Friday, 22 November 2024, 04:02

gaulislam edisi 544/tahun ke-11 (8 Rajab 1439 H/ 26 Maret 2018)

 

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Masih semangat kan buat belajar Islam lebih luas? Harus dong! Saya aja udah semangat duluan, nih. Buktinya aja awal-awal udah heboh nyapanya. Hehehe… Biarin! Oke, di edisi kali ini, kita akan bahas tentang jilbab dan cadar di medsos. Siap-siap, ya!

Heran nggak sih kalau lihat akhwat berjilbab suka selfie? Sebenarnya nggak terlalu sih. Cuma, yang diheranin tuh, akhwat berjilbab plus bercadar tapi doyan selfie. Haishh, bingung, sih. Habisnya, tujuan dari berjilbab (termasuk yang melengkapinya dengan bercadar) itu kan selain melaksanakan syariat Islam, juga untuk melindungi diri dari mata-mata jahat yang melihat kita. Nah, tapi kenyatannya, di zaman sekarang banyak sekali akhwat yang mengabaikan tujuan dari apa yang mereka pakai. Apalagi sekarang banyak banget selebgram bercadar dengan ribuan follower-nya. Kebayang kan, gimana banyaknya mata-mata yang sudah menikmati keindahan akhwat bercadar. Mungkin kamu berpikir, “Kan bercadar, jadi no problem, dong.” Eits, malah itu masalahnya, Sis.

Namun memang di sisi lain, banyak yang bercadar sesuai tujuan, yaitu menjaga iffah dan izzah mereka. Ataupun niatnya buat jualan busana muslimah. Ya, pasti dong kalau jualan cadar plus jilbab online di instagram, harus ada fotonya (walau lebih aman tampilkan aja foto jilbab dan cadarnya, jangan sama orangnya). Tapi, akhwat yang bercadar namun melenceng dari tujuan juga nggak kalah banyak, tuh. Salah satu contohnya, sebagaimana yang telah disebut di atas, ya.

Di media sosial, khususnya Facebook dan Instagram, bertebaran tuh akun-akun para akhwat bercadar. Nah, dari situ, saya melihat bahwa akhwat yang bercadar itu sangat cantik dan anggun. Astaghfirullah, padahal udah tertutup, lho. Kok masih ada yang tertarik, ya. Dengan begitu kita dapat menyimpulkan, bahwa meluruskan niat itu penting. Kalau nggak, nanti jadinya malah bawa mudharat sendiri bukan malah melindungi. Jangan mau rugi, gaes!

 

Ridho Allah, bukan ridho manusia

Sobat gaulislam, apa yang seharusnya kita harapkan dari menutup aurat? Pastilah ridha dari Allah Ta’ala, dong. Lha, kalau tujuannya jadi selebgram yang pamer kecantikan meski sebagian besar wajah tertutup cadar, gimana Allah mau ridha, coba? Berarti kita mengharapkan nikmat duniawi doang, dong. Ridho dari manusia, dong? Ketenaran, nggak bakalan ngejamin kita buat masuk surga, Bro en Sis. Allah menyuruh kita untuk menutup aurat agar kita mudah dikenal. Dikenal sebagai apa? Sebagai seorang muslimah. Sehingga kita bisa mendapatkan rahmat dan juga terhindar dari fitnah.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang-orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilababnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak digangggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.” (QS al-Ahzab [33]: 59)

Tuh, jadi jangan sampai kita menutup aurat, tapi masih aja doyan cekrek-cekrek habis itu upload-upload demi liker yang banyak. Seharusnya, dengan semakin tertutupnya diri kita, semakin pula kita taat pada Allah. Bukan malah jauh dari tuntunan dan melencengkan niat kita dalam menutup aurat. Menutup aurat bukanlah untuk pamer kecantikan, dan membanggakan diri hanya karena keindahan fisik kita, lho. Kalau gitu sih, apa bedanya kita dengan wanita yang tidak menutup aurat? Palingan cara berpakaiannya yang beda, tapi niatnya sama aja. Jangan-jangan dosanya juga nggak jauh beda, kan? Capek, deh!

Sebagaimana perintah Allah di surah al-Ahzab ayat 59, kita berjilbab, menutup aurat agar kita menjadi muslimah yang taat pada Allah dan agar tak sembarang orang dapat melihat kita sehingga mengakibatkan suatu fitnah yang akan membawa kita pada keburukan itu sendiri. Itu tujuan utamanya. Kalau ada tujuan yang lain, buang ke laut aja!

Apa jadinya kalau para muslimah yang bercadar malah memamerkan kecantikannya dan keanggunannya yang tertutup di medsos? Tanpa kita sadari, sebenarnya fitnah sudah ada di mana-mana, loh. Sekarang salah siapa? Salah sendiri. Kalau yang bercadar saja sampai bisa mengakibatkan fitnah, apalagi yang tidak menutup auratnya dengan sempurna? Pasti bakal lebih kacau, kan. Duh, kasihan juga, ya. Kalau menutup auratnya sudah sempurna, niatnya juga harus diluruskan dengan sempurna. Agar tidak terjadi kerugian satu sama lain.

Kalau ada desas-desus, “Mendingan nggak nutup aurat, kalau yang bercadar aja kelakuannya nggak jauh beda kayak kita.” Jleb. Kok kesel, ya. Tanggapan yang kayak gitu jangan dibenarkan, gaes. Itu namanya malah memperburuk keadaan. Hati-hati juga buat yang punya tanggapan kayak gitu. Khawatirnya diiyakan alias dijadikan dalih sama mereka yang lebih kuat nafsunya ketimbang takwanya, lalu dibuat prinsip. Nah, nanti dosanya jadi dosa jariyah, lho. Ngeri!

Harusnya emang nggak gitu. Kenapa kita nggak fokus aja untuk mulai dengan menutup aurat dan taat, jangan melulu lihat orang lain. Jadikan diri sendiri contoh bagi orang lain, bukan menjadikan orang lain sebagai contoh diri. Kalau orang yang dicontoh bener, sih nggak masalah. Kalau nggak bener, ya kita yang kudu benerin.

Terus kalau foto bareng, gitu? Itu sih nggak masalah kalau dibuat untuk mengabadikan sebuah momen kebahagiaan bersama. Tapi, kalau upload, terus dipamerin, apalagi teruntuk kalian yang makan-makan satu geng di tempat mewah? Please deh, kalian tuh muslimah. Jaga izzah, jaga iffah, jaga hati juga agar tidak terlalu membanggakan diri setiap kali ada notifikasi di instagram bahwa liker dari foto yang kalian upload tadi udah nyampe ratusan or ribuan. Ditambah lagi kalau follower-nya juga membludak. Duh, hati-hati aja deh pokoknya, ya. Banyak-banyak istighfar ya, Sis. Intinya sih, jangan sampe upload yang begituan, sehingga orang gagal fokus.

Buat kalian juga para Bro, maksudnya yang ikhwan, nih. Jangan asal follow, like, terus comment aja akun-akun para akhwat muslimah (terutama yang udah bercadar namun masih belum beda kelakuannya dengan yang muslimah biasa). Takutnya kalian juga bisa menjadi dalang dari kemiringan niat mereka dalam menutup aurat. Paham nggak, nih? Harus!

Kok bisa, sih? Kan akhwatnya yang upload? Sama aja. Karena biasanya, nih, adalah akhwat yang sekadar iseng upload foto. Entah itu foto momen atau sekadar selfie. Terus ada satu, dua, sepuluh ikhwan yang nge-like, plus nge-follow si akhwat. Kebayanglah gimana nge-fly-nya si akhwat ini (kalau pas akhwatnya yang baperan). Kalau udah gitu, akhwatnya jadi ketagihan buat upload-upload lagi, karena pasti senenglah kalau jadi pusat perhatian. Waspada, Sis!

 

Lakukan tips ini

Sobat gaulislam, agar nggak terjadi hal-hal yang negatif seperti cerita di atas, beberapa hal harus kita lakukan dengan istiqomah. Nah, memang istiqomah itu berat. Tapi, semua bertahap. Istiqomah bisa terjaga kalau kita melakukan hal-hal yang diridhai Allah. Apa saja itu? Yuks, simak kiat-kiatnya.

Pertama, ngaji, ngaji, dan ngaji. Ngaji mulu, nggak bosen? Eits, jangan bilang bosen kalau kita masih susah untuk menjaga keistiqomahan kita. Gaes, ngaji itu bukan membaca al-Quran dong. Tapi mentadabburi dan mengkajinya. Kalau sulit kita lakukan sendiri, jangan susah hati. Zaman sekarang serba mudah kalau masalah itu. Kita bisa mencari informasi seputar Islam di internet. Ataupun, kita bisa juga menyambung relasi, sehingga kita bisa juga tahu dan ikutan kajian-kajian keislaman di majelis taklim atau komunitas kajian remaja. So, nggak ada alasan untuk nggak ngaji. Bosen atau malas, bukan alasan yang syar’i. Jadi nggak diterima, hehehe…

Kedua, senantiasa bergaul dengan orang-orag yang bisa saling menjaga. Menjaga agar salah satu dari kita tidak terjerumus pada hal yang dilarang Allah. Saling mengingatkan, itu penting dalam suatu hubungan persahabatan. Biar masuk surganya bareng-bareng, gitu lho.

Ketiga, kudu ada niat peduli dengan orang lain. Jangan cuma mikirin diri sendiri. Itu artinya, kalo ngaji udah rajin, gabung dengan orang-orang shalih (kalo antar perempuan ya gabung dengan yang shalihah), maka ajak orang lain untuk juga jadi lebih baik. Ini bentuk kepedulian kepada orang lain. Nah, dakwahkan deh ilmunya. Setuju ya? Kudu!

Kalau kiat-kiat di atas sudah kita lakukan, Insya Allah keistiqomahan kita terjaga kok. Keistiqomahan dalam apa? Ya, tentu dalam menutup aurat. Kalau menutup aurat sudah diistiqomahkan, langkah selanjutnya adalah terus mengkaji ilmu Islam lebih luas lagi. Ya, tentunya agar kita bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Agar tidak tercampur aduk pada takaran yang tidak pas.

Oya, abaikan orang yang berkata, “Dalamnya dulu yang diperbaiki, baru luar.” Hadeuh, gimana mau bener yang di dalam kalau yang di luar belum diperbaiki (tepok jidat). Jangan sampai deh kita malas ngaji. Why? Karena menuntut ilmu itu harus terus menerus, apalagi belajar Islam, harus lebih serius. Jangan sampai kita berhenti menuntut ilmu karena merasa cukup. Aiiih, kelakuan masih nggak bener gitu kok ngerasa cukup. Jleb!

Eh, ada pesan nih, terutama akhwat yang udah menutup aurat. Jangan sampai deh gara-gara nggak tahu ilmunya, kelakuannya masih sama aja kayak yang nggak nutup aurat. Contohnya, ngerayain ulang tahun dengan cara dibanjur air dan ditaburi bedak atau dilempar telor busuk. Itu kan budaya jahiliyah. Apalagi kemudian di-video-kan dan di-upload ke instagram. Na’udzubillah min dzalik.

Ya, jadi kita sebagai muslimah yang baik, kita harus mengusahakan diri kita agar menjadi baik lagi. Semakin baik, semakin berhargalah kita. Tak perlu memfokuskan diri agar diminati oleh makhluk duniawi yang fana. Sedangkan surga beserta bidadari di dalamnya bisa iri dengan keshalihan kalian para muslimah yang berjuang dan menahan diri agar iffah dan izzahnya terjaga. So, siapa yang mau jadi pusat perhatian bidadari di surga? Angkat tangan. Hehehe… buat yang angkat tangan, kalian harus siap. Ok? Semangat! [Natasha ADW | IG @natashaara11]