gaulislam edisi 607/tahun ke-12 (7 Syawal 1440 H/ 10 Juni 2019)
Ramadhan sudah pergi. Idul Fitri telah kita lewati. Sekarang sudah tanggal 7 Syawal saat buletin ini terbit di hari Senin (10 Juni 2019). Oya, bagaimana nih kabarnya? Lagi sibuk ngapain? Waah, masih bersuka cita dalam silaturahmi dengan sanak family, ya? Berkumpul dengan mereka yang sudah lama nggak ketemu lalu muncul batang hidungnya. Eh, sudah tinggi ya sekarang dulu imut banget. Item mutlak. Hehe…
Sudah kelas berapa, kerja di mana dan seabreg pertanyaan lain yang kadang bikin nyesek. Eh gemukkan ya? Loh jerawatan sekarang ya. Aishh, ini nanya apa nyindir sih? Lebih nyesek lagi kalau ditanya, sudah ada calon belum nih? Ditunggu loh undangannya. Jlebb! Yang jomblo pasti ngerasa banget tuh. Hati kerasa tertusuk dan tersayat. Yaelah lebay nih! Yang lain mungkin akan jawab dengan santai dan minta doa supaya dipertemukan dengan tulang rusuk si kekasih hati dunia akhirat. Cieeeh… awas baper! Eh, ditanya kapan nikah itu masih mending lho, berarti sayang sama kita. Coba kalo ditanya, “eh ketemu lagi, kapan mati?” Waduh, super jleb!
Masih dalam suasana lebaran. Silaturahmi sambil berburu makanan khas lebaran. Hayo, siapa nih? Ketupat, opor ayam atau rendang sudah biasa. Kue dan snack bisa jadi incaran. Siapa tahu kan beda dengan kue di rumah. Eits, ngomongin soal kue hati-hati jadi korban penipuan ya. Banyak yang sudah ngalamin loh. Nggak percaya? Lagi silaturahmi dijamu berbagai macam kue kaleng. Seneng dong apalagi ada si Khong Guan yang cuma ada di lebaran. Hari lain kemana boss? Pokoknya langsung sikaaatt deh tuh kue kaleng. Wadaw! Pas tutupnya dibuka ternyata isinya keripikk!! Buka kaleng lain isinya biji ketapang. Penipuan kan? Pernah nggak sih ngalamin? Ckk…ckk
Saking prihatin kali ya sampai ada loh meme-nya berseliweran di sosmed. Bunyinya macam ini, “Seneng banget lihat ini (Khong Guan) eh isinya rengginang. Sakitnya tuh di sini” atau “Ketika Good Time menjadi Bad Time. Kaleng biskuit merek Good Time isi peyek kacang” juga “Jangan ada dusta di hari raya. Kaleng Khong Guan ditulisin peyek, keripik dan rengginang” wkk…kocak deh!
Sebenernya kasus beginian sudah biasa. Ada gunanya juga sih kaleng jadi tempat makanan. Oke lah, tapi yang baru pertama kali ngalamin kan jadi kecewa dan heran, ya. Kan nggak lucu sudah seneng mau makan kue manis eh malah dapet yang asin dan gurih. Hehe. Solusinya ya mending dikasih tulisan biar nggak salah kira. Yaa apapun makanannya, minumnya Teh Botol Sosro. Loh jadi promosi gini (eh, dari tadi juga udah ngiklan, ya)? Maksudnya apapun isi kalengnya selama itu makanan halal ya disyukuri dan dinikmati saja. Keep husnozhan ya!
Setelah silaturahmi sana sini biasanya banyak yang memanfaatkan libur lebaran ini dengan mengunjungi tempat wisata atau ngafe bareng temen. Rasa sedih dan senang campur aduk. Banyak yang bersuka cita dan merasa berhasil sudah melalui Ramadhan. Ramadhan usai kita pun meraih kemenangan setelah sebulan lamanya berjuang. Tapi apa benar sudah berhasil? Kemenangan seperti apa yang harusnya didapat?
Ramadhan pergi, saatnya evaluasi diri
Sobat gaulislam, Ramadhan adalah bulan suci dan istimewa. Inilah kesempatan bagi kaum muslim di seluruh dunia untuk menanam pahala, rahmat dan ampunan dari Allah. Amal sholih dilipatgandakan pahalanya. Juga ada Lailatul Qadr yang ‘diburu’ oleh banyak orang termasuk para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yang bersemangat dan memperbanyak amal sholih demi mendapat kemuliaan Lailatul Qadr. Maa syaa Allah. Begitu mulianya Ramadhan. Makanya nggak heran banyak yang berlomba mengisi dan memaksimalkan amal sholih selama Ramadhan.
Sedih memang karena Ramadhan sudah meninggalkan kita. Dan, sudah saatnya kita evaluasi diri. Apakah perjuangan selama Ramadhan sudah membuat kita menjadi takwa?
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS al-Baqarah [2]: 183)
Shaum Ramadhan sejatinya akan membuahkan hasil berupa takwa. Singkatnya takwa itu melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan Allah. Coba deh pahami pendapat Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah ini, “Ketahuilah, sesungguhnya seorang hamba hanya mampu melalui tahapan-tahapan perjalanan menuju (ridha) Allah dengan hati dan keinginannya yang kuat, bukan (sekadar) dengan (perbuatan) anggota badannya. Dan takwa yang hakiki adalah takwa (dalam) hati dan bukan takwa (pada) anggota badan (saja).”
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar (perintah dan larangan) Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan (dalam) hati.” (QS al-Hajj [22]: 32)
Takwa itu ada pada hati, pikiran dan perbuatan kita. Contoh simpelnya begini, di sosmed rajin update status tentang menutup aurat. Foto orang lain yang buka aurat sering dikomen. Ternyata dia sendiri aja belum sempurna menutup aurat. Dia tahu menutup aurat itu wajib. Pake kerudung sih tapi nggak mau pake jilbab (semacam gamis). Lebih milih baju potongan dan celana panjang. Kerudungnya pun ala-ala hijaber yang belum paham. Aah, kalau ini sih namanya belum bertakwa ya. Takwa itu nggak bisa setengah-setengah, Sis. Contoh lain nih, bilang ke temen sholat lima waktu itu wajib dan kudu rajin dilaksanakan karena wajib. Eh sendirinya malas sholat. Masih bolong-bolong lagi. Ada yang model begini? Banyak. Disebut bertakwa kalau hati sudah digerakkan dan anggota badan terdorong untuk melaksanakan sholat lima waktu. Jadi, takwa itu antara pikiran, hati dan perbuatan singkron alias nyambung. Nggak cuma omongan saja tapi harus dibuktikan secara nyata. Paham ya?
Seseorang yang bertakwa akan mengharapkan ridho Allah Ta’ala. Amal shalih yang dilakukan bukan untuk dapat pujian dari orang lain. Semata ikhlas karena Allah Ta’ala. Rajin sholat bukan supaya orangtua seneng. Tilawah al-Quran bukan untuk memamerkan suara yang merdu. Shaum bukan sekadar ikut-ikutan. Berhijab pun bukan supaya dibilang cantik dan gaul mengikuti tren. Selain berharap ridho Allah dia akan cinta dan tawakkal pada-Nya. Menyerahkan segala urusan dan yakin bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya. Justru aneh jika melakukan ibadah tapi hati hampa karena nggak cinta pada Rabb yang memerintahkannya beribadah. Nah, sudahkah kita takwa seperti ini?
Makin taat meski ramadhan lewat
Bro en Sis, pembaca setia gaulislam. Sebulan penuh shaum Ramadhan. Tanpa jeda. Kecuali bagi yang datang tamu bulanan. Shaum dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala. Menahan lapar dan dahaga meski perut keroncongan dan tenggorokan kering. Tetap semangat hingga azan Maghrib tiba. Perbuatan dan lisan pun dijaga. Menyibukkan diri dengan amal sholih. Sholat tarawih berjamaah, tilawah al-Quran, sholat sunnah, banyak zikir, bersholawat dan rajin menghadiri kajian Islam. Insyaa Allah akan menjadikan kita hamba Allah yang bertakwa. Aamiin ya Allah..
Meski Ramadhan usai, namun perjuangan tetap berjalan. Ketaatan selama Ramadhan apakah masih dilakukan? Selama bulan Syawal ini pernahkah lisan kita menyakiti orang lain? Berkecimpung dalam ghibah? Masihkah ibadah wajib dan sunnah dijaga? Sudah seharusnya ketaatan itu membekas, kontinu dan ditingkatkan di bulan-bulan selanjutnya. Tetap istiqomah hingga akhir hayat. Memang sih akan lebih berat dan banyak godaannya. Tapi masih pengen kan dapat gelar sebagai pemenang takwa sejati? Pastinya dong!
Shaum di bulan Ramadhan terasa lebih mudah karena suasananya mendukung. Siang malam bisa fokus beramal sholih. Semangat sholat berjamaah di masjid. Biasanya di masjid suka ada takjil gratis untuk buka puasa. Waah, makin semangat deh! Yang shaum pun banyak. Malu deh kalau ketahuan nggak shaum. Bagaimana pun shaum dijaga supaya nggak batal. Anak kecil saja bisa, kok. Lah, ini yang dewasa masih ada yang sengaja batalin. Makan sembunyi-sembunyi. Allah Maha Melihat keles. Ada lagi yang ngaku shaum tapi masih ngisap rokok. Tuman! Kesel nggak sih ketemu orang model begini? Badan sehat bugar tapi nggak shaum Ramadhan. Ngobrol pula sambil ngopi dan ngerokok di pojokan terminal atau pasar. Ckckk… Astaghfirullah
Sekarang sudah di luar Ramadhan. Mau shaum sunnah Senin dan Kamis saja masih mikir-mikir tuh. Padahal kan Senin ke Kamis jeda cuma dua hari. Sedangkan pas Ramadhan shaum setiap hari selama sebulan full tanpa jeda. Shaum sunnah kerasa susah. Why? Oke, di bulan Ramadhan yang shaum banyak. Sedangkan di luar Ramadhan kan nggak. Mau puasa sunnah tapi orang rumah atau temen sekolah nggak ikut shaum. Belum lagi penjual makanan yang buka seperti biasa. Lewat sini ada tukang bakso. Di sana ada yang lagi bakar sate. Godaan banget tuh.
Mau jaga lisan tapi sering denger orang asik ghibah atau marah-marah. Kadang kitanya yang ikut kesel bahkan bisa sampai mengutuki mereka lewat hati atau gumaman. Mau jaga pandangan tapi banyak yang buka aurat. Ada saja ‘daging dan paha ayam’ yang lewat. Paham kan maksudnya? Masih banyak wanita jahiliyah. Acara halal-bihalal sekaligus reunian teman sekolah. Temu kangen, eh isinya malah joget-joget campur baur laki-perempuan. Jelas bukan mahramnya. Pake minta ditolerir bahwa apa yang dilakukannya adalah dalam rangka mengenang masa remaja, masa SD atau SMP or SMA dulu. Bahaya!
Godaan yang nggak kalah berat adalah gawai alias gadget. Beberapa orang ada yang stop main gadget selama Ramadhan. Stop buka sosmed. Katanya biar khusyuk beribadah. Nah, apa jadinya sekarang? Boleh saja aktif di sosmed, tapi jangan sampai waktu terbuang sia-sia hingga lupa dan lalai dengan ibadah dan amal sholih yang biasa dilakukan saat Ramadhan. Godaan di luar Ramadhan memang berat kan Bro en Sis? So, bagaimana caranya tetap taat dan bisa menghadapi segala godaan itu?
Jika di bulan Ramadhan suasananya mendukung, kenapa nggak kita buat suasana yang sama dengan getol ibadah wajib dan sunnah. Sholat wajib lima waktu. Jangan lagi sholatnya bolong-bolong. Tambah dengan sholat sunnah rawatib, tahajjud dan witir. Jangan karena bergadang nonton bola terus sholat malam terlewat. Tilawah al-Quran setiap hari. Dibaca dan diresapi maknanya. Kalau bisa punya target khatam dan hafalan. Zikir, sholawat dan sedekah perjuangkan tetap dilakukan.
Lanjutkan mengkaji Islam dengan hadir di majlis ilmu. Juga menyiapkan diri untuk shaum sunnah 6 hari di bulan Syawal. Nah, mumpung masih Syawal nih. Cuma 6 hari lagi. Tambah deh dengan shaum Senin dan Kamis. Kewajiban lain tetap dilakukan seperti menutup aurat.
Nah, yang prihatin, nggak sedikit kaum hawa yang menutup aurat saat Ramadhan tapi abis Lebaran malah balik lagi ke dandanan jahiliyah. Kalau niat ingin menjaga ketaatan harusnya tetap menutup aurat dong. Nggak cukup pakai kerudung saja ya, Sis. Sempurnakan dengan jilbab atau gamis yang longgar. Bukan baju setelan, rok atau celana panjang yang nggak sesuai dengan perintah Allah Ta’ala. Catet deh!
Dalam sebuah hadits qudsiy dikatakan (yang artinya), “Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta; jika ia mendekati-Ku sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa; jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari” (HR Bukhari, XI/199)
Hadits qudsiy ini semoga bisa jadi motivasi buat kita untuk menambah semangat dan merasa dekat dengan Allah Ta’ala. Ingat, Allah Ta’ala selalu bersama kita dan senang jika kita berusaha dekat pada-Nya. Berjuanglah untuk meraih ketakwaan sejati. Giat beribadah, berusaha untuk taat, istiqomah. Kobarkan terus semangat ibadahmu! Semoga kita dipertemukan lagi dengan Ramadhan berikutnya. Insya Allah. Siap berjuang dan meraih takwa sejati sebelum ajal menghampiri? Pastinya dong! Bismillaah! [Siti Muhaira | FB Muhaira az-Zahra]