gaulislam edisi 400/tahun ke-8 (5 Ramadhan 1436 H/ 22 Juni 2015)
Hadeuh, kalo nulis “berubah” kok ya jadi inget Kamen Rider Black (Pengendara Bertopeng Hitam)—kalo di negeri kita, judulnya jadi agak jauh—dan lebih gagah, yakni Ksatria Baja Hitam yang pernah ditayangkan RCTI. Maklum, nih yang nulis masa remajanya di awal tahun 90-an sih. Hehehe.. iya. Kata-kata itu selalu ada di film fiksi asal Jepang tersebut: Berubah! Mungkin kalo nggak berubah si Kotaro Minami bakalan kalah deh. Pada versi asli, KBH yang merupakan jelmaan dari Kotaro Minami (diperankan Tetsuo Kurata) ini, memiliki sebuah kata kunci untuk membuat Sabuk Pengubahnya (Henshin Belt) berfungsi. Kata-kata itu adalah “Henshin” yang artinya berubah. Hmm.. pasti deh pada senyum-senyum nih yang masa remajanya di awal tahun tahun 90-an. Ayo ngaku! Jadi nostalgia ya?
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Edisi ke-400 ini sengaja gaulislam menulis tema ‘berubah” agar kamu nggak hanya manteng di kondisi yang sama seperti sekarang. Banyak hal insya Allah yang akan dibahas, walau pasti ada batasnya ya. Nggak mungkin bisa semua yang ingin dibahas bakalan ditulis di buletin kesayangan kamu ini. Nah, ngomongin berubah, selain saya jadi inget soal KBH (Ksatria Baja Hitam) dengan Belalang Tempur-nya, juga ingin mengingatkan diri sendiri dan kamu semua bahwa hidup kita sejatinya terus mengalami perubahan. Buktinya, kamu terus berubah. Kalo usiamu sekarang 17 tahun, maka 15 tahun lalu kamu masih balita. Yup, secara fisik memang terjadi perubahan. Semoga juga cara berpikir dan berperilaku juga pastinya berubah. Iya kan? Seharusnya sih, begitu. Walau kadang ada juga yang nggak mau berubah ke arah kebaikan meski udah nggak bocah lagi.
Sebelum nulis edisi gaulislam kali ini, malam Senin pas tarawih, kultumnya lumayan menghentak lho. Semoga jamaah yang lain juga bisa merasakan. Ustaz yang memberikan kultum setelah shalat tarawih itu menyampaikan bahwa jangan sampai seumur-umur kita shalatnya nggak pernah benar. Shalat yang kita lakukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban aja, bukan dalam pengertian “mendirikan” shalat. Itu sebabnya, menurut ustaz tersebut, shalat yang kita lakukan nggak membekas dalam kehidupan keseharian kita. Nggak bisa bikin kita tercegah dari perbuatan keji dan munkar. Itu bisa karena shalat kita nggak benar. Maka, saatnya kita berubah. Sebab, dengan shalat yang benar dan baik sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita berharap selain diterima ibadah shalatnya, juga ngefek dalam kehidupan kita. Jadi lebih baik, gitu. Semoga.
Nah, itu sebabnya, yuk kita berubah. Tentu saja dari kehidupan yang buruk menjadi baik. Kalo dulu banyak maksiatnya, ya sekarang, mumpung Ramadhan, kita habisi maksiatnya dan perbanyak amal shalih. Mau? Harus mau dong!
Berhentilah dari maksiat
Memang sih, pengennya ketika Ramadhan tiba, maksiat serta merta jeda, atau malah reda sama sekali. Tapi lain di harapan, lain pula dalam kenyataan. Di satu sisi, kita nggak menutup mata kalo memang ada perubahan yang berarti bagi sebagian dari kita. Tapi kita juga prihatin, sebab masih ada juga yang nggak kenal kata akhir dalam maksiat. Meski bulan Ramadhan, eh dibabat juga alias tetap maksiat. Orang model begini memang rada susah diajak untuk baik.
Coba deh kalo kamu jalan-jalan ke pasar, meski di hari pertama bulan puasa, sudah banyak dijumpai mereka yang melalaikan kewajiban puasa. Konyolnya, sambil melayani pembeli mulutnya nggak berhenti ngunyah makanan. Padahal, mereka muslim lho. Tapi apa mau dikata, orang model begitu maunya menang sendiri. Kalo disebut bukan Islam kayaknya bakalan murka. Tapi, kelakuannya malah bertolak belakang dengan prinsip hidup seorang muslim. Apa nggak aneh tuh orang?
Malah, bulan suci Ramadhan yang seharusnya menjadi momentum untuk menambah kuantitas dan memperbaiki kualitas amal shaliah, ternyata justru dinodai dengan tetap bukanya tempat-tempat hiburan yang full maksiat dan warung or rumah makan yang buka di siang hari bulan Ramadhan. Coba, siapa yang kagak dongkol? Bener-bene rnggak menghargai dan nggak menghormati yang sedang shaum.
Kacaunya nih, bisnis seks alias pelacuran tetap jalan kok. Meski sembunyi-sembunyi, tetapi ‘baunya’ tetap terasa kok. Bisnis pelacuran konvensional sampai yang online tetap eksis. Waduh. Nggak malu atau bebal tuh? Gawat banget ya? Rasa-rasanya perlu juga menyimak hadis terkait hal tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila zina dan riba telah merajalela di suatu negeri, maka rakyat di negeri itu sama saja telah menghalalkan dirinya untuk menerima azab Allah.” (HR. Ath Thabrani, Al Hakim dari Ibnu Abbas, dalam kitab Fathul Kabir jilid I hlm. 132)
Sobat gaulislam, terus terang seharusnya kita sedih, kesal, dan juga kecewa dengan kenyataan ini. Ternyata Ramadhan, bagi sebagian dari kaum muslimin yang masih getol maksiat, tidak membuat mereka berhenti dan meninggalkan kebiasaan buruk dan terkutuknya itu. Malah tetep maju terus pantang mundur. Mereka bisa berbuat begitu, selain karena kebodohannya, juga karena kemalasannya untuk mencari ilmu, yakni malas untuk mengetahui tentang ajaran Islam. Jadi ada kesan masa bodoh dengan ajaran Islam. Dengan demikian, orang model begini layak dicap sebagai orang yang tak mau tahu dengan ajaran Islam. Bahaya sobat.
Begitu pula kita prihatin dengan kondisi pergaulan teman-teman remaja, baik di kota maupun di desa. Ternyata aktivitas maksiatnya tetep jalan meski sedang berpuasa. Ambil contoh tentang pergualan laki-perempuan, sampe sekarang masih dijumpai remaja yang tak bisa lepas dari pacaran. Maka jangan kaget jika acara JJS (Jalan-Jalan Subuh) di bulan Ramadhan jadi ajang untuk PDKT dengan pasangannya. Hasilnya, mulut mereka memang puasa dari makan dan minum, tapi beliau-beliau ini tidak tidak puasa dari berbuat maksiat. STMJ, Shaum Terus, Maksiat Jalan! Waduh!
Itu sebabnya nih, saya ingin ngingetin teman-teman yang masih doyan maksiat, tolong hentikan semua aktivitas tercela itu. Mari kita mengubah diri kita dengan Islam, dan tentunya tidak setengah-setengah, tapi kudu totalitas dengan tuntunan Islam. Islam adalah satu-satunya solusi untuk kemaslahatan manusia di muka bumi ini. Maka sungguh heran jika masih ada manusia yang nggak demen dengan Islam. Apalagi sampe membencinya setengah mati (atau malah sampe mati kali ya?). Tentu saja kita nggak ingin menyaksikan ada umat Islam yang tidak kenal dengan ajaran agamanya sendiri. Mengerikan banget kalo memang itu terjadi. Semoga saja, temen-temen remaja segera sadar dari kekeliruannya. Oke deh, pengennya kita neh, kamu-kamu bisa bertanggung jawab dengan apa yang kamu perbuat. Jadi, jangan coba-coba maksiat lagi ya?
Saatnya berubah!
Sobat gaulislam, kalo merhatiin perkembangan sekarang, kayaknya dari kita-kita jadi pada malu untuk berbuat baik. Nggak semua sih, tapi.. ada aja. Aneh memang. Padahal, justru kudu bangga kalo kita berbuat kebenaran dan kebaikan sesuai ajaran agama kita, Islam. Mau bukti?
Hmm.. kelihatannya udah mengikis rasa bangga menjadi seorang muslim. Teman remaja kita justru bisa merasa bangga ketika menyandang predikat yang wah di mata masyarakat umum. Misalnya, ada anak (sekaligus orang tuanya) yang bangga kalo jadi bagian dari anggota paskibra (pasukan pengibar bendera). Ada juga yang bangga jika doi adalah pemain basket jempolan. Maka, jangan kaget kalo doi kerapkali memamerkan keterampilannya dalam memainkan bola basket tersebut. Ada juga teman yang merasa udah hebat kalo doi jadi orang yang wara-wiri di panggung show.
Sayangnya, kebanggaan semu seperti itu seperti telah mengubur kebanggaan lainnya, yang justru kudu dimiliki setiap muslim, yakni bangga menjadi seorang muslim. Sori, bukannya kita merendahkan teman-teman yang punya keahlian di bidang yang tadi kita sebutkan. Nggak. Kita ‘menghargai’ kok. Tapi inget lho, kebanggaan seperti itu nggak akan memberikan kontribusi yang besar untuk kemajuan Islam. Lagian itu kan kebanggaan semu. Catet!
Oke, rasanya kudu ditumbuhkan kembali kebanggaan menjadi seorang muslim. Itu sebabnya, jangan minder kalo jadi anak muslim. Jangan pernah merasa bersalah dan mengutuki diri sendiri hanya gara-gara kamu muslim. Sehingga membuat kamu kudu tampil dengan gaya hidup seperti orang-orang Barat. Kamu pun jadi terbiasa dengan model kehidupannya. Bahkan untuk sekadar nama saja, kamu pengen nama itu terdengar modern, dan tentu mengandung unsur dari ‘kulon’ biar disebut keren. Duh!
Sobat gaulislam, dengan menuliskan gambaran seperti itu, tentunya saya punya tujuan ingin mengajak kamu untuk berubah. Jadi saya berharap kamu jangan males, apalagi malu untuk berubah menjadi baik. Kalo dulu kamu bangga dengan hal-hal sepele, termasuk bangga menjadi bagian dari masyarakat Barat, maka sekarang tunjukan kebanggaan kamu sebagai seorang muslim. Allah Ta’ala akan menolong orang-orang yang memang mau mengubah dirinya. Firman Allah Ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS ar-Ra’d [13]: 11)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala akan menolong orang-orang yang beriman. Jadi, kalo pengen ditolong oleh Allah di dunia dan di akhirat, maka jangan malu untuk berbuat baik (baca: beriman). Ayo, berubah! Allah Ta’ala menjelaskan:
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأَْشْهَادُ
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (QS al-Mukmin [40]: 51)
Yuk, kita benahi diri kita untuk menjadi baik mumpung bulan Ramadhan. Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan. Jadi, jangan takut untuk berubah menjadi baik! Semoga ‘semangat’ Ramadhan ini bikin kita berhenti sama sekali dari perbuatan maksiat. Dan sebaliknya, kita getol beribadah. Amin.[O. Solihin | Twitter @osolihin]
assalamualaikum, saya mau nanya, tapi dengan nama anonim soalnya saya masih malu. gini, saya ini kelas 3 smp, dan saat2 ini saya sedang mencoba ‘berhijrah’ tapi jujur, kadang saya malu, saya disini malu kalo dikatain sok alim atau sok taat. padahal niat saya memang saya ingin berubah, dan apalagi insyaallah sebntr lagi saya mau un, saya takut orang memandang saya berperilaku seperti ini semata2 untuk persiapan un. gimana yah caranya buat menghilangkan rasa malu dan takut saya itu? terima kasih, wassalamua’alakum