Thursday, 21 November 2024, 21:09

gaulislam edisi 613/tahun ke-12 (19 Dzulqo’dah 1440 H/ 22 Juli 2019)

Bro en Sis, siapa di antara kamu yang masih labil? Ayo ngaku! Hehehe. Biasanya anak remaja nih yang suka labil. Sering gaje, nggak jelas. Gampang berubah kondisi hati, pikiran atau tingkah lakunya. Suka tetiba sensi, galau atau marah yang kadang tanpa alasan. Pernah ngalamin, kan? Ngomongin soal labil, ternyata akidah bisa labil juga, loh. Masa’ sih? Nggak percaya? Isshh… Gimana nih akidah kita? Sudah kuat en mantap seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dan para sahabatnya? Atau sebaliknya, masih lemah dan labil? Nah loh! Gimana sih akidah labil itu?

Well, ada yang ngikutin beritanya Salmafina nggak nih? Oh, penulis buku islami itu, ya? Hah? Itu mah Salim A.Fillah, kali. Ini Salmafina Sunan, Bro en Sis. Artis sekaligus anaknya Sunan Kalijaga, pengacara kondang di TV. Kenal nggak? Hmm, nama bapaknya sama seperti salah satu Wali Songo, ya. Eits, Wali Songo mah pada tahu meureun. Pernah diajarin di sekolah bagian bab Penyebaran Islam di Nusantara. Kebangetan deh kalau nggak tahu juga. Hehehe…

Nah, Salmafina ini pernah hijrah dan berhijab bahkan jadi selebgram dan banyak di-endorse. Pernah  menikah dengan seorang Hafizh al-Quran bernama Taqy Malik. Tapi ujungnya cerai. Beritanya rame karena pernikahan mereka cuma bertahan sekitar 3 bulanan aja, Bro en Sis. Waduh, padahal beruntung banget ya dapet suami seorang penghafal al-Quran. Tipe idaman banget tuh! Dan nggak gampang dapetnya. Eh, kok malah curhat gini? Eaa… auto baper nih.

Ceritanya, setelah cerai itu dia galau. Akun sosmed miliknya diserbu dengan komentar negatif para netizen yang kabarnya sampe membuat Salmafina geram dan kesel. Wajar sih namanya artis, kehidupan sehari-hari jadi konsumsi publik. Sampe urusan pribadi suka dikepoin sama fans dan media. Ujungnya dia lepas hijab. Whats? Iya, buka aurat. Yang nggak abis pikir, bapaknya malah mendukung dan cenderung menyalahkan mantan menantunya. Banyak netizen geram. Akun sosmed Salmafina dibanjiri hujatan dan cacian. Kabar terakhir lewat tayangan live di instagram dia menyatakan sudah pindah agama alias Murtad. Astaghfirullah, na’udzubillah min dzalik. Hadir di acara Rumpi Trans TV Salmafina memakai kalung salib. Tapi katanya sih itu paksaan dari tim Rumpi. Yaa begitu deh, ceritanya.

Pentingnya akidah Islam

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Akidah labil itu ya seperti yang dialami Salmafina. Pernah hijrah, lalu kembali jahiliyah dan malah pindah agama. Sejatinya, akidah bukan perkara sepele. Nggak boleh berubah seenaknya. Akidah memang harus kuat. Nggak boleh lemah atau labil. Bisa gawat jadinya. Saat akidah belum kuat maka akan mudah terombang-ambing. Mudah terjerumus dalam hal buruk. Padahal akidah adalah kunci kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam selama di Mekkah juga untuk menguatkan akidah hingga menghasilkan kualitas keimanan yang sempurna. Akidah para sahabat begitu kuat layaknya akar pohon yang nggak mudah tumbang tertiup angin. Maa syaa Allah!

So, penting banget nih buat para orangtua untuk memupuk akidah anaknya. Pendidikan akidah yang baik pada dasarnya menjadi hak dasar seorang Muslim. Tugas pertama dan utama yang wajib diajarkan orangtua di rumah. Akidah nggak instan, loh. Menanamkan akidah Islam kepada anak  sejak kecil. Karena saat itulah fitrah anak masih bersih. Ibaratnya nih seperti memahat di atas batu. Kita tahu bahwa batu adalah benda yang keras,  namun ketika kita menulis di atas batu maka hasilnya akan selalu awet dan bertahan lama. Artinya,  perkembangan otak anak kecil sangatlah cepat untuk menangkap sesuatu,  meniru apa yang dia lihat, menghapal yang dia dengar,  dan mengingat apa yang dia baca dan tulis. Nah, begitulah jika mengajarkan ilmu sejak kecil. Orangtua yang bertanggung jawab agar anak tumbuh di atas fitrah dan akidah Islam yang lurus. Catet itu!

Selain pendidikan dari orangtua, lingkungan juga punya pengaruh. Hidup dan tinggal di lingkungan baik dan islami pastinya akan memudahkan kita. Begitu pun dengan teman. Punya teman yang sholih, asik deh. Bisa saling mengingatkan dan menguatkan akidah. Bergaul dengan berbagai karakter orang namun akidahnya sama-sama lurus. Join dalam komunitas keislaman yang insyaa Allah bisa ikut menjaga akidah kita. Coba sebaliknya, bayangin jika hidup dalam lingkungan buruk, bergaul dengan orang yang bahkan kenal akidah aja nggak atau ikut komunitas gaje yang melalaikan dari akhirat. Gimana akidah bisa kuat, coba? Sebaliknya, yang terjadi malah membuat kita jauh dari Allah. Nggak banget deh!

Fenomena artis hijrah

Sobat gaulislam. Tahun 2018 kemarin dunia hiburan rame dengan banyak artis yang memutuskan untuk hijrah. Tahun sebelumnya juga sudah ada, sih. Ada yang dulunya personel band punk, model, mantan idol group, youtuber, pesinetron dan presenter acara gosip. Beberapa bulan lalu juga ada yang jadi mualaf seperti aktor Roger Danuarta dan pesulap yang khas dengan kepala botaknya. Pada tahu kan? Hehe. Pokoknya istilah hijrah lagi tren di kalangan artis. Mereka antusias dan semangat sampe membuat komunitas dan event hijrah Fest. Bagi yang pengen hijrah bisa ikut event semacam itu. Nggak cuma nyimak kajian para ustadz aja. Ada program hapus tato gratis, loh. Syaratnya sih harus setor hafalan surat ar-Rahman. Tenang, bisa dicicil kok 10 ayat tiap pertemuan. Katanya sih hapus tato itu butuh 10-20 kali tindakan medis. Jadi nggak bisa sekali pertemuan langsung beres. Mending gitu deh, coba kalau di suruh bayar bisa sampe jutaan. Oh, no!

Proses hijrah yang dialami para artis beda-beda. Mau nggak mau, mereka harus rela  meninggalkan dunia hiburan yang gemerlap. Soal materi sepertinya nggak kekurangan, tuh. Job mungkin aja berkurang. Bisa buka bisnis makanan, fashion muslim, travel haji umroh dll. So, jangan takut rezeki berkurang. Allah sudah jamin rezeki semua mahluk-Nya. Ikan di laut aja sudah Allah jamin rezekinya, kok. Hijrah kan menuju kebaikan pastinya Allah akan mempermudah. Seperti firman-Nya (yang artinya), “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nisaa [4]: 100)

Bro en Sis, kita ikut seneng sih jika banyak yang akhirnya sadar dan mau hijrah. Tapi inget nggak cukup semangat aja nih. Ilmu juga kudu kuat, lho. Itu artinya, kudu banget bagi mereka yang hijrah untuk memperdalam ilmu agama. Rutin ikut kajian Islam. Selama proses hijrah butuh banget tuh sosok yang bisa mendampingi dan membina. Bergaul dengan orang sholih/sholihah. Berguru pada ustadz atau ustadzah yang ‘alim agar hijrahnya sukses. Mantap. Yang akhirnya menjadikan kita muslim yang taat pada Allah Ta’ala. Setiap ilmu yang didapet kudu diamalkan juga nih. Siap kan? Harus dong!

Pagi beriman, sore kafir

Sobat gaulislam, coba kita perhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam berikut ini, “Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” (HR Muslim, no. 118)

Hadits di atas menceritakan bagaimana kondisi akhir zaman yang penuh fitnah. Salah satunya adalah adanya orang yang di waktu pagi beriman tapi sore harinya kafir. Sebaliknya, saat sore masih beriman entah apa yang terjadi di malam hari hingga membuat paginya menjadi kafir. Pagi masih menutup aurat dengan jilbab lalu sorenya berganti pakaian ala barat yang menyingkap aurat. Saat pagi masih baca al-Quran lalu sore hari melakukan kebaktian di gereja. Naudzubillahi min dzalik!

Bedanya tipis. Ini membuktikan bahwa begititu mudahnya iman seseorang berubah. Dia meninggalkan Islam. Ragu dengan kebenaran Islam. Hanya karena silau terhadap dunia dan mengedepankan kepentingan pribadi.

Kasus Salmafina menjadi contoh dan pelajaran bagi kita. Pernah hijrah namun kembali melepas hijab bahkan murtad. Begitulah yang terjadi jika hijrahnya gagal. Hati manusia lemah, apalagi ketika sendiri. Perlu dukungan, saling menasihati antar sesama. Mereka yang “gagal hijrah” bisa jadi disebabkan karena masih sering berkumpul dan bersahabat dekat dengan teman-teman yang banyak melanggar larangan Allah. Nggak istiqamah di atas jalan Islam. Justru kembali lagi ke dunia kelamnya yang dulu.

Semoga masih ada kesempatan bagi Salmafina dan yang lainnya untuk mendapatkan hidayah-Nya dan kembali kepada Islam. Insya Allah.

Hijrah itu berat!

Bro en Sis, pernah nggak sih kalian ngerasa risih atau kesel dikomentari orang lain? Kadang begitu, kan? Nah, hujatan dan hinaan rasanya pasti nyesek banget. Belum lagi kalau dicaci maki di sosmed yang bisa dilihat orang lain. Di situ kan orang bebas bisa ngomong apa aja. Gimana nggak depresi, tuh! Makanya nih kudu hati-hati. Sebagai muslim, jangan mudah menghakimi. Asal menilai orang lain padahal belum tentu benar. Saat denger berita harus kroscek dulu. Bener nggak sih beritanya. Kalau ternyata memang ada orang yang ngelakuin kesalahan atau maksiat ya berikan nasihat. Misalnya tahu ada temen yang pacaran. Ya udah beri penjelasan kalau itu haram. Jangan dihina seperti ini,

Eh, selama ini sok alim, Lu. Anak Ustadz juga. Percuma pake hijab! Malu-maluin!

Nah, perkataan seperti ini yang bahaya. Mungkin niatnya mau ngingetin. Tapi bahasanya itu loh lebih ke arah menghina. Bisa jadi bukannya sadar malah dia nanti lepas hijab seperti Salmafina. Gawat kan? Bisa jadi dia begitu karena sindiran para netizen. Kebagian tuh dosanya. So, kudu bijak ya. Jangan asal lagi menghakimi dan menilai orang lain. Bisa kan? Harus dong!

Back to hijrah. Saat panggilan hijrah sudah mengetuk hati, lalu kita sambut. Tapi ternyata nggak semudah yang dibayangkan. Seperti ada tembok tinggi yang menghambat langkah kita. Apa yang harus dilakukan? Akankah kita mundur ke belakang, kembali pada masa lalu yang kelam?

Proses hijrah memang berat. Pasti ada ujiannya. Itu sebabnya butuh teman dan pendamping kuat dalam membina dan mengajarkan ilmu. Kadang, nggak bisa langsung  saklek ya. Ini loh yang benar atau salah. Ingat, perlu proses. Butuh waktu dan penjelasan yang bagus supaya bisa  diterima hati dan pikiran. Mereka yang menerima perubahanmu, menemani saat mengkaji ilmu baru dan setia meski di saat kamu susah. Banyaknya ujian nggak jarang membuat lelah dan rasanya ingin menyerah. Tetap semangat, Guys! Coba ingat dan renungkan lagi alasan yang membuatmu dulu mantap berhijrah. Jadikan itu motivasi. Hadapi setiap ujian dan yakin. Saat ambil madu aja harus siap. Bisa aja kan, disengat lebah. Nah, begitu juga jika ingin meraih surga dan ridha Allah Ta’ala. Harus siap berjuang menghadapi ujian kehidupan. Yuk, hijrah yang mantap agar akidah tak labil. [Siti Muhaira | FB Muhaira az-Zahra]