Friday, 22 November 2024, 09:21

Surti dan Tejo adalah tokoh khayalan yang diciptakan Yanto dan kawan-kawan dari kelompok musik Jamrud. Surti-Tejo bukan kisah cinta biasa. Bercerita tentang seorang pemuda desa yang berubah drastis karena pergaulan kota, lagu ini berisi sindiran nilai-nilai budaya yang tergeser akibat globalisasi.

Dengan modal itu, Jamrud karuan aja bikin geger jagat musik Indonesia. Hingga namanya kian melambung, dan dibicarakan di mana-mana. Dengan “kekuatan� seperti itu, tampaknya Jamrud berada di “atas angin�. Mulai lagu slow dengan racikan akustik, string section dan bahkan acappela ini memang semakin memperkuat ciri Jamrud. Keunggulan Jamrud memang ada pada keragaman musiknya. Lebih dalam lagi, grup yang diperkuat Azis (gitar), Yanto (vokal), Herman (dram), Ricky (bas) ini selalu merangkum musik-musik rock yang ada, dari slow hingga metal.

Dengan begitu, anak muda mana yang nggak kenal? Malah boleh dibilang, Jamrud kayaknya “milik� semua orang, dari mulai anak-anak, remaja, sampai dewasa. Rata-rata mereka pada apal nyanyiin lagu-lagu besutan grub band asal Bandung ini. Atau minimal telinganya udah nyetel dengan genre musik yang dibawa Jamrud. Selain itu, trademark Yanto yang suka tampil “berkupluk� dan kacamata hitam seringkali diikuti penggemar beratnya. “Jamrud� jadi ada di mana-mana.

Surti-Tejo, adalah kisah cinta “alaâ€? Amerika. Setidaknya begitulah yang ingin digambarkan kelompok musik ini. Bila itu dimaksudkan sebagai sindiran, sebagai cemoohan, boleh-boleh saja. Namun kayaknya Jamrud kurang lihai dalam memberikan solusi. Buktinya, dibiarin aja faktanya mengalir begitu saja. Bahkan celakanya, bila kemudian para penggandrung grup musik ini–terutama yang masih remaja bau kencur–main meniru aja “kisah cintaâ€? dalam lagu itu.

Kisah cinta yang digambarkan begitu vulgar ini banyak mendapat sorotan berbagai kalangan. Di satu sisi Jamrud ingin menggambarkan amburadulnya pergaulan akibat globalisasi. Namun di sisi lain, ternyata, Jamrud nggak memberikan solusi apapun. Mungkin karena mereka juga bingung? Bisa jadi. Sebab, barangkali—tanpa maksud menuduh—Jamrud sendiri adalah bagian dari amburadulnya sistem kehidupan ini. Ya, siapa tahu?

Mengenai syairnya, kayaknya nggak cukup pantas untuk ditulis kembali di sini. Sebab, kita juga malu kalo menuliskannya kembali. Bener. Soalnya vulgar banget, tuh. Tapi kita yakin deh, kalo kamu juga sering denger dan lihat di radio dan televisi. Parah kan? Makanya sempat juga klip “Surti-Tejo� kena cekal. Namun, akhirnya bisa ditayangkan juga di televisi, meski dengan beberapa pemotongan.

Seperti udah sering kita denger dan saksikan, bahwa kehidupan pergaulan remaja di negeri ini udah bebas nian. Kisah “Surti-Tejo� adalah salah satu contohnya, itupun kalo mau dijadikan contoh. Anak desa yang tadinya lugu pun, begitu menghirup udara kota, jadi berubah drastis. Malah, nggak perlu ke kota juga sebenarnya, sebab untuk mengetahui budaya asing itu remaja bisa dapatkan lewat tivi, majalah, koran, atawa tabloid. Jadi emang banyak peluang untuk menjadi rusak, sebagaimana banyak jalan untuk menjadi baik.

Cinta ala Amerika
Ini bukan judul salah satu lagu milik kelompok musik Slank, lho. Ini sekadar ingin menggambarkan betapa perilaku seks remaja negeri ini udah mengarah kepada tingkatan yang berbahaya. Kalo istilah bapak-bapak?  di militer, mungkin ini udah masuk wilayah Siaga I?  alias suwangat berbuwahaya!

Dalam kasus ini, kalangan remaja adalah pihak paling duluan yang jadi sorotan. Gimana nggak, emang faktanya begitu kok. Kalo kamu perhatiin di sekolah aja, jumlah yang bergaul bebas antara laki dengan perempuan bisa jauh lebih banyak ketimbang yang ogah untuk melakukan itu. Terlepas dari cara bergaulnya yang terang-terangan atau yang sembunyi-sembunyi. Pokoknya yang namanya bergaul bebas itu adalah laki-perempuan yang bukan mahram; sering jalan berduaan, sering ngobrol di tempat sepi etc. Nah, kayaknya yang melakoni “jalan hidup� begitu jumlahnya bejibun.

Kalo masih nggak percaya, silakan adakan penelitian kecil-kecilan untuk mengetahui jumlah teman kamu yang melakukan hubungan spesial dengan lawan jenisnya. Caranya, bikin angket tentang masalah gaul bebas antara lawan jenis di sekolah kamu masing-masing. Setelah hasilnya diolah, kamu publikasikan di “Mading� sekolahmu. Beres kan? Coba aja!

Kasus Surti-Tejo adalah contoh paling sederhana dan banyak dijumpai. Kenapa mereka bisa begitu? Karena lemahnya keimanan mereka dan kendornya pengawasan dari masyarakat. Ditambah lagi dengan pemahaman asing—alias di luar Islam, bahwa masalah pergaulan muda-mudi itu bukan sesuatu yang besar dan kudu dibincangkan dengan serius. Dengan kata lain, biarkan saja selama mereka suka sama suka. Alasannya, selama mereka tidak “macam-macam�, jangan dipersoalkan. Namun tragisnya, batasan “macam-macam� itu sendiri masyarakat bingung kalo mereka diminta untuk menjelaskan lebih lanjut. Paling-paling pake jurus “ngeles�, yang penting nggak sampe berbuat z-i-n-a. Nah, itukan udah cuek banget. Dan itu jelas bahaya besar, lho.

Kisah cinta Surti-Tejo adalah bukti betapa cinta sering dipahami oleh sebagian besar remaja sebagai seks belaka. Maka tak heran, ketika mereka jatuh cinta, mereka juga harus merasakan “kenikmatan� seks. Wajar bila kemudian muncul “Surti-Tejo� di negeri ini. Jumlahnya ribuan, lagi. Bahkan mungkin jutaan.

Kalo kita mau lebih dalam menelusuri, ternyata ada hubungannya dengan kasus aborsi. Sebab banyak di antara mereka adalah para remaja, dan jelas belum pada nikah. Kenapa aborsi? Bisa karena takut atau malu. Ya, malu dan takut ketahuan hamil diluar nikah.

Nah, melakukan aborsi bagi remaja di kota-kota besar di Indonesia saat ini bukan hal yang tabu. Gejala ini, kata Prof. Dr. Azrul Azwar, M.P.H., Dirjen Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Sosial (Depkessos), makin mengkhawatirkan. Apalagi, berkembangnya perilaku pergaulan bebas dengan didorong penyalahgunaan obat terlarang tak bisa diredam begitu saja. Menurut data, sekitar 2,3 juta wanita muda usia setiap tahun melakukan aborsi. “Dari angka itu, sekitar 15-20% di antaranya dilakukan di luar nikah,” ungkap Azrul. (GAMMA, Nomor: 23-3 – 31-07-2001)

Kalo mau dihitung lebih teliti, angka 20% dari 2, 3 juta kan banyak? Ya, kira-kira 460 ribu orang yang melakukan aborsi diluar nikah. Walah, itukan bahaya besar. Bahkan siapa tahu, data yang nggak tercatat bisa jauh lebih tinggi lagi angkanya. Mengerikan memang.

Mungkin ini mencontoh perilaku seks anak muda di Amrik. Berdasarkan data dari para peneliti di Boston, Massachusset, belum lama ini, bahwa 47% pelajar SMP kelas III di Amrik telah melakukan hubungan seks bebas. Dari jumlah tersebut hanya 23% yang tidak berpacaran tapi melakukan hubungan seks.

Salah gaul
Tejo, yang digambarkan dalam syair tersebut adalah sosok pemuda kampung yang lugu dan doyan main lumpur. Tapi rupanya, begitu datang ke kota, Tejo berubah 180 derajat. Maklum, di kota besar, khususnya Jakarta, berbagai model kehidupan ada semua. Boleh dibilang, kota besar itu menyimpan pesona; pesona tentang keindahan, pun tentang kesemrawutan. Itu sebabnya orang bilang, hidup di Jakarta kudu bisa membawa diri. Inilah “kejamnya� ibukota, yang kata Ateng dan Iskak lebih kejam dari ibu tiri!

Pergaulan adalah satu dari sekian masalah yang jadi sorotan. Sebab, pergaulan yang benar, insya Allah akan menghantarkan kepada kebenaran bagi pelakunya. Demikian juga sebaliknya. Salah gaul, ya bakalan salah seterusnya. Berbahaya memang.

Dalam kasus ini, penulis juga punya pengalaman dan fakta menarik. Nun jauh di sana, di kampung yang kalo udah lewat maghrib angkutan umum yang beroperasi cuma ojek. Kampung ini memiliki segudang cerita tentang kerusakan. Anak-anak bau kencur di kampung tersebut–mungkin usianya sekitar rata-rata 15 tahunan–udah terbiasa mengkonsumsi narkoba, bahkan melakukan seks bebas. Waduh, jelas ini adalah akibat pergaulan yang salah.

Setidaknya, ini didukung dengan banyaknya rumah tangga yang sudah memiliki pesawat televisi, juga masuknya siaran radio, ditambah lagi dengan banyaknya usia produktif yang memilih tidak meneruskan sekolah setamat SD, dan kemudian nekat mengadu nasib di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Parahnya, sebagian besar di antara mereka yang mengadu nasib di Jakarta ketika mudik sudah terkontaminasi budaya bejat ibukota, yang mereka dapatkan dari pergaulan di sana. Celakanya lagi, kerusakan itu ia tularkan ke anak-anak kampung yang lain. Bahkan dengan mulut manis—tapi berbisa itu—ia cerita tentang “surga� kota besar. Siapa yang tak tertarik? Maka, himbauan Pak Wiyogo untuk tidak membawa orang ke kota setelah mudik dianggap angin lalu aja. Akhirnya, tumplek, blek, di Jakarta.

Kampung yang tadinya adem ayem aja—paling nggak ketika jaman penulis kecil, kini berubah total. Biasanya saat adzan maghrib berkumandang, anak-anak dengan tergesa pergi ke mushalla untuk belajar ngaji. Tapi sekarang, saat adzan magrib bergema dari pengeras suara masjid, anak-anak, remaja, dan juga orangtua mereka sibuk nonton sinetron yang banyak menjual mimpi-mimpi itu. Adzan tinggal adzan, sholatnya wallahu’alam.

Maka jangan heran pula akibat kendornya ikatan terhadap ajaran Islam ini banyak juga di antara remaja kampung itu terjebak dalam haru-biru seks bebas. Betapa kerusakan sudah meluas ke kampung-kampung. Pada awalnya penulis berpikir, bahwa pemuda kampung tidak cukup berani untuk melakukan perbuatan bejat itu. Tapi nyatanya, ketika penulis pulang kampung, sudah banyak yang berubah. Rusak deh!

Dan kayaknya di semua tempat juga begini kondisinya. Ya, sekadar berbagi cerita. Sebab, kemaksiatan ternyata udah menembus kampung-kampung. Hemm… dunia memang nggak selebar daun kelor. Cerita di suatu daerah di belahan bumi ini, dengan secepat kilat bisa diketahui oleh penduduk di belahan dunia lain. Ibaratnya, informasi itu kini berjalan dua kali atau malah sepuluh kali lebih kencang dari langkah kaki kita.

Walhasil, arus informasi yang nggak seimbang ini akan berdampak buruk bagi yang kalah bersaing. Ujungnya, beragam budaya bisa dengan cepat mengalir dan diserap penghuni dunia ketiga—yang kalah bersaing. Contoh paling mudah dilihat adalah?  masalah seks bebas ini.

Maka langkah pencegahan “jangka pendek� dalam kasus ini adalah dengan selektif memilih teman. Sebab, teman gaul kita adalah cermin bagi kita. Apalagi, orang lain yang baru tahu tentang kita, ia akan mulai menilai kita dengan melihat, siapa teman gaul kita.

Belum lagi, kalo kita bergaul dengan orang-orang yang nggak bener, kita juga suka kebawa nggak bener. Contoh kecil, kalo teman main kamu orang yang suka melalaikan shalat, maka lambat laun pertahanan iman kamu juga jebol, dan nggak mustahil kan kalo kamu juga jadi ikutan nggak sholat? Bisa jadi. Maka, teman kita itu ibarat cermin bagi diri kita. Dengan begitu, kita kudu pandai memilih teman. Nggak boleh sembarangan, lho. Meski mungkin ini menurut kamu sepele, tapi akibatnya nggak sekecil yang kita bayangkan. Allah Swt. menggambarkan bagaimana pengaruh seorang teman dalam kehidupan kita. Firman-Nya:

?????§?ˆ?????’?„???????‰ ?„?????’?????†???? ?„???…?’ ?£?????‘???®???°?’ ?????„?§???†?‹?§ ?®???„?????„?§?‹
“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku).â€? (QS al-Furq?¢n [25]: 28)

Allah juga melukiskan bagaimana sebaik-baik orang yang kudu kita jadikan teman. Dengan kata lain, ini supaya kita nggak salah gaul. Firman Allah Swt.:

?ˆ???…???†?’ ?????·???¹?? ?§?„?„?‘???‡?? ?ˆ???§?„?±?‘???³???ˆ?„?? ?????£???ˆ?„???¦???ƒ?? ?…???¹?? ?§?„?‘???°?????†?? ?£???†?’?¹???…?? ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????’?‡???…?’ ?…???†?? ?§?„?†?‘???¨?????‘?????†?? ?ˆ???§?„?µ?‘???¯?‘?????‚?????†?? ?ˆ???§?„?´?‘???‡???¯???§???? ?ˆ???§?„?µ?‘???§?„???­?????†?? ?ˆ???­???³???†?? ?£???ˆ?„???¦???ƒ?? ?±?????????‚?‹?§
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.â€? (QS an-Nis?¢ [4]: 69)

Nah, catet ya, teman baik itu bisa memberikan segalanya bagi kita. Misalnya, kita lalai, ia akan mengingatkan kita. Beda banget kan dengan teman yang dzalim? Justru ia bakalan lebih getol mengajak kita untuk berbuat maksiat.

Dalam kitab Adabul Mufrad, ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Tidaklah saling mencintai dua orang dalam agama Allah Ta’ala, kecuali orang yang paling utama di antara keduanya adalah yang paling besar cintanya pada sahabatnya.� (H.R. Bukhari).

Hadis ini memberikan gambaran yang bagus kepada kita tentang bagaimana kita berusaha menjadi teman yang baik bagi sahabat kita. Atau juga pedoman yang bagus dalam memilih teman. Seringkali kita tidak bisa menjadi teman baik bagi teman-teman kita. Atau malah kita sendiri yang ternyata salah dalam mencari teman. Tejo, adalah salah satu korbannya. Betapa pergaulan amburadul telah merenggut rasa malu dan takutnya kepada Allah, hingga “tega� akan berbuat maksiat dengan Surti, tentu dalam kisah cinta besutan Jamrud itu.

Oke deh, kasus “Surti-Tejo� sekadar contoh buruk dari maraknya budaya asing di negeri ini, khususnya persoalan seks bebas. Bila kita ingin lepas dari “belenggu� kehidupan seperti ini, maka satu-satunya jalan adalah kembali kepada ajaran Islam. Maka mulai sekarang, semarakkan aktivitas pengajian!

(Buletin Studia – Edisi 067/Tahun ke-2)