Friday, 22 November 2024, 01:27

gaulislam edisi 638/tahun ke-13 (18 Jumadil Awwal 1441 H/ 13 Januari 2020)

Geger! Eh, nggak juga sih. Ya, geger bagi yang baru tahu. Kalo udah tahu, biasa aja. Ya, bukan cuma kasus Reynhard kok kalo urusan homoseksual. Di negeri kita juga banyak. Bagi kamu yang belum lahir di tahun 90-an, ada tuh namanya Robot Gedek. Siapa dia? Siswanto alias Robot Gedek adalah pedofilia yang dinyatakan bersalah melakukan serangkaian pembunuhan dan menyodomi belasan anak jalanan sepanjang tahun 1994-1996. Dia kemudian dijatuhi hukuman mati. Namun, sebelum dieksekusi, Robot Gedek tewas di penjara karena serangan jantung, 26 Maret 2007.

Tahun 2008 juga menjadi saksi bagaimana publik Indonesia digegerkan geger oleh kisah pembunuhan berantai yang melibatkan Very Idham Henyansyah alias Ryan Jombang.

Pada April 2009, Majelis hakim Pengadilan Negeri Depok menjatuhkan vonis hukuman mati kepada Ryan. Menurut keterangan majelis hakim, Ryan terbukti bersalah atas pembunuhan berantai dengan 11 korban (10 pria dan 1 wanita). Dan, perlu dicatat hasil pemeriksaan psikiater, Ryan juga mengalami gangguan orientasi seksual berupa homoseksualitas. Why? Sebab 10 pria sebelum dia bunuh, disodomi terlebih dahulu.

“Dalam hubungan homoseksualitas itu, tersangka lebih menyukai peran sebagai perempuan, tapi kelainan seksual itu nggak ada kaitan dengan kejiwaan, karena mereka yang bukan homo juga dapat mengalami gejala kejiwaan,” kata Psikiater Polda Jatim AKBP dr Roni Subagio kala itu.

Tahun 2014 juga ada kehebohan. Siapa pelakunya? Andri Sobari (lahir Sukabumi, 1990) atau lebih dikenal dengan nama Emon adalah predator seksual yang melakukan tindakan sodomi terhadap sekitar 100-an orang anak. Menurut pengakuan Emon ia mulai melakukan tindakan sodomi sejak berusia 15 tahun. Emon mengaku bahwa dirinya kerap mencatat atau menuliskan nama-nama korbannya setelah ia melakukan perilaku tidak senonoh kepada para korbannya, baik hanya diraba-raba, dirayu bahkan sampai disodomi.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kalo Robot Gedek, Ryan, dan Emon melakukannya di negeri sendiri, maka Reynhard adalah orang Indonesia yang bikin heboh di negara lain. Nun jauh di Manchester, United Kingdom alias di Inggris sono. Udah seminggu ini sih rame beritanya. Intinya, Reynhard Sinaga disebut oleh media Inggris sebagai predator seks yang berbahaya.

BBC menurunkan laporan bahwa Reynhard Sinaga, seorang pria asal Indonesia, dihukum seumur hidup oleh Pengadilan Manchester, Inggris dalam 159 kasus perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria, selama rentang waktu dua setengah tahun dari 1 Januari 2015 sampai 2 Juni 2017.

Di antara 159 kasus tersebut terdapat 136 perkosaan, di mana sejumlah korban diperkosa berkali-kali.

Hakim Suzanne Goddard dalam putusannya pada Senin (06/01) menggambarkan Reynhard sebagai “predator seksual setan” yang “tidak akan pernah aman untuk dibebaskan”.

Pejabat dari unit kejahatan khusus, Kepolisian Manchester Raya, Mabs Hussain, menyebutkan perkosaan berantai ini adalah “kasus perkosaan terbesar dalam sejarah hukum Inggris”.

Hussain mengatakan bukti menunjukkan kemungkinan korban dapat mencapai 190 orang termasuk 48 orang yang kasusnya telah disidangkan melalui empat persidangan terpisah mulai Juni 2018 sampai Desember 2019.

Ia menambahkan bukti video perkosaan yang direkam oleh Reynhard sendiri begitu banyaknya seperti layaknya menyaksikan 1.500 film di DVD.

Gulfan Afero, koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI London, mengatakan beberapa kali bertemu dengan Reynhard di penjara dan sempat berbicara dari hati ke hati.

“Dia mengakui dia gay, dan dia memang menyatakan dari hati ke hati ke saya, dia melakukan hubungan seks dengan kurang lebih 200 orang dalam kasus ini,” kata Gulfan kepada wartawan BBC News Indonesia, Endang Nurdin.

Jumlah ini, dalam pengamatan kami hampir klop dengan yang didata polisi berdasarkan bukti rekaman video 193 orang. Demikian menurut laporan di BBC News Indonesia.

“Berkembang biak” dengan sodomi

Sobat gaulislam, pelaku sodomi biasanya pernah disodomi. Korban jadi pelaku. Ahmad Sobari alias Emon (24), pria yang dijuluki raja sodomi dari Sukabumi ini pernah mengungkapkan latar belakang seksualnya, bahwa di masa anak-anak dulu dia pernah menjadi korban sodomi juga. Dari sanalah awal dia menyukai bocah sejenis.

“Saya pernah disodomi oleh teman saya. Awalnya saya diajak keluar, untuk main. Tiba-tiba saya dibawa ke tempat sepi lalu saya disodomi,” kata Emon saat ditemui di Mapolres Sukabumi, kala itu.

Saat masa anak-anak dulu, Emon mengakui bahwa dia menikmati perlakuan tersebut (disodomi). Berawal dari sanalah, Emon di kemudian hari melakukan hal yang sama pada anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya, Sukabumi.

“Saya tidak dendam. Malah saya menikmati itu (disodomi),” beber Emon.

Hampir berbarengan dengan kasus Emon, kasus sodomi juga terjadi di JIS (Jakarta International School). Nama Zainal (28) terangkat saat terkuaknya kasus kejahatan seksual yang terjadi di JIS. Zainal merupakan salah satu tersangka kejahatan seksual terhadap murid lelaki TK JIS yang berinisial (6).

Tidak jauh berbeda dengan Emon, Zainal yang merupakan pekerja outsourcing PT ISS ini mengaku pernah menjadi korban sodomi saat usia lima tahun. Tidak itu saja, bahkan Zainal pun pernah menjadi korban pelaku kejahatan pedofilia William James Vahey.

William sendiri adalah buronan FBI Amerika Serikat atas kejahatan seksualnya terhadap 90 anak berusia 12-14 tahun di berbagai negara. Dia diketahui adalah mantan guru sosiologi di JIS Jakarta Selatan sejak 1992-2002. yang merupakan Buronan FBI.

Di tahun 2012 kasus sodomi terhadap beberapa bocah terjadi di Kabupaten Muaro Jambi. Kasus sodomi dilakukan oleh Supriyono (43), warga Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi.

Supriyono dilaporkan ke polisi karena melakukan sodomi terhadap bocah berusia 8 tahun berinisial D. Supriyono yang sehari-hari bekerja sebagai tukang es keliling diamankan di Polda Jambi pada Selasa Malam, 18 September 2012 lalu.

Supriyono mengaku bahwa tindakan sodomi yang dilakukannya terhadap sejumlah anak karena dulunya dia juga pernah menjadi korban. Menurut dia, hal ini dilakukannya karena dia masih teringat kejadian masa lalu dan ingin mengulanginya lagi.

Kenangan pahit ketika disodomi preman saat muda menjadi pemicu pria homoseksual bernama Baikuni alias Babe menjadi pedofilia. Lebih jauh lagi, dia menjadi sadis, menyodomi belasan anak jalanan berusia 4 hingga 14 tahun kemudian melancarkan aksi mutilasi.

Menurut dokter spesialis kejiwaan Naek L Tobing, secara tidak sadar, anak-anak korban paedofilia, khususnya yang melakukan sodomi, melakukan hubungan seks kali pertama dengan cara disodomi. Oleh karena itu, mereka pun memiliki potensi untuk melakukan tindakan yang sama saat dewasa. (kompas.com, 17/04/2014)

Ya, begitulah. Mereka yang homoseksual (gay), tak mungkin punya keturunan. Maka, untuk “mengembang-biakkan” jumlah kaumnya adalah dengan cara ‘memangsa’ orang lain yang belum terjangkiti homoseksual supaya jadi homoseksual di kemudian hari. Naudzubillahi mindzalik.

Menghabisi kaum homoseksual

Duh, bahasanya sadis amir, eh, amat. Iya, memang begitu kok. Udah jelas kelakukan mereka bisa menular. Jadi harus dicegah sebelum ‘berkembang biak’ makin banyak. Jad, ya wajib dihabisi!

Waduh, kejam juga ya? Ya, gimana lagi, kalo udah dinasihatin nggak mempan juga, disuruh bertaubat nggak mau, ya Islam punya aturan untuk membereskan masalah beginian. Kalo nggak? Kamu bisa lihat sekarang malah sepertinya mendapat ttempat karena memang dibebaskan oleh negara yang menganut sistem liberal ini. Mengerikan banget lho, soalnya bisa menular.

Itu sebabnyanya, prosedur yang dipakai untuk ‘membereskan’ masalah penyimpangan ini adalah dengan mengubah lingkungan. Terbukti, meningkatnya populasi kaum homo di negeri ini diakibatkan aturan yang berlaku di negeri ini. Alih-alih mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara, eh malah memberikan kebebasan untuk berbuat seperti itu. Di sinilah letak rusaknya sistem kapitalisme yang memang berakidah sekuler-liberal ini. Lingkungan dalam sistem kehidupan seperti inilah yang turut membidani lahirnya budaya kaum homo dan lesbi (termasuk biseksual dan transgender) sekaligus melestarikannya.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Seharusnya, setiap kejahatan, apapun bentuknya, kudu ada sanksinya. Dalam pandangan Islam, homoseksual dan lesbian (termasuk di dalamnya biseksual dan transgender) adalah suatu kejahatan. Maka, kalau tradisi kaum homo dan lesbian yang merusak kehidupan ini dibiarkan, maka selamanya mereka akan tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Malah tak mustahil pula bila mereka tambah belagu.

Apa hukuman yang bakal dikenakan kepada kaum homo dan lesbian ini? Imam Syafi’i menetapkan pelaku dan orang-orang yang ‘dikumpuli’ (yang menyodomi dan disodomi) wajib dihukum mati, sebagaimana keterangan dalam hadis, “Barangsiapa yang mendapatkan orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (praktik homoseksual dan lesbian), maka ia harus menghukum mati; baik yang melakukannya maupun yang dikumpulinya.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Baihaqi). (dalam Zainuddin bin Abdul ‘Aziz Al Malibaary, Irsyaadu Al ‘ibaadi ilaa Sabili Al Risyaad. Al Ma’aarif, Bandung, hlm. 110)

Adapun teknis (uslub) yang digunakan dalam eksekusinya tidak ditentukan oleh syara’. Para sahabat pun berbeda pendapat tentang masalah ini. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu memilih merajam dan membakar pelaku homoseks, sedang Umar dan Utsman radhiallahu ‘anhuma berpendapat pelaku dibenturkan ke dinding sampai mati, dan menurut Ibnu Abbas dilempar dari gedung yang paling tinggi dalam keadaan terjungkir lalu diikuti (dihujani) dengan batu.

Kejam? Boleh jadi menurut hawa nafsu kita demikian. Tapi lebih kejam mana dibandingkan membiarkan korban-korban homoseks terus berjatuhan. Apalagi akibat ulah kaum Sodom ini penyakit mematikan, AIDS, kian merajalela. Lagipula sebagai seorang muslim yang beriman, kita wajib mentaati segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.

So, jika kita setuju menerapkan syariat Islam, nggak bakalan pelaku LGBT ‘berkembang-biak”. Masalahnya, mau nggak umat manusia diatur dengan syariat Islam yang akan mengantarkan mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan sekaligus di akhirat?

Kalo nggak mau, ya siap-siapa aja risikonya. Sebab, LGBT itu udah bikin sengsara, eh membawa laknat pula. Apa perlu ada predator seks baru muncul lagi setelah Robot Gedek, Ryan, Babe, Emon, dan Reynhard? Ih, Naudzubillahi min dzalik. [O. Solihin | IG @osolihin]