jujur. Inget, Allah bisa melihat dan mendengar segala yang kalian lakukan! [Zadiawillyaaziza” Marda]