gaulislam edisi 577/tahun ke-12 (4 Rabiul Awwal 1440 H/ 12 November 2018)
Assalaamu’alaikum, Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Apa kabar kalian semua? Insyaa Allah baik, yaa. Semoga kamu semua, di mana pun kamu berada, senantiasa dilindungi oleh kasih sayang Allah Ta’alaa. Aamiin.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, kita akhirnya bisa bertemu lagi menjelang akhir tahun 2018 ini. Yup, bulan November. Kalau kita lihat kalender nasional nih, kamu pasti bakalan ketemu momen yang ikonik banget. Apa tuh? Bener banget! Hari Pahlawan!
Udah pada tahu kan, Bro en Sis. Tepat 73 tahun yang lalu, persatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari para pejuang muslim dari seluruh Indonesia, bersama-sama berjuang mempertahankan kemerdekaan baru negara kita di Kota Pahlawan, Surabaya. Tepatnya pada tanggal 10 November 1945. Terkenal banget, tuh, pidatonya Bung Tomo yang berapi-api dan membakar semangat juang para pemuda Indonesia untuk berperang melawan pasukan Inggris yang akan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia. Hingga akhirnya, bangsa Indonesia pun harus mensyukuri kemerdekaan karena penjajah berhasil dikalahkan oleh para pejuang kita. Alhamdulillah.
10 November yang ikonik
Bro en Sis, momen 10 November ini ditandai di dalam kalender nasional Indonesia, dalam rangka untuk menghormati para pahlawan yang sudah berjasa dalam kehidupan kita ini. Sebab, merekalah yang sudah berjuang untuk membebaskan negeri ini dari penjajahan orang-orang kafir. Para pejuang Islam tentunya sangatlah berjasa bagi kemerdekaan negeri ini. Boleh saja kita sebut beberapa contoh pahlawan-pahlawan nasional yang terkenal menjunjung tinggi kemuliaan Islam bersama Indonesia. Ada dua tokoh yang sangat terkenal. Jenderal Sudirman yang terkenal berjuang meski secara fisik kondisi sakitnya, dan Bung Tomo dengan pidatonya.
Ada yang belum tahu isi pidato Bung Tomo? Ini: “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap, MERDEKA ATAU MATI. Dan kita yakin, saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah, saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!”
Maasyaa Allah. Kalau Bro en Sis ada yang pernah denger versi aslinya di youtube, wah, bener-bener, deh. Membakar semangat juang. Nih, Bro en Sis kalau mau menjiwai pidato tersebut, artinya menghayati dengan sepenuh jiwa, kemudian sambil membayangkan tentara Inggris benar-benar mau menyerang, beuuh.. urusan galau-galau-an, mah, lewat!
Bawaannya pasti siap tempur. Maunya membela agama, membela rakyat Indonesia, membela kemerdekaan dari penjajah, gitu, deh. Semangat mudanya para pemuda bangsa pada masa itu. Nggak ngurusin masalah-masalah nggak jelas lagi. Yang di depan mata cuma satu, MERDEKA ATAU MATI. Titik! Nah, itu, tuh, mantapnya zaman perjuangan.
Para pahlawan tinggal kenangan?
Bro en Sis, perjuangan kemerdekaan nyatanya memang sudah berakhir. Peristiwa ikonik 10 November serta pahlawan-pahlawannya memang sudah lama menjadi catatan sejarah. Tapi apakah benar sejarah perjuangan itu hanya menjadi catatan saja? Terkubur bersama dengan kenangan perjuangan para pahlawan? Ckckck.. Sedih banget deh, kalau begitu kejadiannya.
Remaja, atau para generasi muda penerus bangsa Indonesia, saat ini mungkin sudah lupa tentang siapa para pahlawan yang telah memperjuangkan mimpi kedamaian kehidupan kita ini. Atau jangan-jangan malah tidak tahu tentang siapa para pahlawan itu? Oh, Baru sadar punya pahlawan kalau di sekolah ada upacara Hari Pahlawan. Oh.. Baru ngeh waktu ada agenda mengheningkan cipta di dalam upacara hari tersebut. Yah, sama aja boong, dong, kalau setiap tahunnya gitu-gitu aja. Iya, nggak?
Sobat gaulislam, momen perjuangan ini, kita itu selayaknya benar-benar memaknai sejarah perjuangannya. Apa? Yakni bahwa kita mensyukuri kebebasan bangsa kita pada hari ini dari para penjajah. Bayangkan saja, tanpa adanya semangat juang dari para pejuang di masa lalu, maka bisa jadi kemerdekaan bangsa kita tidak akan terwujud. Tentu saja semua itu adalah berkat ketetapan, pertolongan, dan kasih sayang dari Allah Ta’ala. Tentu saja kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah yang memberikan kita kemerdekaan ini. Tetapi tetap saja, rasa terima kasih atas perjuangan para pahlawan, jangan pernah dilupakan.
Bener. Jangan malah begini: “Ah, pahlawan-pahlawan kemerdekaan itu mah terlalu kuno. Nggak zaman,” mungkin ada di antara kamu yang bersungut-sungut begitu. Itu nggak baik, Bro en Sis. Nggak boleh.
Parahnya ini, kalau ngomongin idola-idola malah asyik banget kayaknya. Padahal, idola dari kalangan seleb yang perilakunya nggak bener itu justru yang sebenernya menjauhkan dari idealisme kita, deh. Padahal, kalau mau dikasarin nih, emangnya mereka itu jasanya apa? Bener, nggak? Nggak usah dijelasin panjang lebar, Insyaa Allah bisa dipahami sendiri-sendiri, yaa. Bisa, kok!
Siapa pahlawan kita?
Bro en Sis, sebagai pemuda muslim nggak boleh menjadikan sembarang orang menjadi idola kita. Oya, yang dimaksud idola itu tuh, apa? Menjadikannya seseorang yang kita ikuti, seorang panutan, contoh hidup kita, apalagi menjadikannya pahlawan. Dalam memilih sosok-sosok semacam tadi pun, ada syaratnya, loh. Harus banget kita memilah-milah, siapa-siapa yang pantas untuk kita jadikan pahlawan kita. Jangan asal.
Karena apa? Pahlawan itu kan sejatinya orang yang kita hormati, bisa juga kita ikuti bagaimana cara hidup pahlawan kita tersebut. Kudu banget harus hati-hati. Kenapa? Karena seseorang itu akan bersama dengan idolanya di hari Kiamat nanti. Nggak mau, kan, kita jadi salah hidup gara-gara salah pilih panutan? Iih.. Na’udzubillahimindzalik.
Jadi gimana, dong? Tenang aja, sobat Bro en Sis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah kasih jawaban, kok.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita, “Pernah seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah siapkan untuk hari kiamat”, orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.” (HR Muslim)
Jadi jelas ya, Bro en Sis. Ngomongin soal pahlawan, nggak bisa kita lepasin dari bagaimana kita menghormati dan mencintai pahlawan kita tersebut. Nah, kecintaan kita itu harus kita tumbuhkan kepada para pejuang Islam. Lebih khusus dan yang paling utama, kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam, para shahabatnya, para tabi’in, salafus shalih, sampai para pemimpin Islam dan para ulama yang telah perjuang meninggikan peradaban Islam. Nah, semua itu tuh, adalah pahlawan. Loh, kenapa? Tentu saja karena tanpa adanya perjuangan para pahlawan kita dalam memperjuangkan Islam di masa lalu, kita yang di masa kini, bisa dipastikan kita tidak akan bisa mencicipi manisnya keislaman. Jadi, tentang siapa pahlawan kita, sobat Bro en Sis semua udah pada setuju, kan? Setuju, dong!
Jangan sampai, deh, Bro en Sis. Kita salah dalam memilih panutan atau pahlawan. Nggak mau kan kalau di hari Kiamat nanti, kita bersama dengan orang yang salah? Itu sebabnya, kita kudu banget mikirin dengan cermat. Jangan asal. Nanti salah. Nah, terus gimana biar bisa berpikir dengan benar? Tentu saja dengan mencari tahu. Maksudnya pengetahuan, tentang ilmu.
Tentang apa? Tentang Islam tentu saja. Tentang bagaimana menentukan apa yang harus kita lakukan, apa yang dilakukan dan diperintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam. Apalagi? Banyaaak lagi yang harus kita cari tahu. Makanya, biar bisa berpikir dengan benar dan baik, ngaji, kuy! Bener banget. Gabung sama komunitas pengajian Islam. Supaya belajar Islamnya lebih menyenangkan. Ceritanya karena ada temen senasib. Hehe… sama-sama mau ke surga. Aamiin, atuh..
Jadi, siapa pahlawanmu?
Nah, memaknai Hari Pahlawan, nih, emang momen yang tepat banget untuk kita mengingat kembali. Mengingat apa? Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, bahwa kita harus senantiasa bersyukur dan menghormati jasa-jasa pahlawan. Why? Karena mereka di masa lalu telah berjuang menumpahkan keringat dan darah untuk kemerdekaan kita, generasi di masa setelahnya. Ingat-ingat, looh. Jangan diabaikan!
Yups! Bro en Sis sekalian, pada akhirnya, ketika kamu sebagai remaja ditanya, “Siapa pahlawanmu?” Lalu bagaimana jawabanmu. Nah, kita harus bertanya pada diri kita masing-masing. Siapa sosok yang pantas menjadi pahlawanku? Kita sebagai seorang muslim yang Insyaa Allah sudah mengerti tentang bagaimana menjadikan seseorang sebagai panutan, pasti akan bisa menjawab seperti ini, nih:
“Pahlawanku adalah orang-orang yang telah berjasa dalam menyebarkan Islam, mempertahankan, membangun peradabannya, dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia. Kenapa? Karena berkat jasa mereka, kita yang di masa kini mampu merasakan secercah cahaya Islam yang disampaikan sejak masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam.”
Begitu, Bro en Sis. So, kita semua harus bisa menjelaskan dengan tegas dan lantang tentang siapakah pahlawan-pahlawan kita yang sebenarnya. Inget loh, bukan Captain Amerika, Iron Man dkk, yaa. Atau malah idola para seleb genit bin ganjen yang nggak jelas idealismenya. Ups! Jangan sampai memilih mereka sebagai pahlawan. Hati-hati! [Fathimah NJL | IG @FathimahNJL]