gaulislam edisi 455/tahun ke-9 (6 Syawal 1437 H/ 11 Juli 2016)
Surga itu mempesona. Allah Ta’ala membuatnya khusus bagi orang-orang yang beriman dan senantiasa taat kepada-Nya dengan melakukan amal shalih. Tentu, kita semua berharap dan ingin sekali mendapatkan surga itu. Nah, amalan shalih apa saja yang bisa menjadi jalan menuju surga?
Sobat gaulislam, langsung aja ya, berikut rinciannya ya. Pertama, shadaqah (sedekah). Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap persendian (buku-buku) manusia itu harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap hari yang disinari matahari, anda mendamaikan (mengadili) dua orang (pihak) yang bertikai, itu pun merupakan sedekah, anda menolong seseorang untuk mengendarai binatang (kuda)nya lalu anda naikkan dia padanya, atau anda naikkan barangnya pada tunggangannya itu juga sedekah, kalimat (kata-kata) yang baik juga sedekah, setiap langkah anda bawa menuju shalat juga sedekah, dan melemparkan duri (penghalang) dari jalan juga sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Masya Allah, jika kita melihat apa yang disampaikan dalam hadis itu, sebetulnya adalah hal yang mungkin teramat ringan. Tapi, kebanyakan manusia seringkali merasa enggan dan mungkin lebih tepatnya meremehkan kebaikan tersebut. Padahal, itu merupakan bagian amal shalih yang insya Allah jika ikhlas kita lakukan akan berbuah pahala.
Pengertian shadaqah ini ternyata amat luas. Bukan semata pemberian materi sebagaimana yang dipahami kebanyakan kaum Muslimin pada saat ini. Dan, sebenarnya begitu banyak pintu kebaikan yang jika dihubungkan dengan hadis di atas bisa berarti shadaqah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya pintu-pintu kebaikan itu banyak sekali; tasbih, tahmid, takbir, tahlil, memerintahkan untuk berbuat baik dan mencegah berbuat mungkar atau jelek, melemparkan duri (penghalang) dari jalan, memperdengarkan yang tuli, menunjuki yang buta, menunjukkan jalan (lahir dan bathin) kepada orang yang meminta petunjuk, berusaha menolong orang yang bersedih hati dan meminta pertolongan dengan kedua kakimu, membawakan beban orang yang lemah dengan kekuatan tanganmu, semuanya merupakan sedekah darimu untuk dirimu.” (HR Hibban dalah shahih-nya)
Meski demikian, shadaqah dengan pengertian memberi materi juga tentunya bagian dari amalan baik kita. Terutama memberi shadaqah kepada yang tidak mampu. Dan yang paling utama (prioritas) adalah pemberian shadaqah kepada kerabat sendiri yang membutuhkan, baru kemudian kepada orang lain. “Sedekah kepada orang miskin pahalanya satu, sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua; sedekah dan menyambungkan tali keluarga.” (HR Ibnu Majah)
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan di dunia bagi seorang mukmin, maka Allah pasti akan melapangkan baginya suatu kesulitan di hari Kiamat.” (HR Muslim)
Kedua, berpuasa. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”(QS al-Baqarah [2]: 183)
Berpuasa di bulan Ramadhan, yang memang telah diwajibkan oleh Allah Ta’ala, yang kita jalani dengan ikhlas, insya Allah bisa menjadi jalan untuk mendapatkan pahala yang baik dari Allah. Firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS al-Ahzab [33]: 35)
Ketiga, belajar. Belajar akan menjadikan kita tahu banyak hal dari yang kita pelajari, utamanya ilmu-ilmu-ilmu agama. Karena merupakan bekal kita dalam menjalani kehidupan. Baik untuk kehidupan dunia, maupun akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman:“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS at-Taubah [9]: 122)
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.” (HR Bukhari)
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Belajar itu sangat diwajibkan dalam Islam. Dalam belajar setidaknya kita akan mendapatkan proses KLT (Knowing, Learning, dan Thinking). Awalnya mungkin baru sebatas tahu (knowing), tapi kemudian meningkat menjadi learning, yakni belajar dari yang sudah diketahui. Proses akhirnya adalah Thinking, yakni berpikir. Jika sudah sampai pada tahap thinking alias berpikir, biasanya akan mudah memahami dan bahkan mengamalkan dari apa yang sudah diketahui dan dipelajari.
Itu sebabnya, Allah sering juga ‘menyindir’ manusia dalam banyak firman-Nya di al-Quran, misalnya dengan kalimat. “apakah kalian tidak berpikir?”. Insya Allah dengan belajar bisa mengantarkan kita menapaki jalan menuju surga. Karena akan banyak tahu apa saja yang dibolehkan dalam Islam, dan apa saja yang dilarang dalam Islam. Ini akan menjadi bekal dalam menjalani kehidupan di dunia dan berusaha sebanyak mungkin beramal shalih demi kehidupan di akhirat kelak.
Sebab, dengan belajar ini kita akan tahu lebih banyak dan dalam segala sesuatunya ketimbang mereka yang tak belajar. Belajar tentang akidah dan tentang syariat akan menyelamatkan kehidupan kita. Yakin soal itu, Bro en Sis.
Keempat, berdakwah. Dakwah adalah aktivitas mulia. Dakwah juga adalah kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada kaum Muslimin. Sehingga ketika meninggalkan kewajiban ini, kita akan berdosa. Sebaliknya, jika melaksanakan kewajiban tersebut dengan ikhlas kita akan mendapatkan pahala. Allah Ta’ala berfirman: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS Fushsilaat [41]: 33)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penghulu para syuhada adalah Hamzah, serta orang yang berdiri di hadapan seorang penguasa yang dzalim, lalu memerintahkannya (berbuat ma’ruf) dan mencegahnya (berbuat munkar). Lalu penguasa itu membunuhnya.” (HR Hakim dari Jabir).
Menyimak hadis ini, ternyata menyampaikan dakwah itu, selain aktivitas mulia, dakwah juga subur dengan rintangan dan halangan. Allah Ta’ala berfirman: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS al-Baqarah [2]: 214)
Dakwah yang kita lakukan adalah bagian dari upaya untuk menyelamatkan umat manusia dari kegelapan pemikiran selain Islam, menjadi Islam. Insya Allah amalan ini pun bisa menghantarkan jalan menuju surga. Semoga kita semua ikhlas melakukannya.
Kelima, berjihad. Jihad, insya Allah akan mengantarkan kita, kaum Muslimin, untuk meraih surga Allah dengan lebih cepat. Secara bahasa, jihad bermakna: mengerahkan kemampuan dan tenaga yang ada, baik dengan perkataan maupun perbuatan (lihat Fayruz Abadi, Kamus Al-Muhîth, kata ja-ha-da). Secara bahasa, jihad juga bisa berarti: mengerahkan seluruh kemampuan untuk memperoleh tujuan. (lihat an-Naysaburi, Tafsîr an-Naysâbûrî, XI/126)
Adapun dalam pengertian syar’i (syariat), para ahli fikih (fuqaha) mendefinisikan jihad sebagai upaya mengerahkan segenap kekuatan dalam perang fi sabilillah secara langsung maupun memberikan bantuan keuangan, pendapat, atau perbanyakan logistik, dan lain-lain (untuk memenangkan pertempuran). Karena itu, perang dalam rangka meninggikan kalimat Allah itulah yang disebut dengan jihad. (lihat an-Nabhani, asy-Syakhshiyyah al-Islâmiyyah, II/153)
Itu sebabnya, Allah Ta’ala memberi kabar gembira kepada kita dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS at-Taubah [9]: 111)
Allah Ta’ala juga berfirman: “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal,” (QS at-Taubah [9]: 20-21)
Sobat gaulislam, insya Allah masih banyak amalan shalih lainnya yang bisa kita lakukan, seperti berbakti kepada kedua orang tua, menghormati yang tua dan menyangi yang muda, zakat, shalat, dan lainnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan Allah Ta’ala dengan dimasukkan kita semua ke dalam surga-Nya. Aamiin. [O. Solihin | Twitter @osolihin]