Wednesday, 4 December 2024, 00:47

Aku termasuk orang yang sulit untuk melepaskan diri dari teman sepermainanku yang terbilang berandalan. Hingga akhirnya aku kecanduan alkohol dan obat-obatan terlarang dalam waktu cukup lama.

Aku dilahirkan dalam keluarga yang sederhana di sebuah kampung kecil di Sumatera yang jauh dari keramaian. Kondisi ini tidak membuat aku membatasi cita-citaku, aku ingin menjadi seorang? pembesar layaknya Pak Bupati yang dielu-elukan orang banyak ketika berkunjung ke kampungku. Di kampung aku menempuh pendidikanku sampai tingkat SLTP yang aku selesaikan pada tahun 1990. Ketika akan melanjutkan ke SLTA aku meminta kepada orangtuaku agar aku disekolahkan di kota karena menurutku kualitas pendidikannya akan jauh lebih baik daripada yang ada di kampungku.

Keinginanku ternyata terkabul, oleh orangtuaku aku dititipkan di rumah kakakku yang kebetulan memang sudah lama merantau ke pulau Jawa, tepatnya kota Bogor. Sekolah di Bogor tidak membuat aku merasa rendah diri karena aku berasal dari kampung, bahkan aku tidak membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan teman-teman sekolahku. Aku memang tergolong orang yang suka bergaul. Tapi petaka itu justru dimulai dari sini.

Awal perkenalanku dengan alkohol

Panasnya pergaulan teman-temanku memaksa aku mengenal alkohol dan obat-obatan terlarang walaupun bukan termasuk kelas atas. Pernah ketika liburan semester, aku dan gengku yang berjumlah lima orang nginap di rumah salah satu temanku di kota Jonggol yang kebetulan lagi kosong karena keluarganya pergi berlibur ke Bali. Perjalanan dari Bogor ke Jonggol memakan waktu lebih kurang satu jam dengan bis.

Di sana hampir tiap malam kami pesta alkohol dan obat-obatan. Waktu malam terakhir sebelum pulang ke Bogor, salah satu temanku mengusulkan untuk melengkapi pesta kami dengan wanita. “Biar pestanya lebih panas” katanya. Usul ini langsung disetujui oleh yang lain, dan dua orang temanku keluar untuk mencarinya. Singkat cerita wanita nakal atau dalam bahasa remaja saat itu disebut pecun sudah ada di tengah-tengah kami. Dia mengaku namanya Sisi.

Sebenarnya kami masih malu-malu berhadapan dengan wanita,? ini adalah pengalaman pertama bagi kami. Namun ada salah satu temanku sebut saja namanya Otong yang bersikap agak agresif? sama Sisi, entah karena nafsu melihat kecantikan Sisi atau karena pengaruh alkohol dan obat. Namun Sisi menolak setaip kali Otong mendekatinya, hingga akhirnya terjadilah sesuatu yang sama sekali tidak kami duga. Otong menjambak rambut dan memukul wajah Sisi sampai hidungnya berdarah.

Pesta yang kami harapkan akan lebih “panas” karena ada Sisi ternyata berubah menjadi panas benaran. Suasana menjadi sangat kacau apalagi Sisi mengancam akan melaporkan perbuatan Otong ke polisi. Tapi setelah terjadi proses negosiasi akhirnya situasi bisa terkendali. Sisi minta konpensasi dan kami harus patungan untuk membayar Sisi sebesar Rp 50.000. Pengalaman menegangkan sekaligus menakutkan yang kalau diingat sekarang membuat kalimat astaghfirullah meluncur deras dari mulutku.

Perjalanan hidupku di Bogor yang selalu ditemani alkohol dan obat-obatan tidak berhenti karena pengalaman buruk di Jonggol bahkan menjadi lebih dahsyat. Dalam hati seringkali aku ingin meninggalkan semua aktivitas ini, tapi teramat sulit bagiku apalagi ikatan dengan teman-temanku sesama pemabuk begitu kuat ditambah sikap kakakku yang tidak terlalu care, bagi kakakku yang penting prestasi belajarku baik. Anehnya alkohol dan obat-obatan tidak begitu mempengaruhi prestasi belajarku, nilai rata-rata raportku tiap semester tidak pernah di bawah angka enam walaupun juga peringkatnya tidak masuk dalam sepuluh besar. Tapi itu sudah cukup membuat kakakku kehilangan perhatian terhadap diriku.

Kujemput hidayah di Kalimantan

Ketika aku selesai SMA dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi, aku berpikir ini adalah kesempatan bagiku untuk meninggalkan dunia yang selama ini telah menghantui hidupku. Kuputuskan untuk memilih perguruan tinggi yang jauh dari Bogor, aku memilih UGM dan Untan sebagai pilihan ke dua. Ternyata aku diterima di Untan, sebuah perguruan tinggi negeri yang berada di pulau Kalimantan. Terima kasih Tuhan Kau jauhkan aku dari teman-temanku di Bogor.

Kupikir kalau aku sudah menjahui teman-temanku, aku akan bisa menjauhi alkohol dan obat-obatan. Ternyata tidak, aku kembali masuk? dalam lingkungan yang bersahabat dengan alkohol dan obat. Hal ini terjadi karena teman-teman satu kost kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Ada yang dari Jakarta, Bandung, Malang, pokoknya? semua penghuni kost bukan penduduk asli Kalimantan.

Tahun pertama aku masih menikmati hidupku, namun menginjak tahun kedua kuliah keinginan untuk berhenti datang lagi. Sampai akhirnya ketika suatu hari dalam keadaan mabuk aku terpeleset di kamar mandi dan masuk ke dalam bak penampung air. Aku tidak tahu apakah aku sudah mati atau belum, yang ada dalam pengelihatanku adalah ibuku yang sedang berdiri di depan pintu rumah kami di kampung sambil menggapai-gapaikan tangannya, seolah ibuku ingin berteriak kepadaku tapi aku tidak mendengar suara apa-apa, aku hanya bisa melihat linangan air mata ibuku.? Ketika tersadar aku sudah ada dalam kamarku. Kata temanku, aku pingsan. Entah berapa lama aku terendam dalam bak, tidak ada yang tahu. Yang jelas kalau teman-temanku terlambat mengetahui, barangkali aku sudah tidak melihat matahari lagi.

Peristiwa kamar mandi itu ternyata menjadi titik balik hidupku. Hal pertama yang aku lakukan adalah mencari tempat kost baru yang lebih “bersih”. Trauma yang kualami membuat aku sangat berhati-hati untuk memasuki lingkungan yang baru, sampai akhirnya aku menemukan tempat kost yang aku cari, sebuah rumah kost yang pemiliknya adalah seorang ustadz. Dari sinilah aku kemudian mengenal Islam, secara rutin tiap hari sabtu kami mengkaji Islam. Syukur alhamdulillah ya Allah Kau selamatkan aku untuk kesekian kalinya, semoga tidak Kau balik lagi hatiku untuk condong kepada hal-hal yang Kau benci. Amiiin [seperti yang disampaikan seorang ikhwan kepada SoDa]

[pernah dimuat di Majalah SOBAT Muda, edisi April 2006]

2 thoughts on “Alkohol Pernah Menemani Hidupku

  1. assalamu’alaikum ya akhi..

    gw minta ijin copy artikel yang lw buat ini, coz gw lagi ada tugas kampus mata kuliah sosiologi yang ngebahas tentang alkoholisme. nah kebetulan cerita lw cocok banget buat study khasus alkoholik…jadi gw copy paste deh…hehehe
    untuk selanjutnya tugas gw gag sampe copy paste cerita lw doang, tapi berlanjut ke analisis faktor sebelum and sesudah, faktor sosial, dll deh.
    thx ya artikelnya!

  2. aku salut ma kisah kamu.. so,aku juuga ngikut copy paste yah…buat aku jadiin pelajaran hidup juga. semoga kamu selalu istiqamah di jalan-Nya dan hati kamu ditetapkan pada agama-Nya yang sempurna. amiiin…

Comments are closed.