Ngomongin soal tawuran, emang seperti nggak ada abisnya. Bener. Malah mulut kita sampe berbusa saking seringnya ngebahas masalah itu. Coba, hampir tiap hari dalam seminggu, hampir tiap minggu selama sebulan. dan hampir tiap bulan sepanjang tahun, pelajar aktif tawuran. Wis, pokoke tawuran seperti bagian dari ritual anak sekolah. Idih, gimane urusannya ini. Wajar dong bila semua orang dibikin pusing tujuh keliling dengan ulah para calon penerus bangsa ini. Celakanya lagi, tawuran sekarang nggak sekadar gelut tangan kosong, lho. Tapi berantemnya udah kayak gangster aja. Celurit, pisau, golok, pemukul besi, obeng, bahkan bila perlu mungkin pistol menjadi aksesoris wajib temen kamu yang doyan tawuran. Dan biasanya, tampang mereka jauh dari kesan kalem. Tapi sebaliknya, tampang mereka Romusa alias Roman Muka Sadis. Waaaaah, mengerikan banget.
Bener, tawuran ibarat penyakit kambuhan yang sepertinya sulit dicari obatnya. Polisi aja sering dibikin puyeng untuk menumpas aksi-aksi brutal pelajar. Mau dihukum, katanya mereka? masih anak-anak, nggak dihukum bandelnya minta maaf. Wah,? dilematis bener. Akhirnya, tawuran jadi semacam penyakit yang udah dianggap biasa. Ngobrolin soal tawuran udah kayak ngebahas soal makanan aja. Ringan. Padahal, bahayanya besar banget, lho. Dan kayaknya kamu udah pada ngeh soal ini. Bener kan? Yes, karena saking seringnya kita mendengar dan melihat kejadian itu dan akibat-akibatnya. Sekadar muka bonyok, jari protol, kepala bocor, itu biasa. Sebab, ada banyak yang koit.? Tahun 1999 saja, menurut data Kanwil Depdiknas, akibat tawuran di Jakarta tercatat 26 pelajar tewas, 56 luka parah dan 109 luka ringan. Malah Kanwil Depdiknas DKI mencatat pelaku atau yang terlibat tawuran sebanyak 1.369 siswa atau sekitar 0,08 persen dari 1.685.084 siswa SLTP dan SLTA se-DKI Jakarta. (Warta Kota, 8 Nopember 2000). Wah, parah banget ya?
Nah, kalo sebagian remaja kita doyan unjuk kekuatan dan pamer kenekatan lewat aksi tawuran, lain lagi dengan kawan-kawan kita di Palestina. Aksi mereka lebih gagah lagi. Bahkan nyaris tiap hari mereka melakukannya. Ya, mereka �tawuran’ dengan tentara Yahudi Israel. Senjata sahabat-sahabat kita itu nggak lebih dari batu dan doa. Bener. Kamu bisa baca di koran atawa majalah en lihat di tivi, bagaimana kebaranian mereka dengan dada tanpa jaket anti peluru menyongsong terjangan peluru serdadu-serdadu Yahudi. Untuk menandinginya, saudara-saudara kita cukup dengan melempar-kan batu. Aksi lempar batu itu sudah dirintis sejak tahun 1987, dan itu berarti udah sekitar 14 tahun mereka melakukan intifadhah.
Emang, kalo kita mau ngebandingin antara tawuran dengan intifadhah, kayaknya nggak seimbang levelnya deh. Kenapa? Soalnya, aksi tawuran dengan intifadhah berbeda tujuan, meski sama-sama dalam aksinya lebih banyak melempar batu, tapi nilainya jauh berbeda. Sebab tujuannya juga udah beda. Kalo dalam tawuran, seringkali dipicu oleh hal-hal yang sepele atau dua pele atau malah nggak jelas pemicunya apa. Pokoke tawur! Berarti itu lebih ke arah show of force supaya mendapat perhatian orang-orang. Ya, caper deh. Yang dibelanya pun, kerap kali sekadar urusan kecil, meski suka juga mengatasnamakan harga diri. Harga diri seperti apa? Sampai sekarang kita nggak pernah tahu. Sebab, boleh jadi itu adalah alasan klise aja. Kita nggak memvonis, lho, tapi nuduh (he..he..he..).
Kebiasan jelek ini kayaknya akan terus berlangsung bila semua pihak mendiamkan alias mentolelir aksi brutal temen-temen pelajar. Kalo hanya umpatan atawa kecaman, naga-naganya para pelajar udah kebal alias nggak bakalan mempan digituin. Malah seringkali bentuk hukuman yang dilakukan polisi nggak membuat jera. Apa karena terlalu cetek? Bisa jadi. Yang lebih aneh lagi, temen-temen remaja yang tampil sok jagoan ini nggak miris liat darah muncrat, nggak ngilu mukul kepala orang pakai kayu yang ditanami paku. Ih, keras banget hatinya ya?
Malah kejadian pertengahan Mei lalu di KRL Jabotabek semakin melengkapi kebrutalan dan keganasan para pelajar. Kejadiannya, seorang pelajar sebuah sekolah dikeroyok oleh sekitar lima orang pelajar dari sekolah yang berbeda di dalam gerbong KRL. Rupanya belum cukup puas sekelompok pelajar ini melukai korbannya dengan sabetan pedang dan celurit, akhirnya sang pelajar malang ini menemui ajalnya setelah dilempar keluar gerbong saat KRL sedang melaju. Ih, kok bisa begitu tega ya? Benar-benar mengerikan dan memprihatinkan. Tindakan begini, bukan lagi disebut tawuran, tapi sudah tindak kriminal berat.
Pahala dan dosa
Kudu disadari bahwa setiap aktivitas yang kita lakukan nggak bebas nilai. Artinya, aktivitas kita itu akan dihukumi. Apakah masuk perbuatan yang terpuji atawa tercela. Patokan terpuji dan tercelanya juga jelas, yakni halal dan haram menurut ajaran Islam. Nah, berarti perbuatan kita itu ada nilainya. Bisa buruk dan bisa bagus.
Lha, kalo tawuran? Kayaknya kamu udah pada tahu jawabannya.? Itu adalah perbuatan tercela kan? Udah gitu, bisa menimbulkan malapetaka lagi. Bayangkan saja, kalo udah tawuran, apa aja jadi sasaran. Sarana umum; seperti telepon umum, jalan, kendaraan, pagar pembatas jalan, taman, sampai mecederai masyarakat sekitar. Makanya wajar bila aksi pelajar yang satu ini bikin sakit kepala orang-orang. Nggak sedikit yang akhirnya mengutuk.
Kalo intifadhah gimana, kan sama melukai atau bahkan membunuh orang? Nah, ini perlu dipahami dengan benar dan baik. Aktivitas intifadhah yang dilakukan saudara-saudara kita di Palestina adalah salah satu bentuk perjuangan membela agama. Lha kalo tawuran, membela apa dan membela siapa? Jelas beda, sayang. Di sinilah perlunya kita gaul juga soal hukum-hukum Islam. Hal ini juga berarti bicara tentang pahala dan dosa.
Seorang Muslim yang melakukan penyerangan atau membunuh sesama Muslim tanpa ada alasan yang dibolehkan oleh syara’ (aturan Islam) adalah berdosa. Firman Allah Swt.:
?…???†?’ ?‚???????„?? ?†?????’?³?‹?§ ?¨?????????’?±?? ?†?????’?³?? ?£???ˆ?’ ?????³???§?¯?? ?????? ?§?„?’?£???±?’?¶?? ?????ƒ???£???†?‘???…???§ ?‚???????„?? ?§?„?†?‘???§?³?? ?¬???…?????¹?‹?§
“barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.â€? (QS al-M?¢idah [5]: 32)
Nah, temen-temen kita yang melakukan aksi persis di hutan rimba itu kan sebagian besar bertarung dengan sesama saudaranya, yakni muslim. Kok tega ya? Inilah persoalannya. Tentu saja, beda banget dengan intifadhah. Kenapa? Intifadhah justru bagian dari aktivitas jihad untuk memerangi musuh Allah dan Rasul-Nya. Sebab, orang-orang Yahudi itu adalah musuh agama dan musuh orang-orang beriman. Jadi ya, musuh Allah juga, Allah Swt. berfirman:
?„???????¬???¯???†?‘?? ?£???´???¯?‘?? ?§?„?†?‘???§?³?? ?¹???¯???§?ˆ???©?‹ ?„???„?‘???°?????†?? ?????§?…???†???ˆ?§ ?§?„?’?????‡???ˆ?¯?? ?ˆ???§?„?‘???°?????†?? ?£???´?’?±???ƒ???ˆ?§
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.â€? (QS al-M?¢idah [5]: 82)
Dengan begitu, maka aktivitas intifadhah jelas bakal mendapat pahala dari Allah. Bahkan membunuh musuh Allah merupakan aktivitas terpuji dalam pandangan Islam. Tentu karena tujuan mulianya adalah membela agama Allah. Berarti pula membela kehormatan Islam dan kaum muslimin. Nah, berkaitan dengan masalah ini, kamu bisa simak firman Allah Swt.:
?ˆ???‚???§?????„???ˆ?‡???…?’ ??????‘???‰ ?„???§ ?????ƒ???ˆ?†?? ???????’?†???©?Œ ?ˆ???????ƒ???ˆ?†?? ?§?„?¯?‘?????†?? ?„???„?‘???‡?? ?????¥???†?? ?§?†?’?????‡???ˆ?’?§ ?????„???§ ?¹???¯?’?ˆ???§?†?? ?¥???„?‘???§ ?¹???„???‰ ?§?„?¸?‘???§?„???…?????†??
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.� (QS al-Baqarah [2]: 193)
Jadi aktivitas tawuran dan intifadhah jelas bertentangan; baik dari segi tujuan, nilai, dan pahalanya. Boleh dibilang aktivitas tawuran yang dilakukan banyak teman kita termasuk sia-sia dan bahkan dosa. Berarti bukan pahala yang didapat. Rugi berat kan?
Nah, inilah bedanya antara tawuran dan intifadhah. Ringkasnya, urusan pahala dan dosa.
Masihkah kita peduli?
Inilah yang perlu jadi pertanyaan bagi kita. Kenapa? Soalnya, kalo melihat kenyataan, kayaknya rasa peduli di antara kita mulai menipis—kalo nggak mau dikatakan hilang. Itu bisa dibuktikan, dengan masih maraknya aksi tawuran pelajar. Malah sekarang, tawuran bukan lagi �penyakit’ anak berseragam sekolah aja. Tapi udah menulari kaum tua. Apa nggak ke balik nih? Coba, di wilayah Cirebon, aksi tawuran ini nggak tanggung-tanggung melibatkan tujuh desa. Bener-bener seperti perang di jaman baheula. Bom molotov, pedang, golok, kayu yang ditanami paku, dan beragam senjata lainnya menjadi alat untuk bertahan dan menyerang. Alasan kenapa penduduk tujuh desa itu tawuranpun tak jelas juntrungannya. Memang di daerah pesisir pantai utara Jawa ini sudah dicap sebagai wilayah langganan tawuran warga antar desa. (Kompas, 13 Juni 2001)
Belum lagi daerah “Jalur Gaza�-nya Indonesia, yakni di Matraman, Jakarta Pusat. Konon kabarnya udah berlangsung sejak jaman kakek mereka muda. Hih, itu sih perseteruan �abadi’ ya? Padahal nggak jelas apa yang dibelanya, alias cuma berebut pepesan kosong.
Kalo begini ceritanya, maka kita bertanya pada diri kita sendiri? Masihkah kita peduli dengan nasib saudara kita. Masihkah kaum tua kita tetap gontok-gontokan? Apa iya kita tega menusukkan belati ke jantung teman kita. Apa iya kita tega menghunjamkan pedang ke ulu hati saudara kita? Apa iya kita bangga mengacungkan celurit penuh darah kawan kita? Apa iya kita tega menumpahkan darah, hanya karena mereka berbeda sekolah, hanya karena mereka berbeda tempat tinggal? Apa iya hati kita bebal? Apa iya rasa cinta kita sudah pudar? Apa iya persaudaraan kita sudah rapuh? Apa iya kita berani mananggung dosa? Renungkanlah!
Ah, naga-naganya sih, rasa peduli ini udah jadi barang langka di antara kita. Padahal, sesama muslim kita wajib bersaudara. Justru persaudaraan itu adalah wujud dari sikap peduli kita dengan teman dan saudara seakidah. Rasulullah saw. bersabda:
?…???«???„?? ?§?„?’?…???¤?’?…???†?????†?? ?????? ?????ˆ???§?¯?‘???‡???…?’ ?ˆ???????±???§????…???‡???…?’ ?ˆ???????¹???§?·???????‡???…?’ ?…???«???„?? ?§?„?’?¬???³???¯?? ?¥???°???§ ?§?´?’?????ƒ???‰ ?…???†?’?‡?? ?¹???¶?’?ˆ?Œ ?????¯???§?¹???‰ ?„???‡?? ?³???§?¦???±?? ?§?„?’?¬???³???¯?? ?¨???§?„?³?‘???‡???±?? ?ˆ???§?„?’????…?‘???‰?
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling cinta-mencintai adalah seperti sebatang tubuh. Apabila salah satu anggotanya mengadu kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit * (HR. Bukhari, Muslim, CD al-Bayan, hadis No. 1523)
Dengan begitu, rasa peduli kita sesama kaum muslimin memang kudu ditumbuhkan. Bukan malah dibinasakan lewat aksi tawuran yang nggak jelas juntrungannya. Kita bersaudara kawan. Mengapa kita tega melukai atau malah membunuh teman kita sendiri? Ada baiknya kita menyimak firman Allah Swt.:
?¥???†?‘???…???§ ?§?„?’?…???¤?’?…???†???ˆ?†?? ?¥???®?’?ˆ???©?Œ ?????£???µ?’?„??????ˆ?§ ?¨?????’?†?? ?£???®???ˆ?????’?ƒ???…?’ ?ˆ???§???‘???‚???ˆ?§ ?§?„?„?‘???‡?? ?„???¹???„?‘???ƒ???…?’ ?????±?’????…???ˆ?†??
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.â€? (QS al-Hujur?¢t [49]: 10)
Nah, bila aktivitas tawuran subur dengan dosa, tentu tidak dengan intifadhah. Saudara kita di sana malah dapat pahala. Kok bisa? Sebab mereka membela agama Allah. Bahkan semboyannya pun adalah “Hidup mulia atau mati syahid�, bagus bukan? Lha kalo tawuran? Semboyannya bisa jadi “Hidup susah, mati sa-ngit�. Iya nggak? Idih, rugi banget.
Antara kecintaan dan kebencian
Nah, ini dia. Ada perbedaan nilai antara tawuran dan intifadhah. Kalo intifadhah nilainya tentang kecintaan, sementara tawuran adalah kebencian. Mau tahu alasannya? Intifadhah adalah bagian dari jihad. Itu dilakukan karena cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan Islam. Kalo tawuran? Ketika berbuat landasannya adalah kebencian, kedengkian, hasad, dan segudang rasa marah. Jelas beda bukan?
Itu sebabnya, tujuan perbuatannya juga berbeda. Intifadhah adalah untuk mencapai keridhoan Allah, yang itu juga berarti kecintaan dan keridhoan Allah kepada pelakunya. Firman Allah Swt.:
?????§?£?????‘???????‡???§ ?§?„?†?‘?????’?³?? ?§?„?’?…???·?’?…???¦???†?‘???©??.?§?±?’?¬???¹???? ?¥???„???‰ ?±???¨?‘???ƒ?? ?±???§?¶???????©?‹ ?…???±?’?¶?????‘???©?‹.?????§?¯?’?®???„???? ?????? ?¹???¨???§?¯????.?ˆ???§?¯?’?®???„???? ?¬???†?‘????????
“Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya., Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.â€? (QS al-Fajr [89]: 27-30)
Sementara jelas bagi para pelaku aktif kemaksiatan, Allah tidak akan ridho kepadanya, termasuk kepada pelaku tindak kriminal; baik tawuran atau kejahatan lainnya. Kalo tidak mendapat ridho-Nya berarti mendapatkan murka-Nya. Naudzu billah. Firman Allah Swt.:
?ˆ???…???†?’ ?????‚?’?????„?’ ?…???¤?’?…???†?‹?§ ?…???????¹???…?‘???¯?‹?§ ?????¬???²???§?¤???‡?? ?¬???‡???†?‘???…?? ?®???§?„???¯?‹?§ ???????‡???§ ?ˆ???????¶???¨?? ?§?„?„?‘???‡?? ?¹???„?????’?‡?? ?ˆ???„???¹???†???‡?? ?ˆ???£???¹???¯?‘?? ?„???‡?? ?¹???°???§?¨?‹?§ ?¹???¸?????…?‹?§
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyedia-kan azab yang besar baginya.â€? (QS an-Nis?¢â€™ [4]: 93)
Dengan demikian, bila kita melakukan amalan yang shaleh seperti intifadhah, maka kita akan menuai pahala, kecintaan, dan keridhoan Allah. Bila tawuran atau tindak kriminal lainya yang kita jalani, maka kebencian dan murka Allah yang kita dapatkan. Semoga kita terhindar dari sikap yang demikian.
(Buletin Studia – Edisi 055/Tahun 2)