Friday, 22 November 2024, 01:28

gaulislam edisi 656/tahun ke-13 (25 Ramadhan 1441 H/ 18 Mei 2020)

Udah tanggal 25 aja hari ini di bulan Ramadhan. Cepet banget rasanya, ya. Apakah kamu juga merasakan hal ini? Iya, ini hari Senin terakhir di bulan Ramadhan, karena pekan depan sudah masuk bulan Syawal. Semoga kita makin kenceng ibadahnya karena udah mendekati garis finis, ya. Semoga kita semua mendapatkan malam qadar (lailatul qadar) yang pahalanya berlimpah banget. Udah dibahas di edisi pekan kemarin. Silakan cek bagi yang belum baca.

Sobat gaulislam, kalo lari maraton atau balapan mobil nih, pasti ketika garis finis udah kelihatan bakalan digeber abis tuh. Kaki yang udah lelah pun berusaha digenjot lebih cepat agar bisa sampai di garis finis sebagai juara. Begitu pula yang ikutan balapan mobil, pastinya bakalan nginjek pedal gas lebih dalem. Tujuannya, agar sampai di garis finis menjadi yang pertama.

Bagaimana dengan ibadah kita? Tentu bukan berarti shalat kita jadi ngebut, ya. Nggak lah. Atau puasa kita dipercepat waktu bukanya. Nggak banget. Maksudnya, ibadah jadi lebih getol. Lebih ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Tilawah al-Quran digeber lebih banyak. Kalo pada awal dan pertengahan Ramadhan kita cuma cukup 2 lembar (4 halaman) setiap sehabis shalat fardhu), maka sekarang diperbanyak jumlah bacaannya. Namun, tetap tartil ya bacanya. Jangan ngegas pengen cepet selesai. Sedekah dirutinkan. Keren banget, tuh!

Oya, nggak cukup juga hanya mengerjakan shalat tarawih, tetapi ditambah lagi dengan shalat malam (tahajud). Namun, kalo udah witir sekalian pada saat shalat tarawih, maka kalo malamnya shalat tahajud, nggak perlu shalat witir lagi. Ini sih udah sering dibahas di pelajaran fikih ya. Jadi insya Allah kamu udah pada paham.

Semoga kian bersemangat ibadahnya ya. Tentu, dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala. Mudah-mudahan shaum dan amal shalih lainnya yang kita kerjakan sejak awal Ramadhan diterima oleh Allah Ta’ala dengan mendapat pahala berlimpah. Insya Allah.

Kebaikan untuk dunia dan akhirat

Ketika kita beramal, tentu saja kita ingin agar amal tersebut menjadikan kita berpeluang mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Ada manfaat dan pahala yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Nggak mau juga kan kalo kita beramal shalih tapi sia-sia alias nggak diterima oleh Allah Ta’ala. Jangan sampe, deh.

Ada doa yang bagus, karena ini memang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam an-Nawawi dalam Kitab Riyadush Shalihin bab tentang doa-doa menuliskan seperti ini:

“Alloohumma ashlih lii diiniilladzii huwa ‘ishmatu amrii, wa ashlih lii dun-yaayallatii fiihaa ma’aasyii, wa ash-lih lii aakhirotiillatii fiihaa ma’aadii, waj’alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj’alil mauta roohatan lii min kulli syarrin” (Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan!)

Ini sesuai dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa sebagai berikut: “Alloohumma ashlih lii diiniilladzii huwa ‘ishmatu amrii, wa ashlih lii dun-yaayallatii fiihaa ma’aasyii, wa ash-lih lii aakhirotiillatii fiihaa ma’aadii, waj’alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj’alil mauta roohatan lii min kulli syarrin” (Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng (ishmah) urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan!) (HR Muslim no. 2720)

Imam an-Nawawi mencantumkan hadits ini dalam bab “Berlindung dari sesuatu yang telah diamalkan dan apa-apa yang belum diamalkan”.

Itu sebabnya, Bro en Sis. Niat kita beramal shalih tentu untuk mengharapkan keridhoan Allah Ta’ala. Bukan yang lain. Maka, di bulan Ramadhan yang berlimpah bonus pahala ini jika beramal shalih senantiasa kita berharap hanya keridhoan Allah. Bukan keridhoan manusia. Sehingga amal kita tidak sia-sia. Sebab, secara fakta ada banyak juga orang yang yang beramal shalih tetapi tidak membekas bagi dirinya. Kenapa? Bisa jadi karena ia riya’ alias ingin dipuji oleh manusia dengan memamerkan amalnya. Itu sebabnya, amalnya nggak sampai membuat dirinya jadi baik, apalagi menularkan kebaikan kepada orang lain.

Rugi jika nggak ikhlas

Sobat gaulislam, kayaknya kamu udah pada paham deh tentang hal ini. Namun, sekadar mengingatkan kembali akan saya tulis lagi, ya. Walau cuma secuil alias singkat.

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar menemui kami dan kami sedang mengingatkan akan (bahaya) al-Masih ad-Dajjal. Lantas beliau bersabda, “Maukah kukabarkan pada kalian apa yang lebih samar bagi kalian menurutku dibanding dari fitnah al-Masih ad-Dajjal?” “Iya”, para sahabat berujar demikian kata Abu Sa’id al-Khudri. Beliau pun bersabda, “Syirik khafi (syirik yang samar) dimana seseorang shalat lalu ia perbagus shalatnya agar dilihat orang lain.” (HR Ibnu Majah, no. 4204)

Ya, ini kategori berbuat riya‘ (pamer amalan) benar-benar tidak akan dipedulikan oleh Allah Ta’ala. Dalam hadits disebutkan, “Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya) dan perbuatan syiriknya” (HR Muslim, no. 2985)

Imam an-Nawawi rahimahullah menuturkan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa” (Syarh Shahih Muslim, 18: 115)

Duh, rugi banget kan, ya. Capek-capek ibadah tapi karena nggak ikhlas, jadinya nggak diterima amalnya. Semoga kita semua terhindar dari sifat riya’ alias pamer amal di hadapan manusia. Insya Allah.

Perbaiki, mumpung masih Ramadhan

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Mumpung masih tersisa bebeberapa hari lagi sampai tanggal 29 atau 30 Ramadhan, yuk kita perbaiki kualitas amal shalih kita sembari menggeber kuantitasnya. Semoga keduanya bisa kita raih. Kualitas oke dan kuantitas mantep. Wah, kan ajib bener, itu. Menang banyak, pokoknya.

Oya, yang nggak kalah penting adalah menyiapkan diri agar selepas Ramadhan nanti kita makin takwa. Sebab, perintah shaum ini tujuannya adalah agar kita bertakwa. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS al-Baqarah [2]: 183)

Apa itu takwa? Kayaknya udah pada paham juga deh. Intinya, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ini yang sering kita dengar dari para ustaz yang ceramah atau dari guru agama kita di sekolah.

Namun, boleh juga nih ditambah wawasannya tentang takwa, ya. Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan kita penjelasan menarik mengenai pengertian takwa. Beliau rahimahullah berkata, “Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan  diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah. Allah Ta’ala berfirman, “Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.” (al Majmu’ al-Fatawa, jilid 10, hlm. 433)

 Nah, berarti kalo kita puasa alias shaum tapi masih ngelakuin perbuatan maksiat, berarti tujuan takwa belum tercapai. Iya, kan? Shaum udah bagus. Insya Allah. Semoga dapat pahala shaumnya. Namun, kalo masih ghibah alias ngomongin kejelekan orang lain, atau berbohong, atau berkata kasar dan jorok, ya puasanya sekadar menahan lapar dan haus doang. Nggak dapat pahalanya. Rugi banget, kan?

Rugi juga kalo kita hanya puasa saja, tetapi amal shalih lainnya nggak dikerjakan. Tilawah al-Quran malas, shalat tarawih kadang ngerjakan kadang nggak. Sedekah ogah. Duh, sayang banget kesempatan berbuat baik ditinggalin gitu aja. Berarti, ini juga shaumnya nggak berhasil membuat kita jadi orang yang bertakwa. Naudzubillah min dzalik.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR ath-Thabraniy)

Jadi, jangan sampe deh kita berdusta terus walau kita shaum. Bahaya! Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta (dan) malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR Bukhari no. 1903)

Oya, jangan sampe juga kita berkata yang sia-sia (lagwu) alias kalo ngobrol ngalor-ngidul ngulon-ngetan nggak ada manfaatnya. Termasuk kata-kata porno (rafats), lho ya. Jangan sampe dilakukan. Rugi.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rafats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR Ibnu Majah dan Hakim)

Jabir bin ‘Abdillah menyampaikan petuah yang sangat bagus: “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Latha’if al-Ma’arif, 1/168, asy-Syamilah) (rumaysho.com)

Nah, itu dia, Bro en Sis. Jangan sampe bulan Ramadhan ama bulan lainnya kita nggak nggak berubah. Puasa sih puasa, tapi ghibah jalan terus, pacaran makin hot, judi bergairah. Duh, rugi kuadrat itu mah. Iya, bener. Puasa ama ngak puasa malah sama aja kelakuannya, maksudnya berbuat keburukan atau malah maksiat. Puasa nggak membuat berubah jadi baik. Bahaya!

Yuk ah, perbaiki diri kita, mumpung masih Ramadhan, walau udah di hari-hari terakhir. Bagi yang udah mantep shaum dan amal shalihnya sejak awal Ramadhan, pertahankan jangan sampe melempem apalagi jebol di ujung perjalanan. Tetap jaga kualitas dan kuantitas ibadahnya. Bagi yang masih belum mantap sejak awal Ramadhan, harapan masih selalu ada meski di ujung waktu. Tentu, asalkan kita mau memanfaatkannya untuk memperbaiki yang masih belum bagus. Jaga shaum kita jangan sampe kebobolan gara-gara nggak sabar dan tergoda bujuk rayu setan. Kalo sabar dan terus berpuasa ikhlas karena Allah Ta’ala, ganjaran pahalanya juga besar, lho. Beneran!

Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR Muslim no. 1151)

Tuh, kalo sampe ada yang nggak puasa wajib di bulan Ramadhan ini, kebangetan, dah. Semoga kita terhindar dari sifat yang demikian. Jangan kasih kendor dalam beribadah (terutama shaum dan shalat wajib, ya). Amalan yang wajib harus dilaksanakan, yang sunnah diupayakan. Ramadhan akan segera pergi dalam hitungan hari. Jangan bengong aja, segera “nge-gas” dalam beramal shalih. Semoga seluruh amal shalih kita diterima oleh Allah Ta’ala. Semoga pula puasa kita berbuah takwa karena dilandasi iman dan ikhlas kita kepada Allah Ta’ala. Insya Allah. Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]