Thursday, 21 November 2024, 22:02

gaulislam edisi 637/tahun ke-13 (11 Jumadil Awwal 1441 H/ 6 Januari 2020)

Wuidih.. Judulnya nge-gas amat, ya. Itu, looh… kayak yang mau ngajak berantem aja, nih, Bro en Sis. Hmm.. Sebenernya apa sih yang mau dibahas pada Buletin gaulislam kali ini? Baca sampai habis, ya! Kuy!

Miris banget! Yah.. Walau pun ini bukan pemberitaan baru lagi, sih. Umum banget, dan nggak jarang terjadi. Dan, nggak cuma di Indonesia aja, kasus ini sering kali terjadi di banyak sekali negara di luar sana. Aduh.. Berita apa, sih? Lagi viral nggak ya? Apa udah ketutup sama pemberitaan-pemberitaan yang lain? Kayaknya sih gitu, deh.

Beneran, deh, sedih banget rasanya. Cuma ungkapan miris yang bisa menggambarkan keadaan nggak menyenangkan ini. Coba deh, kalau Bro en Sis search di internet dengan keyword ‘Pelecehan Seksual Mahasiswi’, huft.. Sedih banget beneran.

Kasus terakhir yang paling ramai itu mengabarkan tentang pelecehan seorang mahasiswi Telkom University oleh seniornya. Kabarnya, korban sampai mengalami trauma. Atau ada juga kasus sebelumnya yang sama-sama bikin sedih juga. Yaitu pembunuhan mahasiswi UIN Alauddin Makasar yang dibunuh oleh pacarnya. Terus, ada lagi kasus pelecehan seksual mahasiswi UIN SGD Bandung oleh seorang dosen. Dan masih banyaaak banget, kasus-kasus serupa. Jangankan kasus-kasus yang tercatat untuk beberapa tahun. Kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi selama tahun 2019 aja udah banyak banget. Waduh.. Parah banget, kan Bro en Sis.

Ngeri banget ya, Bro en Sis. Sedih juga. Kita bisa liat sendiri fakta-fakta menyedihkan yang terjadi, tidak lupa juga dampak-dampak nggak baik yang dialami para korban, dan yang lebih menyedihkan lagi, adalah karena kasus-kasus itu terus berulang dan terulang lagi. Huft…

Pelecehan seksual

Penasaran nggak, sih, Bro en Sis? Kenapa berita-berita itu terus-terusan ada di jendela pemberitaan kita? Alasan di balik kasus-kasus tersebut. Kalau Bro en Sis suka atau pernah membaca atau menonton cerita detektif, yah, semacam motif di balik terjadinya kasus-kasus itu.

Menurut berita yang diungkapkan oleh banyak media nih, motifnya itu biasanya nggak jauh-jauh dari urusan pacaran, perselingkuhan pacar, kekerasan seksual oleh pacar, atau ada juga, sih, yang bukan pacar. Kakak tingkat, tetangga di kosan, sampai dosennya. Sebenernya kasihan juga, ya. Apalagi bagi korban-korban yang sedang dalam rantauan dan jauh dari rumahnya. Tinggal di kosan. Yang seharusnya mahasiswi-mahasiswi tersebut fokus untuk menuntut ilmu dan beraktivitas, eh, malah ada bahaya yang menghantui mereka.

Coba kita pikirkan deh, Bro en Sis. Sebenernya, apa dan siapa sih yang harusnya disalahkan atas kasus-kasus ini? Pasti ada yang harus dipermasalahkan agar kejadian-kejadian ini tidak terjadi lagi. Apakah ini adalah salah laki-laki karena yang terlalu ‘nafsu’ sehingga melakukan pelecehan? Atau kah perempuannya yang terlalu menarik perhatian seakan meminta untuk dilecehkan? Hmm.. Barangkali Bro en Sis pernah melihat perdebatan semacam ini di beberapa pemberitaan tentang demonstrasi terhadap pelecehan seksual.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Gini, sebenernya kedua pertanyaan di atas itu adalah permasalahan yang saling berhubungan. Loh, kok bisa gitu?

Sebelum kita bahas lebih lanjut, coba kita muhasabah dulu sedikit. Tentang apa? Tentang bahwa aturan hidup yang telah Allah Ta’alaa berikan kepada kita itu, pasti sesuai dan menjadi jawaban terbaik dari setiap permasalah hidup kita. Setuju? Coba kita renungkan bersama. Jawaban atas problem kehidupan manusia, yang benar itu harus berdasarkan wahyu, yakni al-Quran dan Hadits. Tentu saja, sebab syariat Islam adalah aturan yang benar dan menyelamatkan. Maka, setiap persoalan harus dicarikan jawabannya (dan pasti itu jawaban terbaik) dari al-Quran dan as-Sunnah. Dan, tentu saja wajib diyakini. Sebab, ini kaitannya dengan keyakinan kita sebagai muslim kepada Allah Ta’ala sebagai Musyarri (pembuat hukum).

Nah, kalau kamu udah yakin, bahwa aturan Allah-lah yang menjadi jawaban dari setiap permasalahan kita di dunia ini, maka kamu seharusnya juga yakin bahwa kerusakan yang terjadi di dunia ini adalah akibat dari kelalaian kita sebagai manusia dalam menjalani hidup. Setuju?

Loh, ini bagaimana sih? Kok pembahasannya kayak agak ngelantur, gitu? Eitss.. Tunggu dulu, Bro en Sis. Coba deh, kita balik sedikit.

Seperti yang sudah dijabarkan sedikit di atas tadi, yaitu tentang fakta-fakta miris pelecehan seksual di kalangan mahasiswi yang ‘terus berulang’, nah, artinya kan ada yang salah tuh, dengan keadaan kehidupan semacam ini. Coba kita review lagi dua pertanyaan yang agak kontroversial di atas tadi. Apakah fenomena ini adalah salah laki-laki karena yang terlalu ‘nafsu’ sehingga melakukan pelecehan? Ataukah perempuannya yang terlalu menarik perhatian seakan meminta untuk dilecehkan (tentu berdasarkan nafsu juga)?

Hmm… pertanyaan-pertanyaan tadi sebenernya memang nggak bisa langsung dijawab mana yang salah, sih. Karena yang salah itu adalah keadaannya. Loh, gimana sih maksudnya?

Gini ini. Keadaan yang menjadi masalah adalah karena tidak adanya pengetahuan Tata Pergaulan Pria dan Wanita dalam Islam di kalangan mahasiswa. Apakah itu? Ya, ada tujuh rambu penting yang akan menjaga kesucian, kehormatan, dan juga keamanan diri dalam kehidupan bersosialisasi antar pria dan wanita. Bila ketujuh rambu tersebut dijalankan oleh setiap individu di lingkungan tersebut, maka akan ada jaminan terjaganya dari ‘maksiat budak nafsu’ ini. Insya Allah yakin deh. Ini aturan yang ditetapkan Allah Ta’ala untuk mengatur kehidupan manusia.

Tujuh rambu tata pergaulan pria dan wanita

Singkatnya aja nih, Bro en Sis. Rambu-rambu tersebut adalah: ghadhul bashar (menundukkan pandangan); menutup aurat; larangan khalwat; larangan wanita bepergian jarak safar tanpa mahram; larangan keluar rumah tanpa izin bagi wanita; kehidupan wanita dan laki-laki yang terpisah; dan kerjasama pria-wanita hanya untuk mua’malah.

Dari tujuh rambu tersebut, rambu pertamanya memerintahkan untuk menundukkan pandangan. Bahasa gampangnya, sih, nggak jelalatan. Bukan cuma mata, tetapi juga pandangan hati. Gimana, sih, maksudnya? Jadi nggak mikir yang aneh-aneh gitu. Bro en Sis pasti pernah denger ungkapan “dari mana datangnya cinta, dari mata turun hati,” kan?

Nah, gitu juga yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Beliau mengatakan bahwa pandangan adalah salah satu dari panah-panah beracun yang dilemparkan oleh setan kepada manusia. Hiiy.. Serem, kan? Kayaknya dari situ deh, bisa muncul penyakit hati yang namanya nafsu untuk maksiat. Iya! Ketika pandangan diteruskan ke hati, karena dia kotor, maka ia jadi nafsu, terus jadi dosa, deh. Euww.. Na’udzubillahimindzalik.

Penjelasan rambu-rambu lainnya tentang larangan berduaan, cara berpakaian, dan lain-lain, silakan cari selengkapnya di internet ya. Coba cari tau, ya. Keyword-nya ketik aja “7 Rambu Tata Pergaulan Pria dan Wanita dalam Islam”. Okey? Sip, deh!

Sekadar menampilkan satu dalil nih dari tujuh rambuk tadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya), “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)

Nah, kembali ke fenomena di kalangan mahasiswa, kita bisa menilai gimana, sih, pergaulan antar laki-laki dan perempuan di sana. Apalagi kalau udah sampai menjalin hubungan yang diharamkan Allah, yaitu pacaran. Pasti deh, semua rambunya udah jelas-jelas dilanggar. Dan akhirnya, kalau terjadi hal-hal nggak menyenangkan yang menjadi dampak dari nafsu syaitan, itu adalah akibat dari pelanggaran rambu-rambu tersebut. Tuh, kan!

Karena memang bener, Bro en Sis. Kadang-kadang (atau bahkan sebenarnya sering?), dalam urusan pelanggaran pergaulan laki-laki dan perempuan itu, nggak sedikit yang menjadi budak nafsu. Nggak hanya laki-laki, tapi perempuan juga. Maksudnya budak nafsu itu apa, sih? Yang namanya budak, itu seperti semua yang diinginkan oleh tuannya harus dijalankan. Nah, kalau tuannya itu adalah nafsu yang mengajak maksiat, kan bahaya dong.

Sobat gaulislam, permasalahannya adalah karena masyarakat pada umumnya bahkan mungkin tidak mengetahui adanya rambu-rambu tata pergaulan. Sehingga tanpa mereka ketahui dan secara tidak sadar melakukan aktivitas-aktivitas yang memudahkan jalan masuk setan ke dalam hati manusia. Apalagi di masa sekarang ini, memang interaksi laki-laki dan perempuan itu kesannya tidak ada batasan. Bukannya tidak mungkin banyak mahasiswa yang belum mengetahui juga. Apalagi mahasiswa, kan, banyak yang tinggal jauh dari orang tua. Sehingga penjagaan dan pengawasan dari keluarga pun berkurang.

Yuk jaga diri, yuk ngaji!

Bro en Sis, dalam kasus mahasiswa ini, kita memang tidak bisa menhindari proses perubahan menuju kedewasaan. Pasti ada aja deh, godaan-godaannya. Pengen coba ini lah, interaksi itu lah. Kalo salah langkah, bisa kejerumus kepada keburukan. Kalau yang terjerumus ke lembah nista adalah iman kita, nau’udzubillah. Kalo terjerumus fisik kita, nggak kalah ngerinya, loh.

So, buat kamu yang masih SMA, dan yang mungkin baru atau mau masuk dunia perkuliahan, yuk kita jaga diri! Gimana caranya?

Nah, ada beberapa tips, nih, untuk menjaga diri kita. Di antaranya yaitu menjaga akidah kita. Jangan sampai, Islam itu lepas dari hidup kita. Inget, Bro en Sis, untuk terus menyertakan rasa takut dan harap kita hanya kepada Allah Ta’ala dalam setiap aktivitas kita. Dengan begitu, InsyaaAllah kita akan bisa memilah mana perbuatan yang harus dilakukan atau dijauhi.

Lalu bagaimana cara menjaga akidah kita? Nah, itu sebabnya, menuntut ilmu adalah sesuatu yang penting banget. Ilmu apa? Tentu saja ilmu yang dapat membuat kita berada di jalan kebaikan, yaitu Islam. Ngaji jangan sampai ditinggal, Bro en Sis. Ngaji yang dimaksud adalah mengikuti kajian-kajian keislaman, seperti ikut gabung di rohis atau lembaga dakwah kampus. Selain ilmu, tentu kita butuh lingkungan pergaulan yang Islami. Sebab, ini salah satu faktor penting dalam menjaga akidah dan pergaulan kita. Oya, di majelis kajian Islam itulah, Bro en Sis bisa mendapatkan keduanya, ilmu dan lingkungan yang Islami.

Buat Sobat Bro en Sis yang mahasiswa juga tetep ngaji, ya. Selain fokuskan diri untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, masukkan juga agenda kajian Islami-nya. Minimal seminggu sekali, lah, iman itu harus diperbarui.

Walaupun akhir-akhir ini, agenda kajian di kampus-kampus kebanyakan dipersulit, ya, Bro en Sis. Itu, loh, tentang kebijakan yang menyatakan bahwa pengajian adalah bibit radikal. Itu sebenernya kebijakan yang sangat membuat sedih dan kecewa. Why? Karena kalo dilrang, lalu akan dapat dari mana lagi proses charging iman-nya? Salah-salah, karena mahasiswa pada takut dan ogah ikut kajian, eh, akhirnya jadi minim ilmu, terus malah tercebur maksiat semacam pacaran, pergaulan bebas, bahkan sampai seks bebas. Na’udzubillahimindzalik. Amit-amit, deh.

Kesimpulannya, pelecehan seksual atau perilaku seks bebas di kalangan mahasiswa adalah sebuah fakta nyata dari bejatnya akhlak. Miris banget. Padahal, mahasiswa sebagai pemuda seharusnya ada di barisan terdepan untuk menunjukkan intelektualitas dan keilmuan serta adab. Kalau fakta mahasiswanya masih begini mirisnya, aduh, nggak tahu lagi deh masa depannya kayak gimana.

Ngaji dan dakwah bekal mahasiswa

Ya, itu sebabnya harus ada perubahan. Perubahan seperti apa? Tentu saja perubahan supaya menjadi lebih baik dalam aspek keilmuan dan juga adab. Mulai dari belajar Islam. Bisa dengan bergabung di komunitas keislaman di kampus misalnya, supaya bisa mulai berdakwah juga. Perubahan memang dimulai dari diri sendiri, tetapi kita juga perlu wadah untuk mendakwahkan dan menyebarkan perubahan tersebut kepada orang-orang yang lebih banyak. Sehingga perubahannya semakin lebih baik.

Nah, itu buat yang mahasiswa. Buat kamu yang masih SMA (termasuk yang SMP), yuk ngaji, gabung di rohis, terus berdakwah. Iya! Itu adalah bekal untuk menghadapi tantangan sebagai mahasiswa kelak. InsyaaAllah nggak susah, kok. Asal niat kita hanya untuk Allah Ta’ala, kebaikan Islam dan kaum muslimin. Mudah-mudahan fakta tentang kasus-kasus menyedihkan semacam pelecehan seksual itu bisa menghilang dari laman pemberitaan kita. Semoga tak ada lagi mahasiswa budak nafsu.

Oya, lebih mantep lagi, kalo kita gabung di rohis dan lembaga dakwah kampus. Selain ngaji juga berdakwah untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya sebuah institusi negara yang menerapkan syariat Islam agar diberlakukan aturan dan sanksi. Jika ada yang melanggar bisa dihukum sesuai ketentuan yang berlaku dalam ajaran Islam. Bisa, kan? InsyaaAllah! [Fathimah NJL | IG @fathimahnjl]