gaulislam edisi 770/tahun ke-15 (26 Dzulhijjah 1443 H/ 25 Juli 2022)
Setan bakalan mengganggu manusia. Selamanya. Jadi, kita kudu waspada nih. Jangan sampai terjebak permainan setan. Cobalah kamu baca al-Quran, surah al-Baqarah ayat 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”
Setan emang pintar kalo urusan jebak menjebak. Allah Ta’ala dalam ayat tersebut sudah mewanti-wanti kita agar tak mengikuti jejak langkah setan. Apa kamu rela, misalnya ada musuhmu tetapi kamu ikuti perbuatannya, apalagi perbuatannya tersebut membuatmu terjerumus ke jurang kesnistaan dan terjebak di dasarnya dalam kesusahan?
Oya, hati-hati juga temanmu yang tipenya setan. Idih, emang ada? Ya, ada dong. Contohnya nih, teman yang tipe setan ketika kamu galau gara-gara nggak bisa lupain mantanmu, dia malah ngomporin kamu supaya jadian lagi dengan mantanmu. Kalo nggak berhasil, dia ngakalin gimana caranya manas-manasin mantanmu dengan menyarankan kamu cari pacar baru. Kedua solusinya itu bisa menjerumuskan kamu. Solusi dia itu masalah buat kamu. Waspadalah!
Dalam ‘biografi’ setan yang saya tahu, setan tuh nggak ada baik-baiknya sedikitpun. Selalu bikin rese dengan cara menggoda manusia untuk ngajak or berbuat maksiat. Keahlian dan tugasnya adalah sangat lihai dalam ngomporin manusia untuk urusan yang gelap nan maksiat. Jadi, kalo sepasang kekasih gelap (ini barang BM kali ya? You know BM? BM tuh black market alias pasar gelap—nggak ada izinnya) berdua-duaan di tempat gelap, setan paling aktif jadi provokator. Sepasang kekasih lawan jenis tak punya izin syar’i ini jadinya makin lupa diri. “Mumpung kagak ada orang, hajar aja bleh. Kapan lagi elo dapetin kesempatan emas ini” setan dengan penuh semangat membisiki telinga pasangan gelap itu. Walhasil, begitu kedua anak manusia itu melakukan perzinaan, setan tertawa sambil lari ngibrit. Baru deh dua bocah dimabuk asmara yang berhasil digoda setan itu bingung tujuh keliling lapangan sepakbola standar internasional. Cuuape dweh! (dosa pula). Ruginya dobel-dobel tuh.
Setan, menurut sebagian ulama, berasal dari kata syathana; maknanya adalah ba’uda, yakni jauh. Maksudnya, setan adalah sosok yang jauh dari segala kebajikan (Ibn Katsir, I/115, az-Zamakhsyari, I/39). Setan juga berarti sosok yang jauh dan berpaling dari kebenaran. Karena itu siapa saja yang berpaling dan menentang (kebenaran), baik dari golongan jin ataupun manusia, adalah setan (al-Qurthubi, I/90, al-Alusi, I/166). Gawat!
Nah, kalo ada teman kita yang tipenya kayak setan kudu ati-ati euy. Bener. Kalo setan dari bangsa jin sih dibacakan ayat qursiy insya Allah ngabur, tapi kalo setan dari kalangan manusia (maksudnya manusia yang kelakuannya mirip kelakuan setan) kayaknya nggak terlalu mempan dibacain ayat qursiy, kecuali ditimpuk kursi kali ye? Hihihi.. ngarang gue nih. Iya, soalnya lain lagi wujudnya juga. Kalo setan beneran nggak kelihatan wujudnya di mata kita. Tapi tipe manusia yang pikiran dan hatinya kayak setan nyata ada di depan kita. Satu spesies ama kita. Jadinya perlu penanganan khusus, gitu lho.
Cari teman shalih, bukan yang salah
Sobat gaulislam, saya sih ngasih saran aja dari apa yang pernah saya baca, bahwa teman tipe setan emang kudu dijauhi. Jangan sampe deh kelakuan kita ikutan kebawa nggak bener. Kita berteman kan bukan cuma ingin diakui dan dihargai sebagai sesama manusia, tapi juga untuk kebaikan hidup kita juga. Di dunia dan di akhirat. So, jaga diri baik-baik, Bro. Kita udah diwanti-wanti neh ama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui sabdanya, “orang itu mengikuti agama teman dekatnya; karena itu perhatikanlah dengan siapa ia berteman dekat.” (HR Tirmidzi)
Well, emang mantep banget nih. Kita udah punya tuntunan yang jelas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, junjungan kita. Soal agama or keyakinan (termasuk kepribadian dan akhlaknya) menjadi ukuran untuk dinilai layak apa nggak seseorang jadi temen kita. Jaga-jaga aja. Saya juga dapetin keterangan ini dari pak ustad pas pengajian. Ngaji? Iya dong, kan motto-nya saya dan temen-temen: “nggak ngaji, nggak trendi!” Mantap nggak sih? Tentu, Bro!
Kalo kita ngaji banyak untungnya, lho: wawasan nambah, ilmu nambah, teman nambah, suasana ‘kompetisi’ untuk mendalami ilmu jadi ikutan memotivasi kita, bisa dapetin banyak inspirasi, eh, pahala juga insya Allah dapet. Bandingkan kalo kamu diem aja. Beda banget kan? Apalagi kalo doyan maksiat, tambah jauh ngejarnya. Belum lagi kalo nginget kita ini manusia yang pasti mati: diem or maksiat pasti mati, yang ngaji/dakwah juga mati. Pilih mana? Kamu pasti tahu jawabannya.
Oya, kalo kita berteman ama orang kan nggak boleh saling membenci tuh. Kita kudu akur. Makanya perlu yang seakidah, sevisi dan satu tujuan untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Beruntung banget kalo kita punya teman yang asik dan kelakuannya syar’i (sesuai tuntunan ajaran Islam). Dalam kitab Adabul Mufrad, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Tidaklah saling mencintai dua orang dalam agama Allah Ta’ala, kecuali orang yang paling utama di antara keduanya adalah yang paling besar cintanya pada sahabatnya.”
Nah, coba deh kamu pikirin sendiri gimana rasanya kalo ternyata kita punya teman yang rese dan ngajak maksiat melulu. Bisa kacau kan kehidupan kita? Jadi, memilih teman gaul jadi prioritas tuh. Setuju kan?
Sip! Itu sebabnya, jangan terjebak godaan setan. Model kamu yang lagi baper gara-gara sulit lupain mantanmu, bisa jadi sasaran empuk bangsa jin dan bangsa manusia yang kelakuannya kayak setan. Sedikit demi sedikit perangkap yang mereka buat bisa jadi melemahkan kamu. Jadi, kudu hati-hati. Kalo ada ranjau aja kan kudu waspada. Ini udah lebih dari ranjau, Bro en Sis. Bisa merusak kehidupan dunia, sekaligus mengurangi peluang bahagia di akhirat. Ih, siapa sudi begitu rupa. Betul nggak?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan selalu berupaya menggoda anak cucu Adam dengan berbagai macam cara.” (HR an-Nasa’I, no: 3134, dishahihkan al-Albani dalam Shahih an-Nasa’i)
Melawan setan
Sobat gaulislam, di dalam bukunya yang amat terkenal, Talbis al-Iblis (Tipudaya Iblis), Ibn al-Jauzi secara panjang lebar mengungkapkan bagaimana sepak terjang setan dalam memperdaya manusia: termasuk di dalamnya para ahli ibadah, para pembaca al-Quran, para ahli hadits, para ulama fikih, juga para pengemban dakwah.
Menurut Ibn al-Jauzi, setidaknya ada enam langkah setan dalam menjerat manusia. Pertama: berusaha menjadikan manusia kafir atau musyrik. Kedua: Jika gagal, berusaha menjadikan mereka yang Muslim sebagai pelaku bid’ah. Ketiga: Jika gagal, berusaha menjadikan mereka tukang maksiat/pelaku dosa besar. Keempat: Jika gagal, berusaha agar mereka banyak melakukan dosa-dosa kecil. Kelima: Jika gagal, berusaha menyibukkan mereka dalam masalah-masalah yang mubah (yang tidak bermanfaat dan tidak berpahala). Keenam: Jika gagal juga, berusaha menyibukkan mereka dengan urusan-urusan sederhana sehingga mereka melupakan berbagai urusan yang lebih utama; misalnya menyibukkan diri dengan amalan sunnah, tetapi meninggalkan amalan wajib.
Semua langkah setan itu, menurut Ibn al-Jauzi, diikuti dengan berbagai cara yang sering amat halus dan lembut sehingga tidak banyak disadari oleh manusia. Saking halusnya, manusia nggak nyadar bahwa yang dilakukannya dirasa benar, padahal salah secara hukum. Contohnya nih ya, istilah pacaran islami. Kamu pasti sering dengar kan istilah ini?
Ya, sebenarnya nggak ada istilah pacaran islami kalo faktanya sama saja dengan gaya pacaran pada umumnya. Hanya saja memanipulasi dengan penampilan yang dibuat-buat sepertinya islami. Misalnya, jalan bareng tapi nggak berduaan doang, ada seorang teman lainnya yang katanya sebagai pengawas. Lain waktu, ketemuannya di masjid, nggak nempel, cukup agak jauhan aja. Hmm.. praktek seperti ini jelas jebakan dari setan. Dirasa benar, walau fakta dan hukumnya jelas salah dan terkategori tetap maksiat. Waspada, Bro en Sis!
So, buat kamu yang belum bisa move on dari mantamu, segera sadar diri. Bisa jadi, sulit move on itu adalah bagian dari upaya setan dalam menggoda kamu supaya jauh dari keyakinan kepada Allah Ta’ala. Itu sebabnya, jangan bengong aja. Bangkit dan bertemanlah dengan orang-orang yang shalih/shalihah agar kehidupanmu jauh lebih baik dari sekarang.
Bagaimana caranya kita mengatasi godaan dan perangkap setan? Kuncinya di antaranya adalah: Pertama, kita harus benar-benar beriman dan bertawakal kepada Allah Ta’ala. Firman-Nya: “Sesungguhnya setan itu tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal hanya kepada Tuhan mereka saja.” (QS an-Nahl [16]: 99)
Kedua, kita harus menjadi orang yang benar-benar muklish karena Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya): Iblis berkata, “Demi keagungan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS Shaad [38]: 82-83)
Ketiga, berlindung hanya kepada Allah Ta’ala karena Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya): “Jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Mahatahu.” (QS al-A’raf [7]: 200)
Wajib bagi kita waspada dan tidak gentar terhadap tipu daya setan bangsa jin. Serumit apapun tipu daya yang mereka buat, sungguh itu adalah sarang laba–laba yang mudah dikoyak bagi orang–orang yang dirahmati Allah.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, “Maka sepatutnya bagi seorang hamba untuk tegar, sabar, dan selalu konsisten beramal dengan zikir dan sholat. Jangan terlena. Karena dengan konsisten (istiqomah), akan dijauhkan dari perangkap setan.” (Majmu Fatawa juz 22/608)
Sobat gaulislam, salah seorang yang nggak bisa disesatkan oleh setan adalah orang yang mukhlis, yakni orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah Ta’ala. Itu sebabnya, berbahagialah kalo kamu udah rajin ibadah dan taat kepada Allah Ta’ala. Namun, kalo kamu merasa belum terlalu taat, atau malah rajin maksiat, ya segera taubat. Jangan ulangi, sesali, dan menjauhlah dari kemaksiatan. Kalo sampe saat ini kamu masih gamang antara melupakan mantanmu atau tetap mengingatnya dan sambil berharap bisa kembali ke masa pacaran dulu, aduh, segera sadar, ya.
Waktu kita nggak banyak untuk beramal shalih di dunia sebagai bekal untuk kebahagiaan kehidupan di akhirat kelak. Jangan ditambah beban dengan banyaknya maksiat dan ogah minggat dari keburukan. Jika kamu malas beribadah dan beramal shalih, waspada. Sebab, bukan tak mungkin kamu sedang berada dalam jeratan setan. Ih, serem! Segera sadar dan perbaiki kualitas hidupmu. Lawan setan dalam dirimu! [O. Solihin | IG @osolihin]