gaulislam edisi 507/tahun ke-10 (16 Syawwal 1438 H/ 10 Juli 2017)
Widih! Bro en Sis, judul gaulislam kali ini kok serem banget, ya? Berbohong membunuhmu! Kalau penulis, sih, seketika langsung teringat tentang kata-kata yang ada di bawah bungkus rokok itu, loh. Eh, tapi apakah berbohong itu memang bisa membunuh seseorang? Ataukah itu hanya sekadar kiasan saja? Wah, jadi penasaran.
Semua orang pasti tahu dong, apa itu kebohongan. Berbohong adalah sebuah kebiasaan yang sangat tidak baik. Kebanyakan anak-anak sampai remaja, biasanya pernah berbohong. Kadang-kadang, orang dewasa juga bisa berbohong. Tetapi sekali lagi, berbohong itu bukanlah sesuatu yang dibenarkan. Baik dalam Islam, maupun dalam hukum tata krama di dunia.
Buktinya, saat Afi Nihaya Faradisa melakukan plagiasi terhadap sebuah karya, bahkan baru-baru ini bikin video yang isinya juga diduga kuat plagiasi, banyak netizen muak bin sebel. Tuh, mengakui sebuah karya orang lain sebagai karya sendiri bisa terkategori bohong. Waspadalah!
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Tanda orang munafik itu ada tiga: apabila ia berucap ia berdusta, jika ia membuat janji ia mengingkarinya, dan jika ia diberi kepercayaan ia mengkhianatinya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Tuh, kan! Sikap dusta atau bohong itu termasuk ke dalam ciri-ciri orang munafik. Sedangkan orang munafik itu tempatnya adalah di dasar neraka. Naudzubillah.
Selain karena berbohong itu dilarang dalam Islam, kebohongan juga seringkali bahkan selalu meberikan dampak yang buruk bagi diri sendiri, dan juga orang-orang di sekitar. Why? Sebab, sekali seseorang melakukan kebohongan, maka akan ada kebohongan lain yang akan menutupi kebohongan yang pertama. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi, apabila kebohongan itu mulai mengarah kepada yang namanya fitnah. Dan fitnah itu adalah perbuatan yang keji. Wah, kebohongan itu mengerikan, bukan?
Kenapa remaja berbohong?
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kondisi seperti apa ya yang membuat remaja itu kadang lebih suka memilih untuk berbohong? Tergantung alasannya, sih. Bisa jadi karena ia takut dihukum kalau mengatakan yang sebenarnya. Banyak sekali remaja yang berbohong dengan alasan ini. Misalnya, ketika seseorang terlambat bangun pagi, dan akhirnya terlambat datang ke sekolah. Kemudian agar tidak dihukum, ia mengatakan bahwa alasan ia terlambat adalah karena alasan yang lain. Mungkin karena jalan yang macet atau alasan yang lain. Ia berbohong mengenai alasan keterlambatannya agar tidak dihukum.
Atau mungkin karena ia menginginkan sesuatu sehingga membuat beberapa kebohongan untuk itu. Mungkin ia ingin melakukan sesuatu yang baru menurutnya, namun ia tidak berani untuk meminta masukan dari orangtua atau gurunya. Kok bisa ya? Ya, bisa jadi karena ia ingin melindungi teman atau saudaranya. Masih banyak alasan lainnya yang membuat ia merasa harus mengatakan kebohongan. Tapi, apa pun alasannya, berbohong tetaplah tidak diperbolehkan. i, yang namanya perbuatan bohong tetaplah perbuatan dosa. Meskipun nantinya, ada beberapa sebab yang membuat berbohong itu diperbolehkan.
Ada juga loh, remaja yang berbohong sebagai bahan bercandaan atau sekadar main-main saja. Tapi seperti yang sudah disampaikan, tetap saja, hal itu tidak diperbolehkan. Bercanda itu boleh, tapi sama sekali nggak boleh berbohong ketika bercanda.
Nah, ada yang berbahaya nih. Apa tuh? Ya, kalau kebohongan dilakukan sekali dan berkali-kali kemudian, maka akan menjadi kebiasaan. Awalnya mungkin ia akan merasa khawatir karena sudah berbohong. Tapi sekali ia merasa kebohongannya itu berhasil, maka ia tidak akan takut lagi. Maka ketika ia sudah nyaman dengan kebohongan, di situlah sisi bahayanya. Ketika kebohongan sudah menjadi kebiasaan, maka akan sulit untuk dihilangkan. Itu artinya, sifat yang buruk sudah masuk ke dalam diri kita.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seseorang selalu berlaku jujur dan memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah Ta’ala sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (permbohong).” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi)
Katakanlah yang benar!
Sobat gaulislam, dari Abu Dzaar radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan tujuh hal padaku: (1) mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintah agar melihat pada orang di bawahku (dalam hal harta) dan janganlah lihat pada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan padaku untuk menyambung tali silaturahim (hubungan kerabat) walau kerabat tersebut bersikap kasar, (4) beliau memerintahkan padaku agar tidak meminta-minta pada seorang pun, (5) beliau memerintahkan untuk mengatakan yang benar walau itu pahit, (6) beliau memerintahkan padaku agar tidak takut terhadap celaan saat berdakwah di jalan Allah, (7) beliau memerintahkan agar memperbanyak ucapan “laa hawla wa laa quwwata illa billah” (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), karena kalimat tersebut termasuk simpanan di bawah ‘Arsy.” (HR Ahmad 5/159)
Memang benar, ada kalanya ketika kebenaran itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan akan terasa pahit untuk mengatakannya. Tetapi Allah dan Rasul-Nya menyuruh kita sebagai seorang muslim untuk selalu bersikap jujur dan menjauhi perbuatan dusta. Dan kita harus selalu melaksanakan apa yang Allah perintahkan. Karena Allah lebih tahu apa yang terbaik baik kita.
Oya, sifat jujur itu juga memiliki keutamaan. Dari referensi internet yang penulis baca, nih, keutamaan sifat jujur itu setidaknya ada tiga poin penting. Apa saja itu? Pertama, jujur akan mengantarkan ke surga. Silakan cek lagi hadits yang udah ditulis di atas ya.
Kedua, jujur akan melahirkan ketenangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “… maka sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan kebohongan adalah keraguan …” (HR Tirmidzi)
Bagaimana kejujuran bisa melahirkan ketenangan? Coba saja kamu bayangkan, ketika kamu melakukan kebohongan, pasti akan ada perasaan khawatir. Khawatir tentang hal-hal apa saja. Misalnya khawatir kebohongan kamu itu akan terbongkar atau kekhawatiran lain yang membuat hidup nggak tenang. Sedangkan orang yang selalu jujur, maka hidupnya akan tenang. Karena tidak ada yang ia sembunyikan dan itu membuatnya merasa tenang. Bener, nggak? Sangat betul!
Ketiga, keutamaan sifat jujur adalah, jujur itu disukai semua manusia. Sekali lagi coba kita lihat di kehidupan sehari-hari. Menurut kamu ada nggak sih orang yang nyaman dengan orang yang sering bohong? Tentu saja semua orang pasti lebih suka kepada orang yang memiliki sifat jujur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam juga adalah orang yang jujur. Bahkan sebelum Islam datang, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam sudah digelari oleh kaum Quraisy sebagai Al-Amin. Yaitu orang yang terpercaya.
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan dari sifat jujur. Tentunya kita harus lebih memilih untuk menjadi orang yang selalu jujur, ya. Pastinya dong!
Menghindari kebiasaan bohong
Sobat gaulislam, dari Abu Sufyan bin Shakr bin Harb radhiyallahu ‘anhu dalam hadits yang panjang tentang cerita raja Heraklius. Heraklius berkata, “Apa saja yang diperintah oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Abu Sufyan berkata, “Aku lalu menjawab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sembahlah Allah semata dan jangan berbuat syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun. Tinggalkanlah perkara jahiliyah yang dikatakan nenek moyang kalian.” Beliau juga menyuruh kami untuk shalat, berlaku jujur, benar-benar menjaga kesucian diri (dari zina) dan menjalin hubungan silaturahim (menjaga hubungan dengan kerabat.” (Muttafaqun ‘alaih, HR Bukhari no. 7 dan Muslim)
Bagaimana, ya, menghindari kebiasaan bohong? Oke, deh. Pertama-tama tentunya harus ada niat yang kuat. Tetapi, niat itu tidak ada artinya tanpa perbuatan. Selain itu, amalan juga akan kurang tanpa adanya niat.Itu sebabnya, semuanya tidak boleh ada yang ditinggalkan. Nggak bingung, kan? Hehe…
Nah, lalu bagaimana cara menghindari kebiasaan berbohong? Sebenarnya jawabannya sederhana saja, sih, yaitu jangan berbohong! Sekali saja kita mulai berbohong, maka akan ada kebohongan-kebohongan lainnya. Ketika kebohongan itu sudah menumpuk, maka masalah yang besar akan datang. Di saat itulah bisa disebut berbohong membunuhmu. Tuh, kan!
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Nah, dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam di atas, kesimpulannya adalah lebih baik diam daripada berkata yang tidak baik, berbohong misalnya. Ancamannya adalah, kita bukanlah orang yang beriman kepada Allah jika memilih untuk berkata yang tidak baik. Jangan sampai, deh.
Menjadi pribadi yang jujur, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, memiliki keutamaan-keutamaan. Nah, keutamaan-keutamaan itu bisa kita jadikan sebagai motivasi untuk menjadi pribadi yang jujur. Kalau perlu, kita harus menanamkan kepada diri sendiri tentang ancaman-ancaman terhadap orang yang berdusta. Seperti karena berdusta itu termasuk ciri-ciri orang munafik. Wah, mungkin itu bisa jadi motivasi yang bagus.
Oya, bagaimana jika kita terlanjur berbohong? Langkah pertama adalah bertaubat kepada Allah Ta’ala. Bertaubat artinya kembali kepada Allah Ta’ala. Caranya adalah beristighfar dan tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Cukup begitu? Belum. Selanjutnya adalah mengembalikan kesalahan itu. Bagaimana caranya? Caranya dengan mengakui kebohongan itu dan mengatakan yang sejujurnya. Tentu saja kita juga harus meminta maaf. Mungkin akan terasa menyakitkan. Tapi memang itu cara mengembalikkannya.
Setelah bertaubat, kita harus selalu menjaga diri untuk selalu bersikap jujur. Satu-satunya cara adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Kita harus selalu menjaga diri agar tidak kembali kepada sifat bohong itu. Kita juga jangan berteman dengan orang-orang yang suka berbohong. Karena kebiasaan itu bisa tertular lagi kepada kita. Untuk menjaga diri supaya tetap menjadi baik, kita harus berteman dengan orang-orang yang memiliki sifat yang baik juga. Bisa dengan cara bergabung dengan komunitas yang baik, misalnya ikut pengajian.
Terakhir nih, Bro en Sis. Jangan sampai deh kebohongan menjadi sesuatu yang ada di dalam diri kita, berurat-berakar dan mendarah-daging. Mungkin orang lain tidak ada yang tahu. Tapi kita harus selalu ingat bahwa Allah Maha Mengetahui. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari-Nya. Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Karena itu, kita harus selalu kembali kepada Allah Ta’ala dan memperbarui keimanan kita. Setuju, ya? Harus! [Fathimah NJL | Twitter @FathimahNJL]