Friday, 22 November 2024, 02:34

gaulislam edisi 556/tahun ke-11 (4 Syawal 1439 H/ 18 Juni 2018)

 

Sstt, sstt, sstt.. Tenang, Bro en Sis. Santai dulu, nih. Topik pembahasan kita kali ini kelihatannya seru banget, ya. Heheh.. coba aja terus pantengin ampe selesai pembahasannya ya. Because, pada buletin gaulislam yang sobat Bro en Sis tunggu-tunggu ini, kita bakal ngebahas topik yang viral banget di dunia maya. Khususnya di negeri, lebih khusus lagi di medsos.

Ya, apa lagi coba kalau bukan tentang aplikasi Tik Tok. Aplikasi video musik yang bisa dibilang menjadi sangat viral di tahun 2018 ini. Wah, buat kamu yang ternyata belum tahu kehebohan apa yang akan dibahas di sini, berarti kamu harus sedikit lebih peduli dengan sekitar. Hihihi..

Sebagai pemanasan, kita ulas dulu deh, tentang Si Tik Tok ini. Yuk!

 

Sekilas tentang Tik Tok

Nah, seperti yang sudah diketahui oleh hampir semua orang yang aktif berselancar di media sosial dengan pegangan smartphone ini, Tik Tok adalah sebuah aplikasi pembuat video yang ternyata berasal dari negeri Tiongkok alias Cina. Aplikasi ini dimanfaatkan penggunanya untuk membuat musik video, lipsync, dan lain sebagainya, tergantung dari kreativitas penggunanya. Video yang dibuat biasanya berdurasi pendek dan bisa diberikan efek spesial yang unik serta menarik. Nah, yang lebih menariknya lagi, cara penggunaannya itu bisa dibilang tidak sulit, alias mudah digunakan.

Aplikasi Tik Tok ini menjadi sangat populer. Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga secara global di seluruh dunia. Tidak hanya seorang profesional saja yang bisa menggunakannya. Bahkan anak-anak dan orangtua juga dengan mudah menjadi ahli menggunakan aplikasi ini. Belum lagi, aplikasi ini bukanlah aplikasi berbayar. So, siapa pun bisa menginstallnya dengan mudah di smartphonenya.

Lalu, menjadi booming-lah aplikasi Tik Tok ini. Buktinya saja, di Google Play Store aplikasi ini telah diunduh hingga hampir mencapai angka 50 juta unduhan. Wow.. laris manis, ya. Bahkan, lagu-lagu yang sering digunakan dalam aplikasi ini pun ikutan jadi terkenal.

Sebenarnya nih, Bro en Sis, aplikasi Tik Tok ini, sesuai dengan ulasan serta fitur-fitur yang disediakan, bisa dibilang adalah aplikasi yang sangat bagus. Tentu saja karena hasilnya dapat menjadikan karya seseorang dibuat secara lebih menarik. Artinya aplikasi ini dapat membantu kreativitas seseorang dalam berkarya. Tetapi dapat kita lihat sendiri, ternyata banyak juga kontroversi yang terdapat dalam viralnya Tik Tok ini.

 

Aplikasi pembodohan?

Sobat gaulislam, ada satu bagian yang lucu dari kisah viral ini. Beberapa hari yang lalu, viral juga pencarian tentang aplikasi goblok. Memang agak kasar, sih. Tapi aplikasi Tik Tok-lah yang muncul di halaman pencarian Google itu. Wow.. Awalnya sih, hanya dianggap hoax belaka. Tetapi setelah mengecek kebenarannya, ternyata tidak salah, loh. Hadeuuh…

Tapi, mari kita kupas lagi tentang hal ini. Apakah benar, aplikasi kreatif ini adalah aplikasi pembodohan? Mungkin ada di antara Bro en Sis sekalian yang ternyata juga pernah menggunakan aplikasi ini. Lalu bagaimana kedudukan si Tik Tok ini? Lanjut, yuk!

Jadi gini, Bro en Sis. Teknologi itu kan netral, termasuk aplikasi apa pun itu. Sebab, yang membuatnya jadi positif atau negatif adalah tergantung si pengguna yang menggunakannya. Betul, nggak? Iya, dong! Yah, yang kita maksud di sini adalah aplikasi kreatif semacam Tik Tok, loh. Bukan permainan-permainan viral yang lain. Apa, tuh? Mobile Legend? Beda, ya..

Jadi intinya, tergantung siapa yang memakainya. Bisa dijadikan sebagai ajang kreativitas yang bermanfaat, atau bisa menjadi candu yang tidak berfaedah, bahkan ada yang berbahaya. Berbahaya gimana? Hmm.. Gitu, deh. Kita bisa geleng-geleng kepala heboh saking hebohnya berita-berita tentang bagaimana Tik Tok ini digunakan. Bro en Sis bisa search sendiri deh, kacau-kacaunya.

Nah, si Tik Tok yang sebenernya nggak tau apa-apa ini, dia akhirnya dinobatkan sebagai aplikasi goblok-lah, pembodohan-lah, aplikasi alay-lah, dan cap-cap menyakitkan lainnya. Gara-gara apa? Karena ulasan dan laporan-laporan tentang Tik Tok di internet, tentu saja.

Ketika orang-orang pada ketagihan buat menggunakan Tik Tok dengan cara yang menyedihkan, eh, si Tik Tok kena label pahitnya, deh. Kasian nggak, sih? Kecian, kecian. Risiko bikin software atau aplikasi ada kemungkinan digunakan untuk hal yang positif (termasuk yang negatif). Sama kayak Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp dan lainnya juga bisa dipake untuk dakwah, pun bisa untuk maksiat. Tergantung yang makenya, lah!

 

Bijak gunakan teknologi

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Teknologi itu, sejatinya hanyalah alat yang membantu kita dalam memudahkan segala urusan kita di dunia modern ini. Ya, dalam hal ini khususnya adalah komunikasi dan informasi. Teknologi hanyalah sebuah wadah. Yang jika di dalamnya ingin diisikan dengan suatu hal, maka kitalah, sebagai manusia, yang mengisinya. Kemudian untuk apakah wadah itu digunakan, kita jugalah yang menentukannya. Apakah ia akan dijadikan sebagai wadah kebajikan yang membawa manfaat, ataukah sebagai wadah keburukan yang membawa kerusakan. Di tangan kitalah penentuannya.

Oya, khususnya di era globalisasi ini, dunia maya dapat diibaratkan menjadi pisau bermata dua yang kalau kita bisa menggunakannya dengan baik, maka akan bermanfaat bagi kita dan dunia. Tetapi ia juga bisa melukai kita, jika kita tidak bijak dalam menggunakannya.

So, kita sebagai remaja muslim yang mengerti tentang dampak dari teknologi ini, harus pakai banget, untuk bersikap bijak dalam menggunakan teknologi. Dalam ruang lingkup khusus, nih, adalah saat menggunakan media sosial. Kita wajib menimbang-nimbang dan memikirkan secara mendalam terlebih dahulu, sebelum membuat atau memposting apa pun di media sosial. Bukan hanya dari sisi pengemasannya. Tetapi lebih ke arah konten yang akan dibagikan, juga dampak yang kira-kira akan terjadi jika kita membagikan postingan tersebut. Hmm.. bingung, nggak? Gini aja deh, analoginya.

Kalau mau dipilah-pilih, nih, Bro en Sis, sebut saja ada lima kriteria postingan yang harus diperhatikan. Postingan yang isinya wajib (halal), sunnah (mandub), mubah, makruh, dan haram. Hihihi.. mulai kebayang, kan?

Pertama, postingan wajib (halal). Postingan ini harus (pake banget) untuk dibagikan. Yaitu postingan yang isinya terikat dengan Islam, wajibnya shalat dan sejenisnya. Ada manfaatnya. Mengajak kaum muslimin untuk terikat dengan akidah Islam itu kan wajib. Itu bagian dari dakwah. Dakwah itu kan wajib.

Kedua, adalah postingan mandub (sunnah). Postingan ini biasanya adalah postingan yang mempengaruhi orang untuk berbuat baik. Sangat dianjurkan untuk dibagikan. Misalnya seputar amalan-amalan sunnah (shalat tahajud, shalat dhuha, infak, shadaqah dan sejenisnya).

Ketiga, adalah postingan mubah. Semua hal yang terkategori boleh hukumnya. Mau diambil (diamalkan) silakan, nggak diambil juga silakan. Apa tuh contohnya? Makan, tidur, main game, olahraga dan sejenisnya. Cuma, jangan sampe dibanyakan yang mubah. Andai ada 10 hal yang mubah, ambil saja satu atau dua, jangan diambil semua. Kan nggak ada nilai pahala or dosa. Tapi, mubah bisa dosa juga lho, kalo kebablasan. Misalnya, maen gim sampe lupa shalat atau lalai dari melakukan shalat.

Keempat, postingan makruh. Bisa dibilang postingan seperti ini tidak usah dibagikan. Walau pun isinya bukan hal yang melanggar batas-batas yang ditentukan. Tetapi membagikan postingan seperti ini merupakan pilihan terburuk. Apa tun contohnya? Mengajarkan makan pake tangan kiri, atau kamu nggak sadar bikin video tapi ada adegan makan pake tangan kiri atau makan sambil jalan. Hadeuh, walau dilakukan tidak mendapat pahala, tapi kan mending milih tidak melakukan karena di situ ada pahala. Makruh itu kebalikan dengan hukum sunnah (mandub), yang apabila dikerjakan dapat pahala, kalo nggak dikerjakan nggak dapat apa-apa.

Kelima, adalah postingan haram. Jelas banget kalo postingan jenis ini sama sekali dilarang dibagikan. Postingan ini mengandung konten yang bertentangan dengan aturan Allah Ta’ala dan bisa berdampak menghancurkan segala sisi kehidupan manusia. Boleh membagikan untuk menjelaskan kerusakannya. Tapi selain itu, jangan sampai, deh. Misalnya, posting foto mesra bareng pacar. Hadeuuh.. itu dosa, Bro en Sis. Tapi kalo posting artikel yang menjelaskan haramnya pacaran, nah itu sangat boleh untuk disebar.

Yah, kira-kira begitu, lah, analogi yang bisa diberikan. Mudah-mudahan kamu semua bisa menafsirkannya dengan baik, ya.

Hmm.. Kalau begitu, kira-kira aplikasi Tik Tok ini termasuk ke dalam kriteria postingan yang mana, ya? Kita ingatkan sekali lagi, ya. Itu semua tergantung kontennya. Apakah isinya itu termasuk konten yang wajib (halal), sunnah (mandub), mubah, makruh, atau haram? Kalau halal, ya, silakan. Kalau mandub ya, dianjurkan. Kalau mubah atau makruh, ya, tolong dipikirkan lagi dampaknya. Kalau haram, ya, jangan dibagikan. Gitu aja. Udah fix, kan? Sip, deh!

 

Dosa jariyah? Hiiiyy…

Sobat gaulislam, kita pastinya harus selalu ingat, bahwa apapun yang kita kerjakan pasti dilihat dan diketahui oleh Allah Ta’ala. Setiap perbuatan kita di dunia ini, perbuatan baik ataupun perbuatan buruk, sekecil apapun, Allah menjanjikan adanya balasan bagi kita atas perbuatan itu. Seperti yang telah tertera di dalam al-Quran yang mulia, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS al-Zalzalah [99]: 7-8)

Tuh, kan! Please, deh. Jangan sampai kita membuat kesalahan dan dosa dalam postingan yang kita bagikan.

Oya, yang lebih nyeremin lagi nih, berkaitan dengan memposting konten yang berdampak merusak. Kalau sampai kayak gitu, lalu postingan menjadi viral, cuma gara-gara pengen mendapat like dan respon dari manusia, padahal postingan itu bisa menambah timbangan dosa kita, hiiiyy… na’udzubillahimindzalik.

Semakin banyak orang yang melihat postingan kita itu, semakin banyak respon atau bahkan banyak yang me-repost, kebayang nggak, tuh, dosanya berapa kali dobel (akar pangkat berapa banyak tuh?). Owh, jangan sampai, deh.

Eh, bahkan nih ya, Islam mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku. Soalnya, kalau perbuatan buruk kita sampai diikuti orang lain, maka kita juga bakalan kebagian dosa dari orang-orang itu.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam (yang artinya), “Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun,” (HR Ibnu Majah)

So, watch out and more be careful, lah, Bro en Sis! Biar apa? Biar selamat dunia-akhirat, ya!

 

Ladang pahala di medsos

Tapi jangan salah arti, nih, Bro en Sis. Nggak salah dan bener banget sih, kalau media sosial itu emang bisa jadi jebakan menuju dosa jariyah. Itu kalau digunakannya dengan cara yang salah, loh. Kalau digunakannya untuk kebaikan, apalagi untuk amar ma’ruf nahi munkar, bisa jadi tabungan ke surga, tuh. Beneran!

Gimana caranya? Yaitu selain menahan diri dengan bijak ketika menggunakan medsos, kita juga harus terus memperdalam keislaman kita, Bro en Sis. Ngaji kudu jalan terus, dong. Biar kita tahu, mana yang benar dan mana yang salah. Mana perbuatan yang menghasilkan pahala, mana perbuatan yang menjerumuskan kepada dosa. Biar kita tahu, perbuatan tersebut itu baik atau buruk. Terpuji atau tercela. Nah, kalau udah tahu. Kan jadinya bisa membedakan dan bisa mengajarkan kebaikan kepada orang lain melalui medsos.

Sobat gaulislam, udah banyak loh, temen-temen di luar sana yang juga menjadikan media sosialnya sebagai tempat untuk beramal, berbuat baik, dan berkontribusi untuk dakwah Islam di media sosial. Nggak hanya memposting postingan yang halal, tapi juga postingan mandub. Kreativitas kita sebagai remaja muslim nggak hanya sebatas penampilan luar aja. Nggak cuma bagus dalam pandangan dunia, tapi juga dobel-dobel-plus sama akhiratnya. Satu kata, nih, buat mereka: Semangat!

Eh, jadi kesimpulannya gimana soal Tik Tok? Hmm.. di situ fitur shaking and shivering pada video dengan electronic music-nya bisa diubah jadi islami nggak ya? Eh, bisa nggak sih? Tapi kalo pun bisa, janggal aja ya. Khawatir dipake buat joget-joget nggak keruan sama anak-anak alay. Lihat fiturnya saja deh, jika memang mengarah kepada memudahkan untuk mencoba-coba hal yang maksiat, hindari saja. Gaul boleh, tapi jangan dengan maksiat, harus dengan taat. Setuju? Kudu! [Fathimah NJL | IG @FathimahNJL]